Jakarta, CNN Indonesia -- Semua yang pernah membaca, mengetahui, ataupun menyaksikan pertujukan segala kisah dongeng abadi seperti Cinderella, Putri Tidur, dan sebagainya pasti mengetahui bahwa akhir kisah mereka adalah hidup bahagia selamanya.
Namun tak banyak yang mengetahui ternyata ada kisah yak tak sebahagia yang terlihat di permukaan. Justru kenyataan pahit tersebut diketahui dari kisah asli dongeng tersebut yang dirilis oleh Grimms bersaudara, penutur kisah rakyat asal Jerman.
Jacob dan Wilhelm Grimm, dua bersaudara yang dikenal sebagai akademisi, ahli budaya, dan juga penulis kisah rakyat yang terkenal pada abad ke-19. Mereka juga dikenal sebagai penutur kisah asli Cinderella (Aschenputtel), The Frog Prince (Der Froschkonig), The Goose-Girl (Die Gansemagd), Hansel and Gretel (Hansel und Gretel), Rapunzel, Sleeping Beauty (Dornroschen), dan Snow White (Schneewittchen).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah asli yang tertulis dalam bahasa Jerman telah diadaptasi dengan bahasa Inggris. Dan dengan penuturan menggunakan bahasa internasional tersebut, terungkap banyak fakta mengerikan di balik kebahagiaan para tokoh utama dongeng.
Cinderella adalah salah satu kisah klasik yang telah membuai banyak anak di dunia terutama dari sepatu kacanya dan pencarian sang pangeran menemukan cinta sejati.
Dalam kisah yang selama ini dituturkan, pun juga yang difilmkan oleh Disney awal tahun ini, Cinderella berhasil bersama dengan sang pangeran tampan kemudian menikah dan hidup bahagia selamanya.
Banyak yang tidak menyadari bagaimana nasib para keluarga tiri yang telah menyiksa Cinderella? Dalam kisah Disney, para saudara tiri Cinderella harus menghabiskan hidup dalam kecemburuan dan iri atas nasib Cinderella.
Namun dalam kisah aslinya, obsesi para saudara tiri Cinderella tersebut membawa mereka dalam tindakan nekad dan mengerikan, mereka memotong jari kakinya agar dapat cukup mengenakan sepatu kaca. Selain memotong jari, ada pula yang memotong tumit kaki supaya pas mengenakan sepatu.
Kengerian belum berhenti di situ. Dalam kisah asli, ketika Cinderella menikah dengan sang pangeran, terdapat burung yang datang dari langit yang kemudian mematuk mata para saudara tiri hingga lepas dari rongga matanya. Kisah Putri duyung selalu menjadi fantasi para pelaut yang tengah mengarungi samudra untuk berlayar. Mereka berharap akan menemukan sesosok gadis cantik berbadan setengah ikan yang ketika menangis air matanya akan berubah menjadi mutiara.
Dalam kisah anak-anak yang diceritakan, termasuk juga oleh Disney, Ariel, sang Putri Duyung berhasil berubah menjadi manusia untuk kemudian menikah dengan seorang pangeran dan hidup bahagia selamanya.
Sang penutur cerita asli, Hans Christian Andersen, rupanya memasukkan unsur religi dalam kisah anak-anak ini.
Ia memasukkan nilai bahwa selain menemukan cinta sejati, si Putri Duyung memutuskan menjadi manusia karena ingin masuk ke dalam surga.
Dalam versi kisah lain yang berkembang, ketika sudah memiliki kaki pun, si PutriDuyung pada awalnya merasa berjalan di atas pisau yang tajam.
Ia juga gagal mendapatkan kasih sang pangeran, lantaran ciuman pangeran akan membuat nyawanya pindah ke tubuh sang duyung. Cerita Putri Salju dan tujuh kurcaci selalu menyenangkan untuk disimak ataupun diceritakan kembali. Tarian Putri Salju dan para kurcaci pun begitu menggemaskan dan membuat siapa pun ingin ikut menari hingga lelah yang menghentikan.
Kisah dalam cerita pada umumnya adalah Snow White berhasil menikah dengan pangeran dan sang Ratu Jahat mati lantaran jatuh dari tebing. Akhir kisah tersebut tak jauh berbeda dengan kisah versi Grimms.
Grimms bersaudara menceritakan bahwa Sang Ratu diundang menghadiri pesta pernikahan Snow White dan sang pangeran.
Namun, sebelum memasuki aula kerajaan untuk berdansa, Ratu dipaksa mengenakan sepatu yang terbuat dari besi panas dan kemudian diharuskan menari hingga akhirnya meregang nyawa di pesta pernikahan tersebut. Kisah Putri Tidur menggambarkan perjuangan seorang pangeran untuk mendapatkan gadis pujaan hatinya, apa pun akan dihadapi walaupun harus menghadapi naga bernapas api.
Di kisah umumnya, sang pangeran berhasil menunju puncak menara kastil dan menemukan sang putri tengah tertidur karena kutukan. Lalu pangeran menciumnya dan terbebaslah si putri dari kutukan.
Namun dalam kisah aslinya dalam versi yang lain yaitu Sun, Moon and Talia, karya Giambattista Basile di abad ke-17, kisah putri tidur tak semanis itu.
Sang pangeran yang juga merupakan seorang raja menemukan sang putri, Talia, tengah tertidur. Bukan hanya sekedar mencium, tapi justru memperkosanya.
Talia kemudian terbangun bulan berikutnya dan menemukan dirinya sudah memiliki dua bayi kembar, Matahari dan Bulan. Kemudian Talia bersudaha bertemu kembali dengan sang pangeran yang sudah memiliki ratu.
Sang Ratu mengetahui niat dan kisah Talia, ia kemudian membuat rencana busuk untuk menjebak sang Raja memakan anaknya sendiri.
Namun makar tersebut ketahuan dan sang Ratu dibuang oleh sang Raja ke dalam kobaran api. Sang Raja pun menikahi Talia sebagai bentuk hukuman.