Jakarta, CNN Indonesia -- Mudik atau melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman merupakan salah satu kebiasaan sebagian warga Indonesia setiap tahunnya, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Ribuan, bahkan jutaan pemudik memadati jalan-jalan darat, kapal laut, hingga pesawat untuk kembali bertemu dengan keluarga dan sanak saudara setelah lama tak bersua.
Pembalap nasional Alexandra Asmasoebrata adalah salah satu dari jutaan pemudik yang kerap melakukan perjalanan untuk kembali ke kampung halaman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku mudik ke Sumedang, sudah tiga tahun terakhir aku
nyetir sendiri, gantian dengan saudara aku," kata Alexandra kepada
CNN Indonesia ketika ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Meski tak terlalu jauh, namun Alexandra punya beberapa saran dan tips bagi para pengendara yang akan melakukan perjalanan jauh, sedikit dari "ilmu balap" miliknya.
 Ilustrasi: Jangan menyetir dalam keadaan sakit. (CNNIndonesia Getty Images/Thinkstock) |
1. Kesehatan Pengendara Nomor WahidBagi Andra, panggilan akrab Alexandra, kondisi kesehatan dari pengendara sangatlah penting. Kondisi kesehatan sang pengemudi tidak dapat toleransi sama sekali.
"Seaman apa pun mobilnya, sehebat apa pun pengendaranya, kalau tidak sehat, sama saja bohong," kata Andra. "Yang paling penting adalah kondisi fisik sang pengemudi."
Salah satu cara yang biasa pebalap wanita Indonesia tersebut lakukan guna menjaga kesehatannya menjelan mudik adalah dengan tidur yang cukup.
Andra biasanya berangkat ke Sumedang tidak pada hari kedua Lebaran, lantaran pada hari pertama dirinya akan tidur larut malam dan tidak memungkinkan berangkat ke Sumedang esok paginya.
 Ilustrasi: Cek kendaraan sendiri atau ke bengkel. (Detikcom Thinkstock) |
2. Cek Ricek KendaraanSetelah pengemudi dirasa cukup sehat lahir dan batin, hal kedua yang perlu dipersiapkan adalah kondisi kendaraan yang akan digunakan selama mudik. Baik mobil, motor, atau apa pun, sebaiknya dibawa ke bengkel terlebih dahulu sebelum berkendara jarak jauh.
"Kalau tidak tahu cara mengecek mobil, cukup bawa saja ke bengkel, lagipula sekarang setiap mobil punya indikator," kata Andra.
Indikator yang dimaksud Andra adalah tanda peringatan bila ada komponen ataupun bagian dari kendaraan yang berjalan tidak dengan semestinya. Biasanya indikator ini akan menyala merah bila memasuki kondisi tidak ideal.
 Ilustrasi peta (CNNIndonesia Getty Images/Thinkstock/Riki Risnandar) |
3. Awas NyasarHal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah rute ataupun akses menuju lokasi yang dituju. Biasanya, dalam kondisi mudik akan banyak jalan-jalan alternatif yang menawarkan janji bebas macet seperti pada jalan utama. Namun alih-alih sampai di tujuan, justru malah sampai di tempat antah berantah.
"Jangan sampai di jalan malah 'aduh jalannya ke mana ya?' karena dengan begitu malah justru membuat kerugian, kita harus tahu jalan-jalan alternatif yang ada," kata Andra.
 Ilustrasi: Macet di Tol Cipali. (Detikcom/Aditya Fajar) |
4. SabarBukan mudik namanya bila tidak merasakan macet ataupun berdesak-desakan di suatu tempat. Macet bukan lagi hal yang asing ketika musim mudik ataupun arus balik datang.
Macet yang terjadi di era mudik dan arus balik bukan hanya hitungan menit, tapi dapat terjadi selama beberapa jam. Andra pun pernah mengalaminya.
"Ya namanya mudik, kalau macet terima saja. Pesan saya cuma satu, budayakan mengantre. Kalau sudah jadi budaya mengatre, itu yang bikin tenang saat mudik." kata Andra.
(end/vga)