Jakarta, CNN Indonesia -- Masjid ini berdiri di kawasan yang dahulu kala merupakan tempat pengasingan budak-budak pribumi oleh VOC. Mereka ditempatkan dalam sebuah kawasan bekas rawa yang kemudian ditimbun dan menjadi daratan.
Tampak dari luar, Masjid Jami Al-Mukarromah sama seperti masjid kampung pada umumnya. Namun masjid yang juga memiliki nama lain Maqom Kramat Kampung Bandan atau Masjid Kampung Bandan ini merupakan saksi bisu perjuangan para budak yang memberontak terhadap kaum penjajah.
"Masjid ini dibangun pada 1789, bersamaan dengan dibangunnya kampung ini," kata Andy Alexander, pengamat sejarah Jakarta kepada
CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan tanpa alasan VOC rela menimbun rawa di timur Ancol, Jakarta, untuk para budak yang mereka datangkan dari Banda, Maluku. Ribuan pribumi tersebut rencananya dijadikan budak untuk membantu tentara militer.
Guna menampung sementara di Batavia, VOC mengumpulkan mereka di satu tempat guna mencegah pribumi tersebut berbaur dengan etnis dan suku lainnya.
"Tujuannya agar para suku-suku pribumi tidak bersatu melawan VOC," kata Andy.
Cara inilah yang di kemudian hari menciptakan kampung-kampung terkenal di Jakarta, seperti Kampung Cina, Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Arab, juga kampung-kampung yang lain.
Kedatangan kaum Banda, Maluku, ke Tanah Batavia bermula dari peperangan antara penduduk Banda dengan VOC di Maluku. Kala itu, senior JP Coen kalah dalam peperangan dan tewas.
JP Coen, yang menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, tidak menerima senior yang juga orang yang ia hormati kalah dan mati di tangan pribumi. Ia pun menuntut balas dengan kekejian yang tak pernah dibayangkan orang Banda sebelumnya.
JP Coen menang dan menjadikan penduduk Banda sebagai tawanannya. Lantaran kemahiran orang Banda menombak, ia berniat untuk menjadikan mereka sebagai budak militer, hitung-hitung menambah pasukan VOC.
"JP Coen membawa mereka melalui kapal dari Banda hingga Batavia. Namun dari ribuan budak yang dibawa, setengah dari mereka tewas di perjalanan akibat kelaparan dan penyakit," kata Andy. "Katanya, orang Banda itu mahir menombak sebuah mangga yang masih menggantung di pohon dengan jarak 30 meter."
Namun JP Coen menyadari masih ada api dendam dalam diri orang Banda yang ia bawa. Guna mencegah pemberontakan yang tak ia inginkan, ia mengurung mereka dalam satu lokasi dengan penjagaan ketat.
Mulai dari saat itulah, kawasan yang kini berdiri stasiun kereta satu-satunya di Indonesia dengan jalur atas dan bawah tersebut dikenal dengan nama Kampung Bandan, yang artinya kampung orang-orang Banda.
Orang-orang Banda pun pernah mencoba melawan VOC ketika sudah tinggal di Batavia. Ketika itu, orang Banda menyerang VOC di Marunda. Namun sayang, bekal tombak yang menjadi andalan mereka kalah tanding dengan senjata api milik VOC.
Akibat penyerangan yang berujung kekalahan orang Banda tersebut, sebagian pemberontak dibuang VOC ke Srilangka yang kala itu juga ikut di bawah wilayah Hindia-Belanda.
Masjid Kampung Bandan dapat dibilang tidak memiliki bentuk ataupun arsitektur khusus seperti masjid kuno lainnya. Bentuknya tergolong sederhana, seperti masjid kampung pada umumnya.
Namun di sebelah barat masjid, terdapat dua pohon kurma yang tumbuh tidak berjauhan dan dengan subur tetap bertahan di iklim tropis Indonesia.
"Pohon kurma tersebut masih berbuah dan katanya merupakan satu-satunya yang dapat berbuah di Indonesia," kata Andy.
Kurma atau Phoenix dactylifera merupakan tanaman yang masih satu famili palem-paleman dan berasal dari kawasan Teluk Persia. Tanaman yang dapat tumbuh rata-rata 15-25 meter ini membutuhkan iklim yang kering ataupun gurun untuk tumbuh dengan baik.
Sayangnya belum ada keterangan resmi dari mana dua pohon kurma yang tumbuh hingga menembus atas masjid ini.
Selain dari kurma yang tumbuh secara "anomali" tersebut, Kampung Banda juga terkenal dengan sejarah versi lain dari nama kampung ini selain versi orang Banda.
Dahulu, ketika VOC ingin menempatkan para budak, kawasan rawa ini juga penuh pohon Pandan menyerupai hutan, sehingga kawasan ini juga disebut Kampung Pandan.
Kini, Masjid Kampung Bandan yang terletak di bawah Tol Ancol tersebut diam membisu menyaksikan pembangunan Jakarta yang semakin menggeliat dan meraksasa, menaungi bukti sejarah yang semakin tertutup dengan debu kendaraan dan lapuk dimakan usia.