Kedatangan kaum Banda, Maluku, ke Tanah Batavia bermula dari peperangan antara penduduk Banda dengan VOC di Maluku. Kala itu, senior JP Coen kalah dalam peperangan dan tewas.
JP Coen, yang menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, tidak menerima senior yang juga orang yang ia hormati kalah dan mati di tangan pribumi. Ia pun menuntut balas dengan kekejian yang tak pernah dibayangkan orang Banda sebelumnya.
JP Coen menang dan menjadikan penduduk Banda sebagai tawanannya. Lantaran kemahiran orang Banda menombak, ia berniat untuk menjadikan mereka sebagai budak militer, hitung-hitung menambah pasukan VOC.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"JP Coen membawa mereka melalui kapal dari Banda hingga Batavia. Namun dari ribuan budak yang dibawa, setengah dari mereka tewas di perjalanan akibat kelaparan dan penyakit," kata Andy. "Katanya, orang Banda itu mahir menombak sebuah mangga yang masih menggantung di pohon dengan jarak 30 meter."
Namun JP Coen menyadari masih ada api dendam dalam diri orang Banda yang ia bawa. Guna mencegah pemberontakan yang tak ia inginkan, ia mengurung mereka dalam satu lokasi dengan penjagaan ketat.
Mulai dari saat itulah, kawasan yang kini berdiri stasiun kereta satu-satunya di Indonesia dengan jalur atas dan bawah tersebut dikenal dengan nama Kampung Bandan, yang artinya kampung orang-orang Banda.
Orang-orang Banda pun pernah mencoba melawan VOC ketika sudah tinggal di Batavia. Ketika itu, orang Banda menyerang VOC di Marunda. Namun sayang, bekal tombak yang menjadi andalan mereka kalah tanding dengan senjata api milik VOC.
Akibat penyerangan yang berujung kekalahan orang Banda tersebut, sebagian pemberontak dibuang VOC ke Srilangka yang kala itu juga ikut di bawah wilayah Hindia-Belanda.