Dilema Keamanan Bioskop di Bawah Teror Senjata

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Senin, 27 Jul 2015 14:05 WIB
Bioskop adalah tempat hiburan. Seharusnya orang masuk dengan senang, bukan tak nyaman karena harus diperiksa komplet.
Penembakan di bioskop di Louisiana, AS (23/7). (Detikcom Reuters/Lee Celano)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penembakan yang menewaskan tiga orang di teater Louisiana, AS, baru-baru ini, seakan jadi tamparan keras bagi keamanan bioskop. Seorang ahli di AS mengatakan, keamanan bioskop belum dianggap hal penting.

Sementara setiap bandara, pelabuhan, stasiun kereta, bahkan sekolah dan mal dilengkapi detektor logam dan pemindai senjata, masyarakat masih bisa melenggang bebas keluar masuk bioskop. Tak peduli mereka membawa senjata.

Penyebabnya banyak. Biaya adalah pertimbangan pertama. Menambah alat dan staf bukan perkara murah. Saat detektor logam dipasang, perlu dua sampai empat orang untuk mengawasi sekaligus mengecek tas. Belum lagi saat akhir pekan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, bioskop adalah tempat hiburan. Seharusnya orang masuk dengan senang, bukan tak nyaman karena harus diperiksa komplet.
Masyarakat menganggap menonton bioskop seharusnya menjadi hiburan Jumat malam yang menyenangkan, bukan penuh penekanan. Bioskop terpaksa memenuhi itu, apalagi ia sendiri tengah dalam persaingan dengan streaming, pembajakan film, juga video berbasis permintaan.

"Pemilik bioskop tidak ingin pengalaman masuk tempat mereka menjadi negatif. Berjalan melalui detektor logam dan pemeriksaan tas membuat tidak nyaman," kata Tom DeLuca, presiden dari Global Security Services yang berbasis di New York.

"Perasaan saya berkata, 'Kenapa saya datang ke sini? Ini pasti berbahaya. Saya tidak akan membawa anak-anak ke bioskop ini. Kami akan pergi ke tempat lain,'" ujar DeLuca menyampaikan kata hatinya saat melihat berbagai perangkat keamanan di sebuah bioskop.

Global Security Services sendiri sudah melayani keamanan jaringan bioskop di Amerika selama 15 tahun. Perusahaan keamanan itu pula yang dipanggil, pada Jumat (24/7), ketika malam sebelumnya (23/7) terjadi penembakan di pemutaran film Trainwreck di Lafayette, Louisiana.
Mengutip Reuters, kejadian itu berselang tiga tahun setelah teror penembakan juga menghantui penonton The Dark Knight Rises di bioskop Aurora, Colorado. Di pemutaran tengah malam itu, 12 orang tewas tertembak.

Sementara tahun lalu, seorang pria menodongkan senjata ke pria lain di sebuah bioskop di Florida, hanya karena ditegur akibat terus mengetik selama pemutaran film berlangsung.

Setelah serangkaian peristiwa kriminal, bioskop yang bersangkutan langsung berhadapan dengan hukum. Aurora, Florida, dan Lafayette pun tak terkecuali. DeLuca mengaku langsung ditelepon banyak bioskop setelah peristiwa penembakan itu.

"Mereka meminta A sampai Z. Ada yang meminta pendapat. Yang lainnya bertanya apakah mereka harus kembali memikirkan detektor logam dan pengecekan tas. Saya tidak berpikir mereka akan melakukannya," ujar DeLuca.
Detektor logam pernah dipasang di bioskop setelah peristiwa 9/11 atau jatuhnya pesawat yang dibajak teroris ke Gedung WTC. Jauh sebelum itu, 30 tahun lalu, setelah ada peristiwa kematian, juga pernah dipasang di Long Island.

Namun prosedur keamanan yang ketat, seperti sudah disinggung, justru menjauhkan penonton. Operasionalisasinya pun mahal. Padahal sekali lagi, bioskop sedang bersaing dengan televisi, YouTube, video, streaming, dan sebagainya.

"Metode yang lebih murah adalah meletakkan alarm di seluruh pintu, menggunakan petugas yang lebih terlatih, dan mengetatkan prosedur darurat untuk meminimalisasi kemungkinan korban dan panggilan bantuan," kata Levinson, presiden Expert Security Consulting.

(rsa/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER