Jakarta, CNN Indonesia -- MNC Pictures terus aktif memproduksi film Indonesia. Setelah melejit lewat film
Di Balik '98, tahun ini MNC Pictures akan kembali merilis dua film baru, berjudul
Skakmat dan
Surat Cinta untuk Kartini.Kedua film tersebut belum memiliki jadwal rilis, karena syutingnya pun belum dimulai. Dengan harapan mendapat kelancaran syuting, MNC Pictures lebih dulu mengadakan acara syukuran dengan mengundang para kru film, pemain dan pewarta media di Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Film
Skakmat bercerita tentang seorang tukang ojek yang tiba-tiba terlibat konflik antar-anggota geng. Sedangkan film
Surat Cinta untuk Kartini berkisah tentang seorang tukang pos yang akrab dengan salah satu wanita pahlawan bangsa, Raden Ajeng Kartini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah keriuhan acara potong nasi tumpeng dua produksi film besar,
CNN Indonesia mewawancarai sutradara film
Surat Cinta untuk Kartini, Azhar Kinoi Lubis.
Sejarah dari Sudut Pandang Beda
Biasa dipanggil Kinoi, pria sedikit gempal dengan pembawaan kalem, itu menceritakan alasannya membuat film sejarah dengan sudut pandang orang biasa.
Dikatakan Kinoi, sosok legenda seperti pahlawan memang selalu menarik untuk dikisahkan ke layar lebar, karena banyak orang yang ingin tahu bagaimana sang pahlawan memperjuangkan hidupnya.
Terinspirasi dari film
The Pianist (2002), yang bercerita tentang perjuangan hidup seorang pemain piano di tengah Perang Dunia II, Kino mengaku tertarik menceritakan kisah tukang pos, sosok manusia biasa yang kebetulan terlibat dalam sejarah hidup seorang pejuang emansipasi wanita.
"Banyak yang bisa diceritakan dari sosok seorang pahlawan, karena pahlawan juga manusia biasa, yang menghadapi intrik-intrik kehidupan," kata Kinoi, yang merupakan alumni Institut Kesenian Jakarta jurusan Sinematografi ini.
"Saya tahu Hanung Bramantyo sudah lebih dulu bikin film tentang Kartini. Tapi ide ini murni hasil diskusi saya dengan Lukman Sardi saat tengah menuntaskan pasca-produksi film
Di Balik '98," lanjut Kinoi.
Sulap LokasiKinoi dan timnya akan mulai syuting pada 9 Agustus mendatang. Tinggal menghitung hari, Kinoi tidak merasa ciut, hanya saja ia lumayan deg-degan, karena harus menyulap sebuah lokasi di Yogyakarta kembali seperti Jepara pada era 1900-an.
"Bangunan tahun 1900-an kan sudah banyak yang punah di Jepara. Tahun 1900-an sangat beda lho, dengan tahun 1945. Oleh karena itu, kami akan menggunakan teknik CGI kurang lebih 30 persen," ujar Kinoi, yang pertama kali berkarier sebagai sutradara dalam film
Jokowi (2013).
"Sekarang sih belum ciut, nanti pas pasca-produksi baru deg-degan melihat hasil CGI-nya. Hahaha," lanjut Kinoi.
Tapi yang membuat Kinoi agak tenang adalah pemilihan pemeran yang dirasanya cukup pas.
Kartini versi SegarFilm
Surat Cinta untuk Kartini diperankan oleh Chicco Jerikho, sebagai tukang pos bernama Sarwadi dan Rania Putri sebagai Kartini.
Kemampuan Chicco memang sudah tidak perlu dibahas lagi. Namun bakat Rania memang patut diperbincangkan.
Kinoi menyatakan kalau pemilihan Rania dimaksudkan agar penonton mendapat gambaran baru yang lebih segar tentang Kartini.
"Saya pilih Rania karena Rania adalah Kartini versi saya. Saya tidak mau terbawa arus, kalau sosok Kartini ini harus ini dan itu. Harus diperankan oleh si ini dan si itu. Saya rasa dia mampu menjadi Kartini baru di film ini nanti," kata Kinoi.
Bukan tentang MegahBerdurasi sekitar dua jam, film ini sudah pasti berwujud megah di bayangan orang-orang.
Ditanya soal biaya pembuatan film, Kinoi kembali tertawa, namun enggan berbagi soal angka. Melihat tertawa Kinoi lepas, sepertinya MNC Pictures memang tidak segan-segan menggelontorkan dana demi mewujudkan film yang berkualitas.
"Saya sih tidak terlalu memikirkan biaya. Film itu bukan soal megah atau tidak, yang penting pesannya sampai," ujar Kinoi.
Menutup pembicaraan, Kinoi menyiratkan kalau film
Surat Cinta untuk Kartini akan rilis sekitar Oktober tahun ini.
(ard/vga)