'Man from UNCLE,' Aksi Bromance yang Mengesankan

Nadi Tirta Pradesha | CNN Indonesia
Senin, 31 Agu 2015 06:27 WIB
Sejatinya, kisah film ini sederhana, namun sutradara Guy Ritchie menyajikannya dengan cara luar biasa rumit.
Adegan film The Man from U.N.C.L.E (CNNIndonesia Free Watermark/Dok. Warner Brothers Pictures)
Jakarta, CNN Indonesia -- Memasangkan duo Henry Cavill dan Armie Hammer dalam satu bingkai film The Man from U.N.C.L.E, yang diadaptasi dari serial televisi berjudul sama keluaran 1964, memperlihatkan pilihan brilian sutradara Guy Ritchie.

Aksi kedua aktor tampan, masing-masing sebagai Napoleon Solo dan Illya Kuryakin, sebagai mata-mata benar-benar memikat mata. Pilihan Ritchie menjadikan film ala James Bond era Sean Connery ini juga asyik ditonton kaum hawa.

Padahal sudah cukup lama sutradara asal Inggris ini tak menggarap film. Terhitung sejak Sherlock Holmes: Game of Shadows (2011). Apalagi film itu juga direspon buruk oleh kritik walau mencapai keuntungan besar di bioskop.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Toh begitu Ritchie tak terlihat gamang menggarap film lagi. Terbukti, di tangannya, The Man from U.N.C.L.E. berhasil meletupkan interaksi  duo Cavill dan Hammer, juga Alicia Vikander, si pemeran Gabriella "Gaby" Teller.

Film aksi-komedi berdurasi sekitar dua jam ini memperlihatkan kemampuan Ritchie mengolah narasi. Walau juga harus diakui, hasilnya belum setara garapan Ritchie sebelumnya, seperti Lock, Stock, and Two Smoking Barrels (1998) dan Snatch (2004).

Mayoritas film arahan sang sineas memiliki tempo cepat. Namun kali ini, Ritchie menurunkan tempo The Man from U.N.C.L.E.  beberapa poin. Tujuannya tentu saja agar adegan dapat dinikmati dan tak terlalu cepat lewat dari pandangan mata penonton.

Sejatinya, kisah film ini sederhana, namun Ritchie menyajikannya dengan dengan cara luar biasa rumit. Untung saja film ini bertabur tampang rupawan, juga keindahan lokasi syuting di Roma, Italia, sehingga tetap asyik disimak dari awal hingga akhir.

The Man from U.N.C.L.E. menceritakan misi dua agen rahasia CIA da KGB menemukan Gaby, anak ilmuwan Nazi. Selagi agen CIA Solo bersiap “menculik” Gaby dari Jerman Timur, pada saat yang sama, agen KGB Kuryakin dimandat menangkap atau membunuh Solo.

Pada akhirnya, agen CIA dan KGB ini malah bahu membahu menjalankan misi memboyong Gaby kepada ayahnya. Aksi bromance yang memikat, diselingi dry humor khas Ritchie, membuat film ini direspon positif oleh pencinta film.

Daya pikat lain dari film yang menyoroti upaya ekstraksi dokumen dengan bumbu perebutan kekuasaan dan aksi sabotase ini tak lain detail kostum dan dekorasi yang digarap Joanna Johnston.

Terlihat jelas pengaruh serial televisi Mad Men (2007-2015) dalam desain kostum, juga beberapa set adegan indoor film ini. Sungguh kombinasi tone dan atmosfer 1960-an yang cermat.

Sebetulnya bisa saja Ritchie menggodok plot paralel serta transisi adegan super cepat di film ini, sebagaimana film-film sebelumnya. Apalagi latar film ini memang mendukung hal itu. Tapi ia tak melakukannya.

Akibatnya lumayan fatal. Ketiga karakter utama tersebut tak mampu dihidupkan di layar lebar, melainkan sebatas manekin atau peraga kostum yang memang dibuat oleh desainer top.

Bromance Solo dan Kuryakin kerap dijembatani guyonan. Adegan paling menarik, saat dua pria berbeda karakter ini berargumen soal paduan aksesori Paco Rabanne dengan busana Jean Patou untuk Gaby.

Cavill sebetulnya cocok dengan karakter Solo, sang mata-mata flamboyan bermulut besar. Sayangnya, akting si pemeran Superman di film Man of Steel (2013) ini tak impresif.

Timbul kesan ia lebih banyak berpose ketimbang berakting. Padahal di Man of Steel, ia bisa memaksimalkan akting demi menghidupkan si entitas berkekuatan super namun rapuh itu.

Namun akting Cavill tak seberapa “mentah” dibanding Vikander. Entah apa yang membuat Ritchie seolah tak mampu mengembangkan akting sang aktris muda pemeran Gaby ini.

Akting Vikander jauh lebih memikat saat memerankan Ava, robot android di film sains-fiksi Ex-Machina (2015). Namun daya pikatnya seolah tak terbawa di The Man from U.N.C.L.E.

Film ini sedikit terselamatkan oleh kehadiran Hammer. Aktingnya sangat menyakinkan sebagai Kuryakin, agen KGB traumatik dan patriotik dengan temperamen mendidih.

Pemeran utama The Lone Ranger (2014) ini piawai berakrobat dengan lidahnya sehingga aksen Kuryakin tersimak sangat Rusia, sekaligus komikal dan hiperbolik.

Aksinya yang meyakinkan sebagai tipe agen kombatan dengan kepiawaian bertarung baik, boleh dikatakan mampu mendongkrak pamor The Man from U.N.C.L.E. Untung ada Hammer! (vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER