Jakarta, CNN Indonesia -- Apabila Presiden bertanggungjawab atas sebuah negara, maka peran seorang konduktor tak jauh berbeda: dia pemimpin utama dari keseluruhan elemen musik yang tampil d atas panggung.
Maka, Avip Priatna, sang konduktor pementasan
Simfoni untuk Bangsa, pada Sabtu (29/8) malam bertanggungjawab atas harmonisasi dari tiga hal penting: orkestra klasik, tim paduan suara serta para performer solois.
Masing-masing tentunya memiliki karakteristik tersendiri dan mereka mau tak mau harus padu ketika berada dalam satu pementasan. Terbukti, pementasan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, itu menunjukkan kualitas sesungguhnya dari sang konduktor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harmonisasi lahir dari tiga penampilan kuat Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singers dan The Resonanz Children Choir serta para solois seperti di antaranya Bernadetta Astari dan Marini Widyastari di bawah kendali Avip Priatna.
Tidak ada yang satu mendominasi pertunjukan yang lainnya. Para musisi yang tergabung dalam Jakarta Concert Orchestra mampu berdiri sejajar mengiringi kekompakan vokal dari para tim paduan suara hebat Batavia Madrigal Singers ataupun senandung ekspresif dari para solois.
Mereka sama-sama tertuju untuk menghasilkan karya terbaik bagi penonton yang mesti ditempuh dari selarasnya nada.
Para pementas membawakan lagu dan musik Nusantara yang cukup terkenal, di antaranya
Hela Rotane (Ambon),
Bungong Jeumpa (Aceh),
Butet (Batak) ataupun
Benggong (Flores), dengan cara klasik.
Selain menampilkan lagu daerah, para musisi juga membawakan lagu dengan komposisi baru, seperti S
enandung Syukurku, Pinta Hamba, ataupun aransemen atas puisi Toeti Heraty Rosseno berjudul
Sia-Sia.Saat diwawancarai usai pertunjukan, Avip mengatakan keinginannya untuk mengangkat lagu-lagu Nusantara bermula dari kegelisahannya. Ia menyayangkan lagu daerah tidak begitu dikenal di kalangan anak muda di Indonesia.
 Avip Priatna (CNNIndonesia/Utami Diah Kusumawati) |
Karena itu, dia mencoba untuk mengutak-atik lagu daerah dengan komposisi dan pakem musik klasik.
“Dalam program ini ada lagu daerah dan seriosa yang enggak pernah
dibawain. Ini merupakan kepedulian kami, bahwa kita punya banyak musik bagus yang mudah
dilupain,” kata Avip kepada CNN Indonesia. "Mudah-mudahan dengan kemasan seperti ini mulai banyak generasi muda yang suka."
Untuk mengeksplorasi lagu daerah, Avip mengatakan menggandeng
arranger yang bisa memadukan orkestra dan lagu daerah. Meski demikian, dia mengaku tetap mempertahankan irama lagu daerah dengan menggunakan alat musik yang lebih familiar dengan masyarakat masa kini.
Avip juga mengatakan tetap mempertahankan ciri khas masing-masing lagu daerah. Tugasnya sebagai seorang konduktor, justru berada pada bagaimana lagu tersebut kemudian diinterpretasikan sedemikian rupa agar para penonton tahu dan merasakan pesan di balik sebuah lirik lagu daerah. Salah satu caranya adalah dengan tampil ekspresif atau penuh emosi.
 Membawakan lagu daerah dalam balutan musik klasik, para penyanyi tak ragu bergoyang ekspresif. (CNNIndonesia/Utami Diah Kusumawati) |
Tak heran jika para penyanyi klasik yang tampil di konser
Simfoni untuk Bangsa tak ragu bergoyang ekspresif saat membawakan lagu-lagu daerah.
Saat ini, Avip merupakan konduktor dan direktur musik dari Jakarta Concert Orchestra dan Batavia Madrigal Singers. Lulusan University of Music and Performing Arts Wina, Austria, ini belajar
orchestral conducting dari dirigen terkenal Leopold Hager serta
choir conducting dari Gunther Theuring.
Avip mengatakan akan terus memperkenalkan musik klasik ke masyarakat luas di Indonesia. Di matanya, musik klasik merupakan musik yang banyak ragamnya dan telah dikenal sejak berabad-abad silam.
(utd/vga)