Menyelipkan Karakter Indonesia dalam Komik Asing

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Selasa, 29 Sep 2015 10:54 WIB
Ketimbang berkutat dengan pencarian karakter yang tanpa henti, lebih baik membanggakan Indonesia dengan selipan karakter-karakter kecil di komik asing.
Industri komik Indonesia mulai menggeliat. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia komik Indonesia mulai bergejolak. Talenta anak-anak muda mulai dilirik penerbit besar, bahkan yang asing. Bukan hal aneh lagi saat komikus Indonesia direkrut "raksasa" komik seperti Marvel atau DC di Amerika.

Kondisi itu diakui Jessica Kholinne, salah satu komikus muda Indonesia yang bakatnya pernah diajak kerja sama oleh Marvel dan DC. Menurutnya, respons pemburu talenta asing yang memakai jasa komikus Indonesia, sangat bagus.

"Bagus mereka melihat Indonesia untuk scouting talent," tutur Jessica pada CNN Indonesia saat ditemui di kantornya, studio Stellar Labs, kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyaknya pameran komik, animasi, dan permainan juga membuktikan Indonesia mulai siap untuk dunia kreatif itu. Penciptaan karakter pun beragam, tak melulu pahlawan super. Ada juga tokoh konyol seperti Si Juki.

Namun dengan keberagaman itu, ditambah banyaknya talenta dalam negeri yang dipekerjakan asing, masih mungkinkah karakter asli Indonesia dimunculkan dalam komiknya?

"Kalau yang spesifik Indonesia seperti apa, sejujurnya saya tidak tahu," kata Jessica. Menurutnya, itu tergantung dari penggambar. "Kalau ciri khas penciller bisa dilihat dari tarikan garisnya, suka yang sederhana atau lebih tebal. Ciri khas colorist bisa dilihat dari palet warna dan teknik mewarnainya."

Namun itu tidak terlalu merepresentasikan Indonesia. "Agak susah ya. Apa yang bikin ciri khas kita ketahuan," kata Jessica. Ia berpikir, cerita tradisional seperti Kerajaan Majapahit atau lainnya memang amat Indonesia.

Namun jika orang atau negara lain riset dengan sedikit lebih mendalam, mereka juga akan bisa membuat komik dengan cerita itu. "Contohnya kita, cerita Ramayana dan Mahabarata itu kan versi Hindu. Tapi kita bisa tahu persis."

Karena itu Jessica menyimpulkan, menggali karakter atau membuat ciri khas hanya melalui cerita tidak akan cukup untuk "menjual" Indonesia. Baginya, asal nama Indonesia bisa bersanding dengan talenta asing pun cukup.

"Kalau saya mengerjakan Marvel, colorist-nya tetap akan saya, orang Indonesia, tidak bisa tiba-tiba jadi orang Amerika. Itu harusnya jadi kebanggaan kita," ucap Jessica.

Ia melanjutkan, di mana pun berada secara sadar atau tidak karakter Indonesia akan mengikuti. "Misalnya kita mewarnai karpet. Tanpa sadar kita mewarnai dengan motif karpet yang banyak dijual di jalanan Indonesia."

"Dulu saya juga kenal penciller DC, yang kalau baca komiknya, ada papan iklan berbahasa Indonesia. Kita bisa masukkan itu secara sadar atau tidak. Misalnya ada gambar orang di meja dan ada peta. Yang difokuskan peta Indonesia. Hal-hal kecil seperti itulah," ujar Jessica.

Menurutnya, itu lebih bisa membuat Indonesia membanggakan ketimbang hanya berkutat dalam pencarian karakter yang tak kunjung berujung. (rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER