Jakarta, CNN Indonesia -- Film India masa kini sudah jauh dari
Kuch Kuch Hota Hai atau
Koi Mil Gaya. Mereka lebih modern, meski ceritanya masih berkutat sekitar percintaan. Jarak ada lagi nyanyian, kain sari berterbangan, atau tarian di taman-taman.
Salah satu produser film Bollywood tersukses masa kini,
Bajrangi Bhaijaan percaya bahwa generasi sineas India masa kini, jika ingin memimpin dunia perfilman, harus meninggalkan lagu-lagu tradisional dan dansa di film.
"India memang masih menemukan format untuk menjadi
Crouching Tiger atau
Hidden Dragon. Tapi itu hanya masalah waktu," kata Amar Butala, sang produser. Dua film yang disebutnya adalah kesuksesan China dan Taiwan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keduanya langsung membetot perhatian dunia saat rilis.
Hidden Dragon, garapan sutradara Taiwan, Ang Lee bahkan memenangi Piala Oscar pada 2000 untuk film berbahasa asing terbaik.
Film itu mengantongi US$128 juta (Rp1,8 trilin) dari bioskop global, menjadi film tak berbahasa Inggris terlaris setelah mengalahkan tiga kali pendapatan
My Beautiful Life (1998), film berbahasa Italia yang juga sukses.
Film Bollywood masa kini ingin mengejar itu. Mereka sudah punya
Bajrangi Bhaijaan, film terlaris ke-dua sepanjang sejarah Hollywood. Bujet pembuatannya besar dan menghebohkan. Ada pula Baahubali yang memecahkan rekor pembuatan poster terbesar yang pernah ada di Bollywood.
Mengutip Telegraph, secara global, film itu berhasil mengantongi US$91 juta (Rp1,3 triliun). Ia menempati film terlaris ke-dua setelah
PK yang meraup US$114 juta (Rp1,6 triliun).
PK sempat menempati layar yang cukup lama di bioskop Indonesia, sebulan lebih.
"Pembuat film di Bollywood harus mengubah cara membuat filmnya di tahun-tahun mendatang, apakah itu ceritanya atau penggunaan lagu dan tarian. Dan kita akan melihat lebih banyak film Bollywood menjangkau khalayak internasional," tutur Butala berpendapat.
Bollywood memang mulai diperhitungkan. Buktinya, film sutradara Mozez Singh,
Zubaan mengawali Busan International Film Festival (BIFF) tahun ini. Itu pertama kali film Bollywood membuka festival film internasional.
Di festival film yang berlangsung sampai 10 Oktober itu, akan ada 16 film India yang diputar, di antara 304 produksi film lainnya.
Butala percaya, kesuksesan filmnya akan membuka mata para sineas India untuk berani mengeksplor topik yang lebih luas, tidak hanya soal romantika yang berhubungan dengan tari.
"Pembuat film di India ingin filmnya bepergian, menjangkau lebih banyak penonton. Film berbahasa India yang mainstream belum bisa berbuat seperti itu. Tapi saya pikir kesempatan untuk melakukannya besar," katanya.
(rsa/vga)