Ramai-ramai Menyimak Falsafah Wayang di Kota Tua

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Kamis, 08 Okt 2015 04:07 WIB
Sebelas jenis wayang Nusantara dipertunjukkan di Kota Tua Jakarta selama digelar Festival Wayang, pada 7-11 Oktober 2015.
Ilustrasi wayang (CNNIndonesia GettyImages/Robertus Pudyanto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dalam upaya mendekatkan kembali wayang kepada masyarakat umum, Museum Seni Rupa dan Keramik yang terletak di Kota Tua Jakarta menggelar Festival Wayang. Festival tersebut menghadirkan sebelas jenis wayang dari berbagai daerah Indonesia.

Festival yang digagas oleh Museum Wayang bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta ini dibuka secara resmi oleh Purba Hutapea, selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, pada Rabu (7/10).

"Festival ini diselenggarakan sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya tradisional wayang, kita ingin mengembangkan dan memberdayakannya," Purba mengucapkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ia menambahkan bahwa festival wayang ini diharapkan dapat menjadi hiburan bermutu bagi pengunjung. Sebagaimana kita tahu, kisah pewayangan memang sarat falsafah.

"Festival ini diadakan untuk mengisi hiburan di Kota Tua yang bermutu dan bisa disaksikan pengunjung. Serta saya harap, acara ini mendapatkan apresiasi dari pengunjung Kota Tua."

Festival Wayang dilaksanakan selama lima hari, mulai 7 hingga 11 Oktober 2015, di Museum Seni Rupa dan Keramik, juga Ruang Pagelaran Museum Wayang. Lewat festival ini, masyarakat umum dapat lebih mengenal jenis dan asal usul wayang Indonesia.

"Festival ini diharapkan dapat menjadi wadah para pelaku seni, terutama di bidang pedalangan untuk lebih mengembangkan kreativitas seni mendalang," tutur Dyah Damayanti, selaku kepala Unit Pengelola Museum Seni.

"Wayang merupakan budaya bangsa yang wajib dilestarikan, saya harap masyarakat dapat menjadi lebih dekat kembali dan terhibur dengan adanya pertunjukan wayang ini," Dyah menambahkan.

Pedalangan sendiri adalah sebuah sastra rekabahasa yang diselenggarakan dalam bentuk pergelaran wayang.

Ada beberapa wayang kulit tradisional yang ditampilkan dalam festival ini, yakni Wayang Kulit Surakarta, Golek Ringkang, Jawa Timuran, Yogyakarta, Betawi, Sunda dan lain-lain.

Masalah yang ditemukan dalam masyarakat kita adalah, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui perbedaan wayang Jawa Timur, Jawa Barat, Betawi dan daerah-daerah lain.

Maka dari itu, Dyah sangat berharap, dengan adanya Festival Wayang ini, masyarakat umum akan lebih teredukasi budaya wayang.

Selain menjadi tontonan serta memiliki unsur humor, wayang juga dapat menjadi tuntunan bagi para penggemarnya. Cerita yang dibawakan sang dalang terkadang memiliki pesan moral yang layak diikuti.

Walaupun cerita yang dibawakan sang dalang terkadang memiliki unsur fiksi, namun selalu ada pesan sarat makna dan falsafah yang dapat diambil dari pergelaran wayang tersebut.

Bahkan, tidak jarang pergelaran wayang memiliki unsur yang menyindir para pejabat  koruptor. Salah satunya, wayang Ringkang dari Bandung, Jawa Barat. Diiringi musik khas Sunda dan merdunya suara penyanyi wanita, sebuah cerita wayang bertajuk Sumantri Ngenger pun dimulai.

Dalam ceritanya, sang dalang menyisipkan sindiran terhadap para politisi yang suka mengambil hak rakyat alias koruptor. Hal tersebut membuktikan  wayang bukan sekadar tontonan, namun juga dapat dijadikan panutan serta tuntunan.

Festival Wayang 2015 berlangsung selama lima hari dan terbuka untuk masyarakat umum. Pengunjung tidak dipungut biaya untuk menikmati pagelaran wayang yang unik dan seru ini.

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER