Pussy Riot Rilis Video Musik untuk Pengungsi

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Kamis, 19 Nov 2015 16:30 WIB
Dalam video musiknya, anggota Pussy Riot terlihat mengenakan baju tahanan penjara dan topeng rajutan berwarna-warni.
Ilustrasi pengungsi Suriah dan Afghanistan. (REUTERS/Alkis Konstantinidis)
Jakarta, CNN Indonesia -- Grup band punk rock feminis asal Rusia, Pussy Riot, telah merilis video musik baru berjudul Refugees In. Selain tema lagu, video musiknya juga tidak kalah menarik, karena dibuat di taman bermain buatan seniman anonim Banksy, Dismaland.

Sebelumnya, grup band yang terbentuk pada Agustus 2011 dan beranggotakan sekitar 11 orang wanita gagah berani ini tampil dalam panggung musik di Dismaland, pada September tahun ini.


Ketika itu, Pussy Riot tampil di dalam kurungan besi dan keriuhan kerusuhan buatan sebagai latar belakangnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kita tidak diajarkan untuk balas dendam, tapi untuk menyayangi satu sama lain. Pussy Riot kini tidak hanya bersuara untuk kaum feminis, LGBT dan pengungsi di Rusia, namun di seluruh dunia. Nadya Tolokonnikova "Pussy Riot"
Dilansir Pitchfork, pada Kamis (19/11), video musik tersebut dibuat Pussy Riot untuk menyuarakan protes tentang isu perlindungan terhadap pengungsi yang selama ini diabaikan pemerintah.

"Kita seharusnya menerima dan melindungi siapa pun yang menyelamatkan diri dari negara yang penuh dengan terorisme," kata salah satu personel Pussy Riot, Nadya Tolokonnikova, melalui keterangan resmi.

"Kami akan merilis banyak video yang menjijikan tahun depan. Semoga kalian tidak menyukainya," lanjut Nadya.

Dalam video klipnya, anggota Pussy Riot terlihat mengenakan baju tahanan penjara dan topeng rajutan berwarna-warni.


Selain merilis lagu bertema perlindungan terhadap pengungsi, Pussy Riot bersama kelompok seni asal London, The Connor Brothers, juga mendirikan Refugee Response Foundation di Calais.

"Kita tidak diajarkan untuk balas dendam, tapi untuk menyayangi satu sama lain. Pussy Riot kini tidak hanya bersuara untuk kaum feminis, LGBT dan pengungsi di Rusia namun di seluruh dunia," ujar Nadya.

[Gambas:Youtube] (ard)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER