Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Agaknya tidak semua orang mau mengaku menggemari karya Taylor Swift, tapi semua orang mau mengaku menggemari karya Adele.
Musisi wanita asal Inggris yang baru berusia 27 tahun ini berhasil membuat banyak penikmat musik di dunia menggemari musiknya.
Tanya saja teman Anda yang gemar memakai kaus band berwarna hitam. Minimal ia pasti tidak pernah terganggu dengan karya-karya Adele. Dan maksimal ia menyimpan lagu
Someone Like You dalam alat pemutar musiknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adele berkarier sejak 2006. Hingga saat ini, ia telah merilis tiga album,
19 (2008),
21 (2011) dan
25 (2015).
Album musik terbarunya yang bertajuk
25 baru saja dirilis pada 20 November kemarin. Hingga lewat sepekan setelah diedarkan, album berisi sebelas lagu itu telah terjual sebanyak 4 juta keping hanya di Amerika Serikat (AS).
Dilansir dari data Nielsen Music, rekor penjualan minggu pertama Adele di AS berhasil mengalahkan rekor penjualan album 'NSYNC bertajuk
No Strings Attached yang "hanya" berjumlah 2,42 juta keping.
Tidak hanya sukses di pasar. Album-album Adele juga berhasil mencuri hati para kritikus musik.
Sampai saat ini Adele telah memajang 85 piala penghargaan musik di rumahnya. Dari Grammy Awards saja, ia telah membawa pulang sepuluh piala.
Rasanya hampir bosan menulis segala prestasi Adele. Bagai menuang air ke lautan.
Tapi bagi para musisi yang "nyaris Adele" seperti Swift, Ellie Goulding, Katy Perry, sampai Ariana Grande, kehadiran Adele kembali di industri musik dunia tahun ini bisa jadi merupakan ancaman.
Contohnya Swift, yang telah merilis album pada 2006, 2008, 2010, 2012 dan 2014 belum berhasil melampaui rekor penjualan minggu pertama Adele yang baru merilis album pada 2008, 2011 dan 2015.
Swift pun harus berganti aliran musik, dari
country ke pop, di album
Red yang dirilis 2012 demi menggaet pendengar lebih banyak. Sementara Adele tetap setia menyanyikan lagu balada sejak album
19 (2008).
Jika Adele tidak ingin dijadikan ancaman, para penyanyi yang "nyaris Adele" memang harus segera membenahi kualitas vokal dan konsistensi karyanya.
Minimal mereka bisa bernyanyi dengan suara sejernih di album musik atau maksimal bisa membawa pulang puluhan piala penghargaan, seperti Adele.
Industri musik dunia pun harus telaten dalam mengembangkan bakat-bakat baru. Jangan hanya mengorbitkan musisi yang berwajah rupawan saja, agar penyanyi selevel "nyaris Adele" bisa berganti dengan penyanyi setara dengan Adele.
Namun usaha para penyanyi "nyaris Adele" ini janganlah dikecilkan. Karena mau tidak mau, suka tidak suka, mereka akan kembali menghibur kita selama Adele belum merilis album baru lagi tahun depan.
Anggap saja para "nyaris Adele" ini seperti band pembuka dalam sebuah konser sebelum band utama tampil.
(yns/dlp)