Apakah Isu Rasialisme Juga Menerpa Grammy Awards?

CNN & Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Selasa, 16 Feb 2016 02:04 WIB
Pada saat Academy Awards diterpa isu rasialisme, Grammy Awards justru diapresiasi, karena tahun ini nominasinya "disesaki" musisi kulit hitam.
Kendrick Lamar, musisi kulit hitam yang menguasai nominasi Grammy Awards 2016. (Bennett Raglin/Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada saat penghargaan film Academy Awards diterpa isu rasialisme, penghargaan musik Grammy Awards justru diapresiasi. Pasalnya, musisi berkulit hitam Kendrick Lamar dan album musiknya yang bertajuk To Pimp a Butterfly merajai nominasi bergengsi.

Di ajang Grammy Awards tahun ini, Lamar mendapat 11 nominasi, hanya berselisih satu dari mendiang Michael Jackson yang sempat mendapat 12 nominasi.

Banyak kritikus musik berpendapat, album To Pimp a Butterfly bahkan bisa memenangkan Album Musik Terbaik Tahun Ini, kategori yang paling bergengsi di Grammy Awards.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi apakah Grammy Awards tidak pernah luput dari isu rasialisme seperti Academy Awards? Sama seperti industri film, industri musik juga telah lama dilanda isu yang sama.

Dilansir dari CNN pada Rabu (12/2), awal bulan ini situs web musik Billboard sempat menulis artikel yang berjudul Confessions of a Grammy voter: Industry heavyweights share their predictions —and gripes.

Secara garis besar, tulisan itu menyoroti "kepentingan-kepentingan" yang memihak warna kulit dalam industri musik, khususnya saat penyelenggaraan Grammy Awards.

Dalam artikel itu juga disebutkan, seorang penulis lagu merasa mayoritas anggota tim penilai di Grammy Awards ialah "pria berumur yang berkulit putih."

"Saya melihat perubahan yang besar sejak tiga atau empat tahun yang lalu. Anggota tim penilai juga semakin beragam, tapi masih banyak urusan yang harus dibenahi," kata penulis musik itu.

Ada Sedikit Ketidakadilan

Belum lama ini beredar isu kemenangan penyanyi berkulit putih seperti Adele dan Sam Smith mendapat sorotan yang lebih besar dibanding kemenangan musisi berkulit hitam.

Hal ini disadari oleh Jazmine Sullivan, salah satu musisi yang mendapat nominasi Grammy Awards, seperti yang diketahui dalam wawancaranya dengan The Associated Press.

Ia sadar karier bermusiknya tidak akan menyamai Adele, meski bakat bermusiknya bisa disebut bersaing.

"Saya senang jika ada orang yang mengapresiasi saya, karena masih ada sedikit ketidakadilan mengenai apresiasi yang didapat oleh musisi berkulit hitam," kata Sullivan.

"Tapi saya mencoba untuk tidak terlalu fokus terhadap hal yang negatif," lanjutnya.

Harvey Mason Jr, penulis lagu yang telah memenangkan enam piala Grammy Awards dan telah berkerja sama dengan sejumlah musisi papan atas seperti Elton John, Britney Spears, Justin Bieber dan Mary J. Blige, dinominasikan dalam Grammy Awards tahun ini atas karyanya berupa album musik lagu tema film Pitch Perfect 2.

Mason mengatakan kepada CNN bahwa penyelenggara Grammy Awards, Recording Academy, selalu berusaha untuk menambah keanggotaan dari latar belakang yang beragam dan mendengarkan selera pasar.

Mason memberi contoh nominasi yang diterima Lamar. Ia mengatakan, sang rapper terinspirasi oleh cara kerja musisi, penulis dan produser musik Quincy Jones yang kerap mengajak musisi lintas genre untuk berkolaborasi.

"Musiknya sangat orisinal sehingga ia pantas mendapatkan apresaisi," kata Mason. "Ia berhasil mengangkat derajat musik hip-hop."

Kepentingan dalam Industri Musik Amerika Serikat

Kenyataan yang terjadi selama penyelenggaraan Grammy Awards menimbulkan beragam komentar.

Dalam Grammy Awards tahun lalu, penulis majalah Rolling Stone, Raquel Cepeda, menyoroti beberapa nominasi bergengsi didominasi oleh musisi berkulit putih, begitu juga nominasi Album Rap Terbaik.

Namun belum lama ini Jesse Sendejas Jr. dari Houston Press menulis, apresiasi Grammy Awards tahun ini terhadap seniman berkulit hitam bisa dibilang lebih baik daripada Academy Awards.

"Selalu ada musisi berwarna kulit selain putih yang menang di Grammy Awards. Kenyataan ini memperlihatkan kalau semua orang bisa ikut andil dalam industri musik Amerika Serikat, suatu hal yang tidak bisa terjadi di industri filmnya," tulis Sendejas.

Meski demikian, Grammy Awards tidak 100 persen luput dari isu rasialisme. Namun Mason merasa hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan.

Baginya, jika anggota tim penilai Grammy Awards memiliki "kepentingan pribadi," hal tersebut bukan masalah besar, karena masih banyak penggemar musik yang mengutamakan kualitas.

"Penggemar musik tidak peduli siapa menyanyikan apa. Tidak pernah ada istilah musik kulit hitam dan musik kulit putih bagi mereka," ujar Mason.

"Buatlah karya terbaik, maka mereka akan mendengarkannya," lanjutnya.

(ard/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER