Jakarta, CNN Indonesia -- Jauh sebelum fenomena Raisa atau Isyana Sarasvati, dunia musik Indonesia telah dimeriahkan oleh kehadiran penyanyi wanita Lea Simanjuntak.
Tercatat, wanita yang berusia 36 tahun ini memulai karier di industri musik sejak 2000, dengan meniti karier dengan mengikuti lomba vokal dan menjadi penyanyi latar musisi terkenal.
Adik selebriti Sophie Navita yang menikahi musisi Pongki Barata ini telah menggemari musik sejak usia enam tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika kemampuan vokalnya dipuji, Lea langsung tersipu dan mengatakan itu adalah berkah dari keluarganya yang berdarah Sumatra Utara.
"Rata-rata, orang Batak itu suaranya bagus. Mungkin suara bapak-bapak pengacara yang sering muncul di televisi itu kalau bernyanyi juga enak didengar," kata Lea kepada
CNN Indonesia sambil tertawa.
Keluarga besar Lea memang menggemari musik, ditambah lagi dengan tradisi turun temurun bergabung dalam kelompok vokal di gereja, yang kemudian membuat dirinya "tertular" dengan kecintaan akan musik.
"Yang mengajari saya bernyanyi pertama itu opung. Beliau mengajarkan saya not balok hingga teknik bernyanyi," ujar Lea.
"Tapi saya memang cinta sama musik sih, jadi mau-mau saja waktu
diajarin dan malah kepingin," lanjutnya.
Setelah jadi anggota kelompok vokal gereja, Lea remaja mulai menantang dirinya dalam berbagai lomba musik. Salah satu yang ia ikuti ialah Festival Musik Tenda Prambors.
Nama besarnya di lomba musik membuat dirinya lalu dipercaya untuk menjadi penyanyi latar musisi terkenal Indonesia, seperti Chrisye, Krisdayanti, Nugie, Rio Febrian, hingga Erwin Gutawa.
Keluar dari Zona NyamanPrinsip hidup Lea yang tidak ambisius membuat Sophie gemas. Seperti yang dikatakan Lea, Sophie merasa dirinya mampu menjadi penyanyi utama, bukan sekadar penyanyi latar.
"Sophie mengatakan, saya harus tampil sebagai penyanyi solo, karena saya punya bakat. Lalu, saya mengikuti sarannya dan mulai mencari panggung musik untuk bernyanyi sendiri," kata Lea.
"Ternyata tantangannya jauh lebih besar. Sebagai penyanyi solo saya harus membentuk manajemen sendiri untuk mencari panggung sendiri. Saya seakan merintis karier saya dari awal lagi," lanjutnya.
Lea bersyukur, kalau bukan karena Sophie, dirinya mungkin tidak akan berada di posisinya sekarang.
Dengan nasehat Sophie, Lea juga merasa dapat memunculkan rasa tertantangnya untuk keluar dari zona nyaman.
"Saya memang '
mageran' anaknya. Kalau bukan karena Sophie mungkin sekarang saya tidak bisa bermain teater musikal atau berkolaborasi dengan David Foster di festival musik Java Jazz nanti," ujar Lea sambil tertawa.
Karya pertamanya sebagai penyanyi solo tertuang dalam album musik berjudul
Bangun yang dirilis pada 2004.
Hingga pada akhir tahun lalu, Lea merilis album musik keempatnya yang berjudul
The Perfect Year.
Pasar SendiriMeski tidak melupakan seriosa, lagu-lagu Lea dinyanyikannya dengan teknik bernyanyi pop.
Hal ini memang membuat terkejut banyak orang di sekitarnya, padahal tidak banyak penyanyi muda yang bisa bernyanyi seriosa, namun Lea mengatakan, pop adalah panggilan jiwanya.
"Saya tidak merasa kalau seriosa tidak bisa laku. Banyak kok panggung musik yang ingin menampilkan penyanyi seriosa. Sampai sekarang pun saya masih diundang. Tapi saya suka dengan eksperimen yang bisa dilakukan di dalam pop," kata Lea.
"Kalau pop teknik bernyanyinya banyak dan tidak ada aturan baku, sedangkan seriosa aturannya baku, jadi saya lebih pilih yang bisa membuat saya bereksplorasi," lanjutnya.
Telah memilih pop, bukan berarti Lea bebas bereksperimen dengan idealismenya. Tiap panggung musik, ada saja panitia yang memintanya menyanyikan lagu pop pasaran demi memeriahkan suasanya.
"Saya sering bilang, kalau bukan lagu sendiri, saya ingin membawakan lagu-lagu milik musisi lain yang sekelas Whitney Houston. Tapi ya gitu, lagu Whitney-nya satu, lagu pop pasarannya banyak," ujar Lea kembali tertawa.
"Saya sih santai, toh penontonnya juga jadi seru kalau saya menyanyikan itu. Saya merasa bisa berkarya di panggung lain kok," lanjutnya.
Setelah menikah dan sibuk mengurus keluarga, Lea sempat menghilang dari panggung musik. Bagai roda yang berputar, kini banyak bermunculan penyanyi-penyanyi muda yang juga berbakat.
Namun, Lea tidak merasa tersaingi. Baginya pasar dan konsep bermusik mereka jauh berbeda.
"
I have my own market, rata-rata penggemar musik usia 30-40 tahunan. Saya tidak ambil pusing lagi harus bersaing ini itu dengan mereka. Saya mengetahui kapasitas bermusik saya," kata Lea.
Setelah teater musikal dan berbagai kolaborasi, Lea mengaku belum puas dan masih ingin menggapai cita-cita baru.
Salah satu cita-citanya adalah mendirikan ruang seni yang menggabungkan kecintaannya dan sang suami akan seni.
"Mungkin akan membuat studio seni visual dan musik, karena suami saya berkarier di bidang desain interior. Tidak menutup kemungkinan juga untuk membuka sekolah musik atau mengorbitkan penyanyi baru," ujar Lea menutup pembicaraan.
(ard/vga)