Jakarta, CNN Indonesia -- Ada keasyikan tersendiri kala menyimak penampilan vokalis perempuan di grup band yang didominasi personel pria, macam Kotak, The Groove, Mocca, Coklat, Ten 2 Five, Neonomora, juga Stars and Rabbit.
Keberadaan mereka memperlihatkan keberhasilan perempuan menampilkan kualitas dalam bermusik yang tak kalah dibanding vokalis pria. Tak heran bila banyak orang mengapresiasi dan menghargai mereka.
Bagi si vokalis perempuan sendiri, kesempatan menjadi satu-satunya perempuan personel grup band menegaskan ruang bagi perempuan di dunia musik. Hal ini diakui Elda Suryani dari duo folk Stars and Rabbit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Aku merasa ruang perempuan dalam musik itu lebih bebas. Enggak ada batasan untuk perempuan dalam musik. Enggak ada salah atau benar untuk perempuan di musik," kata Elda kepada CNNIndonesia.com, kemarin (20/4).
Sang dara Yogyakarta menyatakan hal itu terjadi karena dilatari oleh perkembangan zaman yang sudah lebih modern. Pola pikir masyarakat, terutama pria, lebih luas sehingga dapat menerima kehadiran perempuan dengan terbuka.
Walau ruang perempuan lebih bebas dalam bermusik, Elda mengaku tetap merasa "janggal" ketika berkonser. Kadang ia merasa terintimidasi sebelum tampil di hadapan penonton atau musisi lain yang kebanyakan laki-laki.
Elda mengatakan, "Rasa terintimidasi itu tetap ada, karena saya perempuan. Terkadang saya takut, apakah mereka akan menghormati saya? Apakah [pikiran] mereka terbuka?"
Ia menceritakan pengalamannya ketika tampil di sebuah acara musik di Palembang, Sumatera Selatan yang dijejali banyak musisi laki-laki. Sulit baginya untuk menahan musisi lain atau penonton yang tidak bisa menerima kehadirannya.
"Untung
jaman sekarang
udah berubah," kata Elda. "Waktu itu, sebelum tampil, pembaca acara bilang, 'Band yang akan tampil vokalisnya perempuan. Ingat ibu dan saudara perempuan kalian. Kalian harus hargai vokalis ini.' Ya akhirnya penonton musik metal itu mengerti dan menghormati saya," kata Elda.
Elda menambahkan bahwa kesetaraan itu tak luput dari perjuangan Kartini. Menurutnya, peringatan Hari Kartini harus tetap ada, walau ada kalanya tak sesuai dengan makna dari Kartini sendiri.
"Acara untuk memperingati Hari Kartini harus tetap ada. Kalau tidak, generasi di bawah tidak akan tahu," kata Elda. Jika pun perayaan yang tidak mencerminkan Kartini, Elda menyarankan, "Sebaiknya mereka terus [belajar] mengetahui Kartini sebenarnya."