Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap negara memiliki karakter tersendiri dalam menyuguhkan karya perfilman. Terutama karakter yang digambarkan dalam film produksi mereka.
Biasanya karakter itu dipengaruhi oleh latar belakang suatu negara, juga teknologi. Jika suatu negara sudah memiliki karakter dalam film, maka karakter itu akan melekat pada penonton.
Sebagaimana halnya karakter perfilman Eropa. Banyak orang beranggapan bahwa film-film Eropa cenderung membosankan, bertele-tele dan memiliki akhir cerita yang tidak jelas. Hal itu pun diakui oleh, Orlow Seunke, Direktur Festival Europe on Screen 2016.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang banyak orang yang mengira karakter film Eropa seperti itu. Tetapi sebenarnya tidak selalu seperti itu, ada beberapa karakter film Eropa yang berbeda," kata Seunke, saat diwawancarai oleh CNNIndonesia.com, baru-baru ini.
Seunke menyayangkan banyak orang yang salah mengetahui film berdasarkan karakter saja. Ia mencontohkan dengan film
Transporter dan
Now you See Me. Keduanya merupakan film produksi Eropa, namun banyak orang di dunia yang menganggap film tersebut merupakan produksi film Amerika.
Berdasarkan fakta itu, ia mengaku film-film Hollywood memang tidak bisa dikalahkan. Orang Amerika sangat mumpuni dalam membuat film yang meramaikan dunia hiburan.
"Sejak awal, Hollywood sangat fokus membuat film untuk dunia hiburan. Hal itu mendasari karakter mereka yang kuat," kata Seunke.
Sementara itu, salah satu negara Asia juga dianggap menjadi pesaing terberat Eropa. Seunke menyatakan bahwa perfilman China dapat mengalahkan perfilman Eropa.
Seunke mengatakan, "China melakukan investasi yang sangat baik dalam film. Mereka selalu ingin bersaing dengan negara lain yang ada di dunia."
Ia menjelaskan bahwa pada awalnya China hanya membuat bioskop. Namun saat ini, mereka mulai membangun korporasi dan studio canggih dengan teknologi yang serupa dengan studio di Amerika. Seunke memperkirakan 10 sampai 15 tahun lagi perfilman China dapat mengalahkan Eropa dan Amerika.
Tak dapat dipungkiri bahwa film sangat erat dengan bisnis. Seunke menyatakan dalam film terdapat kreativitas sebanyak 50 persen dan bisnis sebanyak 50 persen.
"Saat ini, China sudah mulai secara perlahan," kata Seunke. "Seperti membuat sekolah film dan studio film. Mereka melakukan itu semua karena bisnis."
(vga/vga)