Budaya Tradisional dan Pop Jepang Bertemu di Jakarta

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Sabtu, 14 Mei 2016 18:23 WIB
Festival bernama Ennichisai itu memamerkan tarian, alat musik, seni tulis, hingga musisi muda dari negeri matahari terbit.
Festival Tradisional Jepang Ennichisai 2016 di Kawsan Blok M Square, Jakarta. Acara yang digelar pada 14 & 15 Mei ini menyuguhkan sejumlah budaya tradisonal dan pop jepang. (CNN Indonesia/Andika Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Festival Tradisonal Jepang Ennichisai 2016 yang diadakan di Kawasan Blom M Square Jakarta resmi dimulai hari ini. Dalam gelaran yang akan berlangsung hingga besok itu, dipertemukan dua budaya tradisional yang berbeda. Keduanya akan ditunjukkan di panggung tradisional dan panggung budaya pop.

Pada panggung tradisonal, Ennichisai menyuguhkan budaya Jepang tradisonal. Seperti penampilan Mikoshi yang didahului dengan tarian Eisa dari Okinawa di jalan menuju panggung tradisional. Mikoshi sendiri adalah miniatur yang menyerupai kuil Shinto.

Pada area tradisional terdapat permainan Wadaiko (perkusi tradisional Jepang) yang dimainkan oleh anak-anak. Anak perempuan dengan rentang usia 11 sampai 16 tahun itu memainkan alat musik perkusi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alat-alat itu menimbulkan suara gemuruh di atas kereta tradisional Jepang yang disebut Dashi. Pada kereta yang terbuat dari kayu jepara itu terdapat ukiran-ukiran naga barong yang dalam bahasa Jepang disebut Sishi.

Selain itu juga terdapat teknik menulis kaligrafi Jepang yang saat ini sudah hampir punah. Adalah Rubaya (74) yang memperlihatkan penulisan huruf kaligrafi Jepang. Ia juga menjual karya dengan menuliskan nama pemesan dengan kisaran harga Rp 50.000 - Rp 80.000.

"Saya awalnya belajar sastra Jepang di Unpad tahun 1964, lalu setelah lulus lanjut belajar kaligrafi Jepang tahun 2002. Budaya tradisonal ini sudah hampir enggak ada karena memang susah. Untuk menulis kaligrafi ini harus memahami abjad dari huruf katakana dan hiragana, habis itu baru kanji dan kaligrafi," kata Rubaya.

Selain menawarkan budaya tradisonal, acara ini juga menawarkan budaya pop Jepang. Pada area ini terlihat lebih banyak remaja dan anak muda Indonesia. Kebanyakan dari mereka berkumpul di booth komik jepang dan panggung pop yang menampilkan sejumlah musisi.

Love Android (girl band), Loverin Tamburin, Musumen (boy band), Faint Star, Rei Narita, REDSHiFT (dj) adalah sejumlah musisi yang akan tampil di panggung budaya pop. Loverin Tamburin menjadi salah satu band yang paling menarik bagi pengunjung yang hadir.

"Kalau saya dateng kesini emang sebenernya mau nonton Loverin Tamburin. Mereka terkenal lewat lagu yang menjadi sountrack di beberapa anime (film kartun Jepang). Mereka kan juga udah sering konser di luar negeri selain Jepang," kata Mamat (20).

Keyboardis Loverin Tamburin, Hiro, mengatakan bahwa soundtrack lagu anime menjadi jembatan yang bisa menghubungkan bandnya dengan penggemarnya.

"Kalau ada festival dan kami membawakan lagu anime di depan penggemar itu memang selalu menarik. Dengan membawakan lagu itu kami dapat berkomunikasi dengan penggemar. Kami sudah merasakan itu di beberapa penampilan sebelumnya," kata Hiro, saat jumpa pers sebelum tampil.

Di antara dua panggung tersebut terdapat berbagai booth makanan yang menjual makanan khas Jepang. Takoyaki, ocha, sushi, mochi, okonomiyaki dan ramen adalah makanan khas Jepang yang ada dalam acara ini.

(meg)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER