Meliarkan Imajinasi Lewat Dongeng Kamishibai

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Selasa, 09 Jun 2015 10:55 WIB
Secara harfiah, kamishibai bisa diartikan sebagai kertas drama. Pencerita berkisah melalui kertas demi kertas.
lustrator Jepang, Satoshi Kitamura memamerkan metode dongeng tradisional, kamishibai di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (8/6). (CNN Indonesia/RIzky Sekar Afrisia)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Gambar apa ini?" tanya Satoshi Kitamura, seorang ilustrator Jepang sambil menunjuk sebuah bayangan hitam di kertas. Serentak orang-orang di ruangan Hall Japan Foundation, Gedung Summitmas, kawasan Sudirman, Jakarta, pada Senin (8/6) itu menjawab: "Kucing!"

Kitamura kemudian membuka gambar berikutnya, dan tampaklah kucing berwarna oranye. Ia membuka gambar demi gambar, yang berisi bayangan yang harus ditebak. Kadang bayangan itu benar-benar menunjukkan suatu benda atau hewan, tapi kadang bentuknya menipu. Semula diduga siput, tapi ternyata konde wanita.

Semakin ke belakang, gambar itu semakin sulit. Kitamura kadang hanya menunjukkan sepotong bayangan, kadang hanya garis-garis nan ambigu. Namun akhirnya, sampailah ia pada gambar pamungkas. Seekor kuda nil kuning.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gambar yang terakhir itu bercerita. "Dia lapar, jadi pergi ke supermarket dan membawa makanan ke dalam rumah. Lalu dia makan sampai besar, sampai tidak bisa ke luar rumah lagi padahal dia lapar. Lalu, dia makan piring, sendok, gelas, tempat tidur, sofa, piano, sampai rumahnya sendiri. Dia bahagia," kata Kitamura.

Sembari bercerita, tangannya lincah mengganti gambar demi gambar. "Sampai akhirnya kuda nil itu memakan bumi dan semesta, dan menjadi semesta itu sendiri," ujarnya melanjutkan. Sambil mengucap kalimat terakhir, bayangan hitam kuda nil raksasa yang dipegangnya dipenuhi lampu-lampu kuning bak gemintang. Cerita pun usai.

Kitamura merebut perhatian seisi ruangan hanya dengan lembar-lembar kertas yang ditampilkan di kotak kayu berbentuk seperti televisi. "Ini namanya kamishibai," katanya pada CNN Indonesia. Ia lalu menuliskan ejaan kamishibai dalam huruf khas Jepang, plus artinya.

Menurut Kitamura, "kami" berarti kertas, sedang "shibai" adalah yang dimainkan di teater. Secara harfiah, itu bisa diartikan sebagai kertas drama. Pencerita berkisah melalui kertas demi kertas, seperti Kitamura.

Kamishibai adalah teknik bertutur atau mendongeng tradisional Jepang yang ada sejak abad ke -12. "Sampai sekarang masih digunakan, tapi hanya untuk anak-anak dan biasanya di sekolah, bukan untuk ditonton secara luas," ujar Kitamura.

Merunut sejarah, kamishibai dahulu digunakan para biksu dari kuil Budha di Jepang untuk menyiarkan kebaikan. Cerita2 yang dituturkan sarat pesan moral. Pada 1920-an, pencerita kamishibai berkeliling dari desa ke desa mengenakan sepeda. Sebuah panggung kecil dibawa bersamanya. Mereka dinanti anak-anak, yang tertarik pada ceritanya.

Siapa yang membeli permen dari si pencerita, boleh menempati duduk barisan depan. Pencerita kemudian bertutur sembari memasukkan dan menarik papan berisi gambar ke kotak kayu, secara bergantian. Ceritanya macam-macam, tergantung keliaran imajinasi pencerita.

Diduga, budaya itu populer karena Jepang dilanda depresi global. Banyak pengangguran. Tak lama, sekitar 1950-an metode bercerita itu nyaris punah lantaran televisi merebak. Kamishibai hanya ada di sekolah atau perpustakaan. Kelamaan, kamishibai juga menjadi cikal-bakal manga serta anime.

Kini, kamishibai kembali menjadi sebuah bentuk seni jalanan. Seni itu bahkan menjalari Amerika dan Eropa. Kamishibai juga dibikin format komputer atau digitalnya.

(rsa/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER