Jakarta, CNN Indonesia -- Membaca, menulis dan menghitung boleh dikatakan bekal hidup yang mendukung kemampuan seseorang di bidang apa pun. Namun ada kalanya seseorang lebih piawai berkutat dengan angka ketimbang aksara, atau sebaliknya.
Aktris Prisia Nasution misalnya, mengaku lebih mudah membaca deretan angka. Terlebih semasa kecil, ia sempat mengalami disleksia. Maka ia pun berkuliah di jurusan teknologi informasi, dan baru belakangan ini gemar membaca novel.
Namun tidak demikian halnya Tirta Prayudha. Lulusan Universitas Padjadjaran yang berprofesi sebagai akuntan ini ternyata gemar menulis, bahkan sudah menerbitkan dua novel. Terbukti, profesi penulis juga terbuka bagi kalangan eksak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu novel berjudul
Trave(love)ing 2 (2013), hasil kolaborasi dengan tiga penulis lain, plus satu novel lagi hasil karya sendiri bertajuk
Newbie Gadungan (2015) yang laris dua ribu eksemplar. Ia juga memiliki
website pribadi
romeogadungan.com.
"Awal
nulis itu dari
blog gratisan tahun 2006, [saat kuliah] semester tiga. Tahun 2010, saya mau serius
nulis dan salah satunya dengan membeli domain untuk
website," kata Tirta, saat diwawancarai oleh CNNIndonesia.com, baru-baru ini.
Dengan memiliki situs web sendiri, Tirta ingin memperbaiki tulisannya agar lebih asyik dibaca. Ia sering membaca novel-novel ber-
genre humor dan memperhatikan cara penulisannya. Kemudian ia mengaplikasikan pembelajaran yang diperoleh di situs web-nya.
Usaha pria kelahiran 1988 ini membuahkan hasil. Ia sering mendapat pekerjaaan sampingan untuk menulis ulasan tentang suatu acara atau kegiatan.
Suatu kali, atas inisiatif sendiri, ia mengikuti acara lomba lari Bajak Jakarta yang diselenggarakan oleh salah satu produsen dari Negeri Paman Sam, lalu iseng menulis ulasannya.
"Ya, saya mau
review acara [lomba lari] ini karena, menurut saya, lucu aja. Lagian saya juga belum pernah lari sejauh itu dan pengin
nyoba aja," kata Tirta.
Tak disangka, keisengan Tirta berbuah keberuntungan. Tulisan mengenai acara lomba lari yang dimuat di
website-nya itu diketahui banyak orang lewat media sosial. Bahkan kemudian diminta oleh produsen penyelenggara acara lomba itu untuk keperluan promosi.
Bukan hanya itu, sang pria berdarah Aceh juga mendapat tawaran dari salah satu penerbit swasta di Indonesia yang tertarik untuk menerbitkan tulisannya.
"Saat dapat tawaran itu, saya langsung meng-ya-kan, karena saya memang ingin jadi penulis novel dari dulu. Sampai akhirnya novel pertama saya terbit. Jujur sempat takut karena belum tentu pasar Indonesia bisa menerima karya saya ini," kata Tirta.
Pada akhirnya, toh Tirta bisa menikmati dua profesinya, sebagai penulis sekaligus akuntan di salah satu perusahaan minyak swasta. Dari Senin sampai Jumat, ia bekerja kantoran dan berpakaian rapi. Saat
happy hour atau usai jam kantor, ia menjalani hobi sekaligus pekerjaan sampingan sebagai penulis.
Tirta mengaku tidak menemui kesulitan berarti saat mengolah angka dan kata secara bersamaan selama enam tahun belakangan ini. Ia malah merasa nyaman bisa menjalani kedua pekerjaan secara beriringan.
"Saya belum
ngeliat dua hal yang saya jalani
eliminating each other. Atasan saya di kantor juga mendukung apa yang saya kerjakan ini. Bahkan dia sempat
nanya ke saya untuk
resign dan menekuni pekerjaan sebagai penulis, tapi saya enggak mau," kata Tirta.
Tirta tak ingin melepaskan salah satu pekerjaannya lantaran masing-masing memberikan sesuatu yang berbeda. Pekerjaan mengolah angka dan kata, menurutnya, saling melengkapi walau terlihat rumit.
"Menulis itu hobi saya yang pengin saya jalani terus, kalau akuntan, saya suka bekerja dalam korporasi. Mereka memiliki dua kesamaan, yaitu sama-sama harus teliti," kata Tirta. "Akuntansi teliti angka datang dari mana, kenapa dan bagaimana, kalau menulis novel baca terus berulang sampai menemukan kata dan diksi yang tepat."
 Tirta Prayudha (Dok. Pribadi) |
(vga/vga)