Jakarta, CNN Indonesia -- Eagles of Death Metal dielu-elukan saat mereka berani kembali ke Perancis setelah tragedi di Bataclan akhir tahun lalu. Namun kini, dua festival musik di Perancis justru membatalkan sepihak penampilan mereka.
Diberitakan
Independent, pembatalan itu berkaitan dengan komentar pentolan band, masih soal serangan yang terjadi di Paris.
Sebelumnya Jesse Hughes memang pernah berkata pada situs web
Majalah Taki, bahwa dirinya melihat beberapa teroris di aula konser Bataclan sebelum peristiwa serangan. Ia menambahkan, dirinya melihat "Muslim merayakan di jalanan saat penyerangan."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua festival musik, The Rock en Seine dan Cabaret Vert menegaskan mereka tidak setuju dengan pernyataan Hughes.
Tidak dijelaskan lebih lanjut soal pembatalan itu, termasuk yang berkaitan dengan tiket penonton.
Diketahui Eagles of Death Metal memang sangat terkait dengan serangan di Perancis yang menewaskan banyak orang itu.
Panggung mereka di Bataclan jadi "pertumpahan darah" saat terjadi penembakan dan bom bunuh diri.
Tim mereka ada yang menjadi korban. Eagles of Death Metal juga bersaksi mereka berhadapan langsung dengan salah satu teroris.
Meski begitu, 17 Februari lalu mereka tetap kembali menggelar konser di Perancis.
Ini bukan kali pertama Eagles of Death Metal melontarkan pernyataan kontroversial soal serangan yang diklaim dilakukan ISIS itu. Masih dikutip dari
Independent, April lalu komentar mereka menyinggung keamanan.
Hughes berkata, petugas keamanan konser di Paris mungkin terlibat dalam serangan itu. Sebab yang ia tahu, setidaknya enam petugas keamanan konser tidak muncul malam itu.
"Tanpa menghilangkan rasa hormat terhadap kepolisian yang masih menginvestigasi, saya tidak akan membuat pernyataan yang jelas. Tapi sepertinya jelas mereka punya alasan kenapa tidak muncul [malam itu]," katanya.
Pernyataan itu jelas menyinggung pihak Bataclan sendiri. Namun, Hughes kemudian meminta maaf melalui pernyataan di akun Facebook-nya. Ia mengelak, itu karena dirinya masih mengalami trauma atas serangan.
"Saya memohon maaf dari orang-orang di Perancis, para petugas keamanan Bataclan, keluarga, kawan, dan siapa saja yang sakit hati atau tersinggung oleh pernyataan tidak jelas yang saya lontarkan," demikian ia menulis.
Ia melanjutkan, dirinya bersama orang-orang Perancis, terutama yang jadi korban serangan.
"Kesalahan 100 persen ada di saya. Saya harus menghadapi mimpi buruk berkepanjangan dan berjuang dalam terapi soal tragedi dan kegilaan ini. Saya tidak menjadi diri saya sendiri sejak 13 November," ungkap Hughes.
(rsa)