Konser 'Tingkat Dewa' Joey Alexander Trio

Vega Probo | CNN Indonesia
Senin, 23 Mei 2016 12:26 WIB
Kecekatan tangan Tain menggebuk drum, Chimy membetot bass dan Joey memencet tuts piano meluapkan kekaguman.
Joey Alexander (CNN Indonesia/M Andika Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Langit Jakarta pada Minggu malam (22/5) sedang indah-indahnya, berhiaskan temaram purnama. Kesempurnaan sang Bulan seolah menjalar ke lokasi konser Joey Alexander Trio di JIExpo Kemayoran, Jakarta.

Entah kebetulan atau tidak, arena konser juga berbentuk bundar, seperti penampang Bulan yang terlihat dari Bumi. Kursi para penonton berderet-deret mengelilingi panggung bundar, menyerupai Colosseum.

“Silakan duduk di mana saja, nanti panggung akan berputar,” kata panitia. Seolah tak cukup waktu bagi para penonton untuk mencari kursi yang kosong, lantaran konser dimulai tepat waktu, pukul delapan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sang bintang juga seakan tak ingin membiarkan para penonton yang sudah lebih dulu datang untuk berlama-lama menunggu. Tepat sepuluh menit lewat pukul delapan, Joey tampil di atas panggung bersama dua musisi.

Penabuh drum Jeff "Tain" Watts dan pembetot kontra bass Dan “Chimy” Chmielinski sama-sama musisi "berbahaya." Tain "mengoleksi" enam penghargaan plus 15 nominasi Grammy. Chimy mengajar program jazz di Lincoln Center dan Juilliard School.

Begitu pemandu acara Najwa Shihab menyilakan ketiganya memulai konser, lagu Giant Steps segera mengalun rancak. Para penonton bertepuk tangan riuh mengiringi aksi ketiga musisi yang disebut Joey Alexander Trio.

Belum apa-apa, para penonton langsung disuguhi lantunan jazz “tingkat dewa” yang memukau. Kecekatan tangan Tain menggebuk drum, Chimy membetot bass dan Joey memencet tuts piano meluapkan kekaguman.

Tersimak harmoni saat ketiganya bertandem memainkan instrumen musik secara berbarengan. Sulit dipercaya, dengan tubuh sekecil dan usia semuda itu, permainan piano Joey memang sangat kaya improvisasi.

Giant Steps menjadi pilihan yang tepat sebagai pembuka konser. Iramanya riang, menyegarkan indra pendengaran. Wajar bila apresiasi positif kerap diarahkan kepada musisi muda kelahiran Denpasar, pada 2003 ini.

Sesekali Joey memainkan piano sembari berdiri, juga melakukan kontak mata dengan kedua musisi yang menjadi tandemnya. Sejak awal, Tain selalu tersenyum ke arah Joey. Tak ayal, ia memang melihat keajaiban di depan mata.

Aksi Joey Alexander Trio di konser di Jakarta (22/5). (CNN Indonesia/M Andika Putra)
Panggung bundar yang bisa berputar dengan posisi duduk ala amfiteater memungkinan para penonton melihat aksi Joey Alexander Trio dengan angle berbeda. Namun “hiasan” pohon artifisial di tengah arena malah menghalangi pandangan.

Tambah lagi, beberapa boks alat pengeras suara di antara deretan kursi penonton tak kalah mengganggu arah pandang ke panggung yang disorot permainanan cahaya biru, hijau, kuning, pink secara bergantian.

Agaknya tak berlebihan bila Joey meminta orang-orang tak menyebutnya musisi cilik, melainkan musisi muda. Sesekali gayanya mengingatkan pada Indra Lesmana, kemudian menjelma layaknya Ludwig van Beethoven.

Nyaris tak ada tuts piano yang absen dihampiri oleh jemarinya. Ia menjangkau nada dengan kecepatan tinggi, sampai-sampai ada secuplik komposisinya yang mengingatkan pada Flight of the Bumblebee.

Konser Joey Alexander Trio yang digelar pada saat Bulan purnama memperlihatkan “pasang surut” tempo. Kadang rancak dan kadang perlahan. Saban temponya terdengar riang, Joey memainkan piano sembari berdiri.

Dengan permainan sehebat dan improvisasi seliar itu, Joey Alexander Trio jelas tidak membutuhkan set list atau daftar lagu sampai berderet-deret. Di sesi pertama konser, ketiganya hanya memainkan sekitar empat lagu.

Setelah memainkan Giant Steps, Joey dkk menyambung My Favorite Things dari album musik perdana bertajuk sama yang dirilis pada 2015. Album musik ini dibuat Joey di usia 11 tahun dan dirilis setahun kemudian.

Di usia 12 tahun, Joey tak hanya memiliki satu album musik perdana, melainkan juga meraih prestasi luar biasa: dua nominasi Grammy Awards 2016 kategori Best Jazz Instrumental Album dan Best Improvised Jazz Solo.

Saat My Favorite Things yang merupakan salah satu lagu tema film The Sound of Music ini dimainkan oleh Joey dkk, terdengar beberapa penonton turut menyanyikan lirik lagu yang dipopulerkan Julia Andrews, lima dekade lalu.

Lima belas menit menjelang pukul sembilan, setelah memainkan dua lagu, barulah menyapa para penonton. Pertama, ia memperkenalkan kedua musisi yang menjadi tandemnya, Tain dan Chimy. Joey menyebut keduanya “sangat berbakat.”

Usai memainkan Giant Steps dan My Favorite Things, Joey menyapa para penonton. ((CNN Indonesia/M Andika Putra)
Thank you,” kata Joey. “Lagu pertama aku mainin itu, pasti ada yang tahu, dari album pertama. Lagu milik John Coltraine, judulnya Giant Steps. Ada di album aku judulnya My Favorite Things.” Seisi ruangan pun meriuh.

“Aku senang banget di sini, balik di Indonesia, main untuk everyone, for you. Aku juga thank you untuk semua yang datang ke sini, juga Pak Ahok yang di sini.” Tepuk tangan dan suitan para penonton makin meramai.

Joey beruntung, konsernya ditonton oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama. Pria yang juga dikenal dengan dikenal dengan nama lain Ahok ini datang bersama istri, Veronica Tan, dan anak-anaknya.

“Pertama thank you that I’m here with great fans and all of you here. I’m so thankful. Now I’m… aku akan main lagu ballad, but aku enggak mau bilang [judulnya]. Artinya, dengar sendiri. Hope you enjoy,” kata Joey disambut riuh para penonton.

Lagu klasik Over the Rainbow pun mengalun. Kali ini, Joey tampil solo, tanpa Tain dan Chimy. Sorot cahaya pink, biru, hijau mengiringi permainan piano Joey kala melantunkan lagu tema film klasik era 1939, Wizard of Oz.

Berikutnya, beberapa menit menjelang pukul sembilan, Najwa kembali naik ke atas panggung bundar dan melakukan tanya jawab singkat dengan sang musisi muda. “Joey pulang kampung, rasanya seperti liburan atau kerja?”

Joey pun menjawab dengan taktis, “Ya, kalau jadi musisi sih enggak pernah kerja. Saya have fun.” Para penonton pun terbahak mendengar jawaban Joey yang “sok tua.” Setelah Jakarta, Joey akan “bekerja” di Singapura.

Kepada Najwa, Joey menyatakan bakal meninggalkan Tanah Air pada Senin (23/5) untuk mengestafet konser di Negeri Singa. Najwa pun kembali bertanya, bagaimana rasanya pulang kampung, berpentas setelah meraih nominasi Grammy.

“Aku bersyukur banget dengan opportunity yang aku punya,” kata Joey. Tak lupa, ia berterima kasih kepada banyak musisi yang berjasa memoles bakat musikal dan kariernya di New York, AS, termasuk Wynton Marsalis.

Dalam perbincangan dengan Najwa, Joey juga mengisahkan City Lights. Secuplik lagu ini, sekitar 90 detik, dimainkan Joey di panggung Grammy, pada Februari lalu. Diakui Joey, bukan hal mudah “memotong” komposisi sesingkat itu.

Nada riang membuat Joey bersemangat, bermain piano sembari berdiri. ((CNN Indonesia/M Andika Putra)
Sebelumnya, panitia Grammy meminta Joey memainkan lagu lain yang lebih populer. Tapi Joey bersikeras memainkan komposisi karya sendiri, walaupun belum populer. Akhirnya diperkenankan memainkan lagu yang terinspirasi gemerlap cahaya kota New York.

Dikatakan Joey, City Lights bukan semata mengisahkan tentang cahaya. Lebih dari itu, juga menangkap energi yang terpancar dari orang-orang yang lalu lalang di kota berjuluk Big Apple itu. Begitu Najwa silam, City Lights pun mengalun.

Ditingkahi betotan kontra bass Chimy, tangan Joey terentang di sisi kiri piano, memainkan nada-nada rendah. Lalu, gebukan drum Tain menyelinap dengan luwes. Joey pun bergoyang riang, bermain piano sembari berdiri.

Usai City Lights dilantunkan, Najwa kembali naik ke atas panggung untuk memberitahukan rehat 15 menit. Sang penyiar sebuah stasiun televisi swasta juga mengisyaratkan ada kejutan di babak ke-dua konser.

Sebagian penonton pun memanfaatkan waktu rehat, antara lain untuk “memenuhi panggilan alam.” Salah satu toilet letaknya bersisian dengan ruangan backstage Joey. Tampak di depan pintu, seorang gadis kecil gelisah menunggu.

Nadine Adriana, bukan gelisah mengantre toilet, melainkan menunggu Joey keluar ruangan. Siswa SD Pelita Bandung ini ingin berfoto bersama dan meminta tanda tangan Joey. Sekalipun dilarang bodyguard, ia tak beranjak dan tetap menunggu.

“Joey keren banget,” kata siswa kelas dua SD ini semringah. “Aku kan juga main piano, makanya aku tertarik mendengarkan Joey. Dia sudah masuk nominasi Grammy, itu keren banget. Aku nge-fans banget sama Joey,” katanya kepada CNNIndonesia.com.

Lima menit kemudian, Joey benar-benar keluar ruangan. Rupanya, ia perlu ke toilet. Tapi bukannya memakai toilet terdekat, Joey bersama beberapa orang menuju toilet yang agak jauh di sisi seberang. Gadis cilik sembilan tahun ini pun mengikuti sang idola.

Begitu Joey keluar dari toilet, Nadine segera mendekat, dan menyodorkan sampul CD album musik My Favorite Things. Terburu-buru, sang bintang hanya membubuhkan tanda tangan singkat, “Love Joey.” Segitu pun Nadine senang bukan kepalang.

Tak terasa waktu rehat sudah usai. Para penonton diminta untuk duduk kembali, dan menyimak babak ke-dua konser. Waktu menunjukkan pukul sepuluh kurang 20 menit kala Najwa naik ke panggung bersama Joey dkk.

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, di babak dua ini, Joey dkk bakal menyuguhkan kejutan. Namun sebelumnya itu, terlebih dahulu Najwa meminta Ahok naik ke atas panggung dan sejenak melakukan tanya jawab.

"Joey bukan hanya spesial," puji Ahok. (CNN Indonesia/M Andika Putra)
“Saya rasa, Joey bukan hanya spesial,” kata Ahok yang beberapa waktu lalu melontarkan keinginan agar Joey melantunkan lagu khas Betawi berjudul Kicir Kicir di konsernya di Jakarta. Semalam, Joey mengabulkannya, “Yes, for sure.”

Joey tak tampil sendirian menyanyikan lagu ini, melainkan ditandem penyanyi Dira Sugandi dan pemain bass Barry Likumahua. Dira mengaku sangat grogi lantaran baru pertama kali berduet dengan Joey, sementara Barry tampak kalem.

“Sudah sering,” kata Barry saat ditanya Najwa soal kolaborasi dengan Joey. Namun yang spesial kali ini, kata Barry, Joey menunjukkan perkembangan pesat dibanding beberapa tahun lalu. “Sudah jago banget sekarang,” puji Barry.

Dikatakan Dira, Joey bukan sekadar musisi muda yang berhasil menembus kancah internasional. Lebih dari itu, Joey adalah penyulut semangat dan harapan musisi Indonesia lainnya. “Terima kasih Joey, telah menginspirasi,” kata Dira.

Sementara Tain dan Chimy silam, giliran trio Joey, Barry dan Dira menyanyikan secara berturut-turut lagu Rangkaian Melati dan Kicir Kicir bergaya jazz. Kedahsyatan vokal Dira dan betotan bass Barry sungguh mengagumkan.

Usai bermain dengan rekan musisi sebangsa, Joey segera menyambung lagu berirama ballad. Ia beralasan, agar intensitas penonton tak kelewat tinggi lantaran sebelumnya terbuai irama rancak selama hampir sepuluh menit.

Kembali Joey memainkan piano bersahut-sahutan dengan Tain dan Chimy di atas panggung yang berputar. Usai memainkan beberapa komposisi, ketiganya pun berdiri di tengah panggung untuk memberikan salut kepada para penonton.

Mooore!” seru para penonton, seolah tidak rela Joey dkk mengakhiri konser. Sembari tersenyum, Joey kembali ke pianonya, begitu juga Tain dan Chimy. Lalu, ketiganya memainkan satu komposisi sebelum benar-benar mengusaikan konser.

Trio lain Joey bersama Barry Likumahua dan Dira Sugandi. (CNN Indonesia/M Andika Putra)
Lima belas menit lewat pukul sepuluh malam, Joey dkk menyudahi konser. Sekali lagi, ketiganya membungkuk dan memberikan salut kepada para penonton. Tepuk tangan dan suitan pun memenuhi ruangan, puas menyaksikan konser purnama Joey Alexander Trio.

Ivan Alidiyan, salah satu pianis muda yang berpartisipasi dalam konser “pemanasan” menjelang konser Joey, di Jakarta, pada Kamis lalu (19/5), mengaku saking kagumnya sampai-sampai kesulitan melontarkan komentar.

“Wah, sudah tidak bisa berkomentar,” katanya kepada CNNIndonesia.com. Melihat aksi Joey barusan, ia menilai “Sudah terlalu banyak campur tangan di situ.” Joey bisa hebat tak terlepas para musisi senior di sekitarnya.

“Biasanya hanya menyimak aksi musisi internasional dari media, sekarang melihat langsung. Ternyata banyak juga pembelajaran. Joey membuat anak muda punya optimisme, yakin bisa meraih kesuksesan yang sama.”

Terlepas dari soal kepiawaian, Ivan memuji sikap rendah hati Joey. “Jujur, saya amaze anak umur segitu bisa main kayak gitu.” Ivan kagum Joey tetap rendah hati sekalipun telah mengukir karier bertaraf internasional.

Benar kata Ivan, Joey memang rendah hati. Tak lama kemudian, sang bintang muncul di lobi, meluangkan waktu untuk berfoto bersama para penggemar. Antrean segera mengular sepanjang sepuluh meter. Adakah Joey tak kelelahan?

“Ini inisiatif dia sendiri,” kata ibunda Joey, Fara Leonora Urbach. “Saya sudah mengingatkan dia agar tidak terlalu kelelahan. Tapi dia kasihan sama penggemar yang sudah lama menunggu. Makanya dia menyempatkan berfoto bersama.”

Tentu saja tidak semua penggemar yang mengantre sepanjang sepuluh meter itu dapat kesempatan berfoto dengan Joey. Hanya mereka yang berbaris dua meter di depan. Setelah itu, Joey kembali ke ruangan di balik panggung.

“Dia sangat bahagia konsernya ditonton banyak orang, saya pun sangat terharu,” kata Fara. Menurut sang ibu, Joey biasa menemui penggemar usai konser. Namun tetap ada batasan waktu. “Tidak lewat tengah malam,” kata Fara.

Ya, sekalipun tak ingin disebut musisi cilik, Joey tetap lah anak-anak berusia 12 tahun. Ibunda Joey memastikan putranya tidak begadang. Apalagi esok ia terbang ke Singapura, melanjutkan konser “tingkat dewa” di bawah temaram purnama.

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER