Jakarta, CNN Indonesia -- Penyihir, kurcaci, elf, dan orc bukan makhluk-makhluk asing bagi penggemar permainan
Warcraft. Legendary Pictures dan Blizzard Entertainment "menghidupkan" makhluk-makhluk yang hanya ada dalam dunia fantasi itu. Kali ini melalui film Warcraft yang diangkat dari permainan populer bertajuk sama.
Cerita
Warcraft fokus pada kehidupan orc dan manusia yang selalu berseberangan. Kedua kaum itu bahkan rela saling membunuh untuk melindungi anggota masing-masing maupun menguasai apa yang ingin dimiliki.
Sejak awal diceritakan, orc tengah mencari tempat lain untuk hidup karena dunianya rusak. Pemimpin orc yang juga penyihir, Gul'dan membawa kaumnya ke dunia manusia yang disebut Azeroth, dengan ilmu sihir hitam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedatangan orc ke Azeroth tak membuat Kerajan Stormwind tinggal diam. Mereka ingin membasmi Horde yang menghancurkan desa satu per satu dan menjadikan manusia sebagai tawanan. Tawanan manusia itu digunakan sebagai energi untuk memanggil semua orc ke Azeroth.
Perkara rebutan tempat tinggal tak ayal membuat dua kelompok makhluk itu harus berperang.
Cerita manusia dan makhluk fantasi yang berebut tempat tinggal memang klasik. Namun perang mereka jadi sesuatu yang layak tunggu dan tonton dalam film
Warcraft. Sutradara bisa membuat adegan perang menarik dan berefek dahsyat.
Sayangnya, peperangan dalam film ini terasa tidak klimaks. Ada beberapa adegan yang dimulai dengan baik namun tidak jelas akhirnya. Ada pula karakter yang ditempatkan tiba-tiba tanpa penjelasan asal-muasalnya. Cerita tentang karakter itu juga tidak dibuat logis dan terkesan terlalu mengada-ada. Mungkin sutradara lupa, tidak semua penonton
Warcraft merupakan penggemar berat permainannya.
Penonton yang awam akan dibingungkan oleh beragam karakter yang ahistori.
Duncan Jones sebagai sutradara juga terlalu banyak menaruh adegan drama. Terkadang itu terasa tidak masuk akal dan sangat mudah ditebak.
[Gambas:Youtube]Drama dan peperangan yang tidak klimaks, ditambah karakter yang penempatannya kurang pas, membuat kecewa penonton yang berharap lebih dari
Warcraft. Terlebih bagi mereka yang suka dan paham permainannya.
Tapi tak bisa dipungkiri, pengambilan gambar film ini terlihat bagus. Sudut gambarnya rapi dan perpindahan gambarnya membuat membuat penonton nyaman. Komposisi gambar pun terasa pas.
Dari segi suara,
scoring film ini juga terdengar baik. Tidak hanya membuat tegang saat peperangan terjadi, efek suara juga membuat haru ketika adegan sedih ditampilkan.
Secara keseluruhan film ini layak dinilai 6 dari 10. Keapikan visualnya menolong beberapa drama klasik dan adegan yang tak masuk akal.
Warcraft sudah bisa ditonton di bioskop-bioskop Indonesia sejak Rabu (25/5).
(rsa/rsa)