'Captain America' Rindu Bermain Sepatu Roda

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Selasa, 14 Jun 2016 16:17 WIB
Chris Evans, pemeran Captain America menganggap permainan sepatu roda adalah masa-masa ulang tahun terindahnya.
Chris Evans menginjak usia 35 tahun Senin (13/6). (REUTERS/Phil McCarten)
Jakarta, CNN Indonesia -- Chris Evans, sang "Captain America" bertambah usia. Jauh berbeda dengan di Marvel Universe yang membuatnya berusia hampir mencapai seabad, di dunia nyata Evans baru saja menginjak usia 35 tahun pada Senin (13/6).

Sejak Senin pagi, akun Twitter Evans dipenuhi ucapan selamat dari berbagai negara. Ia tidak sempat membalasnya satu per satu. Ia hanya merangkum rasa syukur dengan menulis, "Terima kasih untuk semua ucapan selamat ulang tahunnya! Kalian terlalu baik bagi saya."

Dalam wawancara dengan majalah W yang diunggah ke YouTube, Evans berbagi pengalaman ulang tahun terindahnya. Itu terjadi saat dirinya masih sangat muda. "Masih muda, mungkin 10 atau 11 tahun," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenangan itu adalah saat ia bermain di area roller skate. Ia mengaku sangat menyukai permainan itu. Bersama teman atau keluarga ia bergandengan tangan, lalu berputar-putar dengan sepatu beroda empat di satu area.

"Apakah itu masih dilakukan? Saya tidak tahu. Bukan roller blade ya, tapi roller skate, Anda tahu kan? Yang bisa bergandengan tangan, jalan mundur. Saya suka sekali itu," tuturnya.

Permainan sepatu roda seperti itu beken sekitar tahun 1980-an. Sebagai generasi yang dilahirkan pada 1981, wajar jika Evans tumbuh dengan itu. Berbeda dengan roller blade yang lebih modern, empat roda di roller skate tidak diatur dalam satu garis yang sejajar.

Dua roda di depan dan dua roda di belakang. Sepatu itu memiliki alat pengerem di depan. Pada masanya saat permainan itu populer, tidak ada yang takut jatuh maupun memar. Semua antusias memainkan roller skate.

Mengutip NY Daily News, popularitas roller skate sebenarnya diawali sejak Perang Sipil. Seperti judul film Evans, Captain America: Civil War. James Plimpton dari Massachusetts yang menemukan sepatu beroda empat itu.

Para pekerja suka memainkannya di waktu luang. Tapi area roller skate kemudian harus mengalami masa sulit saat depresi melanda dunia. Permainan itu berkembang menjadi ice roller skate di musim-musim tanpa salju.

"Sekarang sih semua orang melakukan keduanya, karena tidak ada juga es di musim dingin. Pada 1950-an, sebelum area es buatan ada, orang-orang yang tidak bisa datang ke es roller skate mengunjungi sesi roller skate biasa di musim panas," kata Jirina Ribbens, direktur eksekutif Ice Theatre di New York.

Permainan kemudian sampai ke New York dan benar-benar menggelegar, ketika era disko datang. Fasilitas pertama di New York yang dibuka adalah Madison Square Garden. Tempat selanjutnya bernama The Roxy, lalu The Chelsea bagi yang juga mencintai pesta.

Tapi The Roxy harus gulung tikar pada 2007. Pada tahun yang sama, Empire Roller Skating Center di Brooklyn, yang usianya sudah 60 tahun, pun harus tutup. Sementara Skate Key di Bronx sudah tutup setahun sebelumnya.


Tahun-tahun berikutnya area serupa makin jarang. Dreamland Roller Rink di Coney Island menyusul tutup pintu pada 2010. Demikian pula dengan area terbuka di High Line. Menurut Flavorwire, kini hanya tinggal satu area bermain di lima daerah kota kecil.

Secara nasional di Amerika, menurut Roller Skating Association International ada seribu area yang tersisa. Itu turun drastis dibanding sekitar dua ribu area pada 1980-an. Kata pelatih Kenneth Perkins, itu gara-gara disko.

"Semua orang membangun area bermain pada 1980-an karena disko sedang ramai. Tapi ketika disko mati, banyak tempat kehilangan bisnis." Mengelola area roller skate tidak semudah kelihatannya. Lantainya harus dirawat dan membangunnya butuh duit karena tak bisa ada tiang-tiang penyangga di antaranya.

Area itu juga butuh tanah lapang yang besar. Sekarang, harga tanah jelas lebih mahal. (rsa/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER