'Setan Jawa' Bisu Garin Nugroho Keliling 6 Negara

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Selasa, 23 Agu 2016 11:31 WIB
Menandai 35 tahun berkarya sebagai sineas, Garin Nugroho membuat sebuah film bisu dan bernuansa hitam putih, berjudul Setan Jawa.
Garin Nugroho membuat film baru yang dikonsep bisu dan bernuansa hitam putih. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- 35 tahun sudah Garin Nugroho melanglang buana di kancah lokal maupun internasional sebagai sineas. Ia tak juga berhenti bereksplorasi menciptakan karya seni. Terbaru, kreativitasnya dituangkan dalam film berjudul Setan Jawa.

Menariknya, Garin seperti kembali ke era lampau melalui film itu. Setan Jawa dikemas dalam film bisu yang bernuansa hitam putih. Konsep seperti itu pernah tren pada tahun 1920-an, saat dunia film belum banyak mengenal spektrum warna.

Garin menuturkan, Setan Jawa sengaja dibuat bisu dan hitam putih karena rasa bosannya terhadap film yang umum. Dengan konsep itu, ia lebih bisa mengeksplorasi seni yang menjadi ruh filmnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya bosan bikin film umum, ingin membuat yang berbeda dalam 35 tahun berkarya. Saya ingin merayakannya dengan ragam interpretasi. Bukan hanya sesuai interpretasi saya, justru ingin interpretasinya di luar pikiran saya," ujar Garin.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/8) Garin menerangkan lebih lanjut, Setan Jawa mengangkat mitologi Jawa dan menyesuaikannya dengan tari kontemporer yang terinspirasi oleh karya Friedrich Wilhelm Murnau, Nosferatu.

"Setan Jawa dikisahkan dalam bingkai sejarah periode awal abad ke-20 sebagai konsep waktu yang menarik untuk dieksplorasi. Memungkinkan ekspresi film ini bergerak antara tradisi dan kontemporer serta dalam beragam silang disiplin dan budaya," sutradara Soegija itu menjelaskan.

Karya pertamanya yang bisu dan hitam putih itu diklaim sebagai film yang menyatukan perspektif kontemporer dengan tari tradisi, musik, sastra, hingga fesyen dalam ruang bebas interpretasi.

"Konsep pasti menarik, saya yang buat pun melihat penuh keasikan nonton teman-teman main gamelan di Solo. Memang era film expanded berhubungan dengan seni yang lain. Ini salah satu contohnya melakukan terobosan baru dengan adanya berbagai seni, lalu masa lampau digabungkan dengan masa sekarang," tutur Garin.

Setan Jawa kembali mempertemukan Garin dengan Rahayu Supanggah, setelah 10 tahun lalu berkolaborasi dalam Opera Jawa. Rahayu dikenal sebagai seorang seniman yang memperkenalkan musik gamelan Jawa selama lebih dari 40 tahun.

Orkestra gamelan Rahayu akan mengiringi film bisu hitam putih karya Garin. Akan ada 20 pengrawit (pemusik gamelan) yang memainkannya langsung.

Musik itu akan mengiringi cerita tentang cinta dan tragedi kemanusiaan dengan latar waktu awal abad ke-20. Setio (Heru Purwanto), pemuda dari desa miskin jatuh cinta dengan Asih (Asmara Abigail), putri bangsawan Jawa. Lamaran yang ditolak membuat Setio mencari kekayaan melalui kesepakatan dengan iblis yang dikenal sebagai 'Pesugihan Kandang Bubrah.'

Cara itu ternyata berhasil. Setio akhirnya kaya dan berhasil menikahi Asih. Mereka hidup bahagia dalam rumah Jawa yang megah. Namun, Asih kemudian mengetahui bahwa suaminya menjalani pesugihan. Ia juga tahu konsekuensi pesugihan itu.

Asih yang sangat mencintai suaminya lalu menemui setan pesugihan (Luluk Ari), untuk meminta pengampunan agar suaminya tidak menjadi tiang penyangga rumah saat kematiannya.

Di mata Garin, cerita mistis lewat pesugihan masih jarang dieksplorasi dalam dunia seni. Padahal, itu bukan sekadar mitos. Pesugihan masih bisa ditemui di masa sekarang di daerah tertentu.


Garin sendiri mengalaminya sejak masa anak-anak. "Cerita ini dekat dengan kehidupan saya dan ini imajinasi saya sejak kecil. Saya besar dalam lingkungan yang percaya hal itu, bahkan rumah saya yang berbentuk Joglo khas Jawa sering dibilang dibangun lewat pesugihan," candanya.

Semua pemain yang diajak Garin terbilang baru di dunia perfilman. Asmara yang melakoni Asih misalnya, berprofesi sebagai penari pole dance, tango, serta flamingo. Garin mengajaknya karena terpikat kepiawaiannya menari dan berekspresi.

"Ekspresinya tepat untuk film bisu, dengan latar belakang pendidikan dan kemahiran tarinya. Ini berbeda dengan teater dan tari," ujar Garin.

Bagi Asmara, diarahkan Garin membuatnya bisa melihat potensi diri yang selama ini tak ia yakini.

"Mas Garin memang bisa lihat potensi setiap orang yang terlibat. Bagaimana menggali pasangannya. Saya kaget bisa beradegan seperti itu, seperti masuk ke dimensi lain. Surprise menemukan diri saya lewat penampilan itu," ungkap Asmara.

Untuk mendalami perannya, Asmara mengaku jadi banyak menonton film bisu. "Saya banyak nonton film seperti Matahari milik Greta Harbo, lewat maestro-maestro tari Jawa, semuanya mengalir selama proses syuting, seperti ada elemen lain yang muncul sendiri yang tidak ada saat latihan."


Setan Jawa tayang perdana di Gedung Teater Jakarta pada 3 dan 4 September mendatang. Setelah itu, film yang sama diputar pada world premier di Opening Night of Asia Pacific Triennial of Performing Arts di Melbourne, Februari 2017.

Setan Jawa juga akan berkeliling ke negara lain dan diiringi oleh musik yang berbeda, tergantung interpretasi negara tersebut. Garin akan menjalin kerja sama dengan komposer di masing-masing negara. Setidaknya enam negara yang dikunjungi.

"Mereka berhak memilih jenis musik apa pun, seperti Zurich dengan DJ. Di Filipina nanti dengan musik rock, interpretasinya macam-macam, kini sudah enam negara yang tertarik," ucap Garin. (rsa/rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER