Jakarta, CNN Indonesia -- Inspirasi bagi musisi bisa datang dari berbagai sisi. Jatuh cinta, patah hati, sampai keresahan akan kondisi sosial politik yang ada di sekitar. Inspirasi itu kemudian mereka suarakan melalui lagu, yang di satu titik bisa jadi sumber penghasilan.
Beruntunglah musisi yang hidup di negara yang membebaskan mereka berkarya. Di Indonesia misalnya, musik menjadi salah satu jalan mudah berbicara kepada penguasa. Tak perlu pakai megafon atau berteriak-teriak di depan gedung negara.
Tak heran musisi-musisi yang menjadikan musik sebagai jalan bersuara atau sekadar mengomentari isu sosial politik, bermunculan. Berikut di antaranya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SlankSalah satu band rock senior di Indonesia ini tak melulu membuat lagu tentang cinta. Terbentuk pada 1983, Slank juga sering melantunkan isu sosial dan politik.
Album
Mata Hati Reformasi (1998) misalnya, bercerita tentang masalah sosial dan pemerintahan pada zaman reformasi.
Siapa Yang Salah jelas mengkritik pemerintahan Indonesia. Bahkan itu sempat terkena sensor pada rezim Soeharto.
Pada 2008 Slank juga membuat lagu
Gosip Jalanan yang mendukung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Lagu yang tedapat dalam album
PLUR itu sempat digugat oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) karena merasa tersinggung.
[Gambas:Youtube]Efek Rumah KacaTerbentuk sejak 2001, band yang beranggotakan Cholil Mahmud (vokal/gitar), Adrian Yunan (vokal/bass), Akbar Bagus (drum) dan Poppie Airil (Bass) ini fokus membicarakan isu sosial dan politik lewat lagu. Minimal satu lagu di setiap album.
Seperti lagu
Jalang, Debu-Debu Berterbangan dan
Di Udara pada album
Efek Rumah Kaca (2007). Begitu juga pada lagu
Mosi Tidak Percaya, Kenakalan Remaja di Era Informatika, Menjadi Indonesia, Jangan Bakar Buku, dan
Banyak Asap di Sana pada album
Kamar Gelap (2008).
Desember tahun lalu ERK merilis album ke-tiga yang bertajuk
Sinestesia. Jika dibandingkan dengan album-album sebelumnya, album ini adalah yang paling lengkap. Mulai dari isu politik, agama dan sosial terdapat dalam album itu.
NaviculaBerasal dari Bali, Navicula adalah band beraliran
grunge yang sangat memperhatikan keadaan sekitar. Lewat berbagai lagu mereka mencurahkan rasa peduli terhadap lingkungan hidup dan satwa Indonesia. Mereka sering berhubungan dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) untuk diskusi.
Lewat lagu
Harimau dan
Orangutan sangat jelas Navicula menyampaikan pesan bahwa hewan itu harus dilingdungi. Tetapi orang Indonesia sendiri yang membuat keberadaan hewan itu terancam. Begitu juga pada lagu Metropolutan yang mengritik keadaan alam di kota-kota besar yang sudah rusak.
Band yang terbentuk pada 1996 ini juga fokus membahas itu politik dalam lagunya. Seperti lagu Mafia Hukum yang mengkritik tingkah laku pemerintahan Indonesia.
[Gambas:Youtube]NosstressLewat berbagai lagunya, band Nosstress menunjukkan rasa peduli dengan Pulau Bali. Banyak lagu mereka yang menyatakan bahwa Bali saat ini menjadi kotor dan tidak asri karena banyak wisatawan yang tidak bertanggung jawab.
Lirik yang mereka buat terdengar sederhana tetapi sangat bermakna. Pendengar tak perlu repot-repot memahami kritik yang ada dalam lagu mereka. Seperti lagu
Ini Judulnya Belakangan, Hiruk Pikuk Denpasar dan
Tanam Saja.[Gambas:Youtube]Superman Is DeadNama Superman Is Dead (SID) dikenal sebagai band punk rock asal Bali. Tak hanya memainkan musik yang terbilang keras, band yang digawangi Bobby (Guitar/Vox), Eka (Bass/Vox), dan Jrx (Drum) ini peduli dengan isu-isu sosial dan lingkungan.
Seperti
Black Market Love (2006) dan
Angels and the Outsiders (2010) yang fokus membahas keadaan sosial dan politik Indonesia. Akhir-akhir ini SID juga membuat gerakan Bali Not For Sale bersama musisi lain menolak reklamasi Teluk Benoa.