Jakarta, CNN Indonesia -- Bahasa Jawa, sebagai salah satu dari banyak bahasa daerah di Indonesia, dianggap bisa menjadi pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, menurut pemerhati kebudayaan Jawa dari Universitas Diponegoro Semarang, Dr. Dhanang Respati Puguh.
"Nilai-nilai itu terkandung dalam sastra lisan dan tulis yang menggunakan bahasa Jawa," kata Dhanang, Minggu (15/10), seperti yang dilansir dari
Antara.
"Banyak juga ungkapan Jawa yang berfungsi sebagai pedoman perilaku.
Paribasan, wangsalan, dan
tembang isi pesannya dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan budi pekerti," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjawab soal tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa--
kromo inggil, kromo madya, hingga
ngoko (tingkatan bahasa yang terendah dalam bahasa Jawa), Dhanang mengatakan, "Mula-mula, saya kira ada unsur untuk membedakan kedudukan sosial. Menurut sejarah, penggolongan ini terjadi pada masa kerajaan Mataram pada masa Sultan Agung."
Penggolongan itu, lanjut Dhanang, akhirnya dapat diterima oleh masyarakat Jawa. Masyarakat akhirnya menempatkan diri sesuai dengan kedudukannya ketika berkomunikasi dengan orang lain.
"Apabila tidak tahu tentang hal itu, dianggap kurang sopan. Fakta-fakta ini menunjukkan tentang hal itu, khususnya yang mengakrabi kebudayaan Jawa," kata Dhanang.
Sampai saat ini, kata Dhanang, masyarakat Jawa yang kurang terampil berbahasa Jawa (lisan) dalam berkomunikasi sering menyatakan permohonan maaf apabila di dalam berkomunikasi ada yang kurang tepat dalam penggunaan kata.
"Itu artinya orang Jawa memiliki kesadaran ketika berkomunikasi dengan bahasa Jawa bahwa penggunaan kata yang kurang tepat dapat mengakibatkan ketidaksopanan," kata Dhanang.