Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia akhirnya kembali mengirimkan perwakilan ke Academy Awards, setelah tahun lalu absen. Film
Surat dari Praha karya Angga Dwimas Sasongko dijagokan untuk masuk dalam kategori Film Berbahasa Asing Terbaik pada Oscar 2017.
Ini bukan tahun pertama Indonesia mengirimkan film untuk Oscar. Sejak 1987 sudah ada perwakilan yang dikirim. Hanya saja, belum ada yang tembus setidaknya lima besar untuk menjadi nomine dan diumumkan di gelarannya.
Diharapkan,
Surat dari Praha bisa mengantarkan Indonesia tahun ini ke ajang penghargaan prestisius di bidang perfilman dunia itu. Film itu sudah dipilih sedemikian rupa oleh komite, dengan alasan mengandung isu konflik yang bisa mencuri perhatian Academy of Motion Pictures Arts and Sciences (AMPAS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Surat dari Praha yang dibintangi Tyo Pakusadewo dan Julie Estelle bercerita tentang kisah cinta yang tersisa dari peristiwa 1965. Isu itu memang sedang ‘seksi’ sejak tahun lalu, saat peristiwa itu mencapai 50 tahun dan pengadilan HAM dunia digelar di Belanda.
Bisakah kira-kira film itu merangsek sampai ke posisi setidaknya lima teratas sehingga masuk menjadi nomine Film Berbahasa Asing Terbaik Oscar 2017?
Tahun ini terdapat 85 negara yang memasukkan filmnya ke ajang itu, termasuk Indonesia. Ini juga menjadi tahun pertama bagi Yaman untuk berpartisipasi.
Dari 84 pesaing yang dimiliki Indonesia, bisa dibilang yang terberat adalah Italia. Sebab menurut data yang dirilis AMPAS, negara itu sudah 62 kali memasukkan filmnya ke Oscar. Ia 31 kali menjadi nominasi dan 14 kali menang.
Itu merupakan kemenangan terbanyak yang pernah dimiliki negara di luar Amerika Serikat yang memasukkan filmnya ke kategori Film Berbahasa Asing Terbaik Academy Awards. Di bawah Italia, ada Perancis dengan 12 kemenangan.
Negara Asia yang punya posisi kemenangan paling banyak adalah Jepang. Dari 62 kali memasukkan film, ia menjadi nominasi sebanyak 15 kali dan empat kali menang. Taiwan pernah sekali menang, dari tiga kali masuk nominasi. Nominasi sudah baik bagi Taiwan, yang 41 kali berusaha memasukkan filmnya ke Oscar.
Dari kalangan Asia Tenggara, Vietnam dan Kamboja masing-masing pernah satu kali masuk nominasi, meski belum pernah menang. Vietnam mencoba memasukkan filmnya sebanyak 11 kali, sementara Kamboja baru empat kali mencoba.
Vietnam dan Kamboja kembali mencoba tahun ini. Begitu pula dengan Malaysia dan Singapura. Empat negara itu jadi saingan Indonesia di Asia Tenggara.
Dengan kembalinya Indonesia ke Oscar, tentu tidak lantas masyarakat bisa langsung mengharapkan kemenangan. Apalagi jika melihat negara lain, yang baru berhasil masuk nominasi setelah puluhan kali mencoba rutin memasukkan film.
Tapi bukan pula berarti masyarakat dan sineas Indonesia kemudian pesimistis.
Dilihat dari segi tema, peristiwa 1965 sepertinya akan bisa menarik perhatian AMPAS. Apalagi mengingat beberapa tahun terakhir organisasi yang dipimpin Cheryl Boone Isaacs itu memilih film
Jagal alias
The Act of Killing dan
Senyap alias
The Look of Silence sebagai nomine Film Dokumenter Terbaik.
Kedua film itu memang tidak menang, tapi siapa tahu
Surat dari Praha bisa.
Meskipun tak memungkiri, tema-tema yang diusung film dari negara lain juga menarik. Yaman yang mengawali debut saja judul filmnya sudah menarik.
I am Nojoom, Age 10 and Divorced. Juri Oscar biasanya tertarik pada isu sosial.
Selain harus berharap, mencoba puluhan kali, dan memilih tema yang tepat, banyak kerja lain yang harus dilakukan.
Seperti mengirimkan film Indonesia untuk mengikuti berbagai festival film international. Menjadi negara yang kurang terdengar di kancah film international mengurangi kesempatan untuk ditonton dan dinilai oleh anggota AMPAS. Jadi bicara prestasi Indonesia di ajang Oscar, juga harus membicarakan dan mengatur strategi untuk posisi film Indonesia di kancah dunia.
Selain itu komite juga harus jeli untuk memilih film yang tepat untuk ajang festival yang tepat, untuk memahami tidak saja karakter dari film Indonesia, tetapi juga karakter dari festival yang ingin diikuti. Dengan demikian langkah Indonesia menuju Oscar pun makin dekat.
Seperti teori peluang dalam Matematika, semakin sering kita mencoba, semakin besar pula peluang untuk keluar sebagai pemenang.
(rsa)