Nama Aktor 'Rogue One' Dicatut untuk Penipuan di Jakarta

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Senin, 24 Okt 2016 15:18 WIB
Seorang perempuan yang mengaku bernama Zhao menghubungi beberapa penata rias asal London, meminta mereka ke Jakarta, dan harus membayar ribuan dolar.
Ilustrasi film. (Joshua_Willson/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Siapa tidak tersanjung saat menerima surel dari rumah produksi Super Hero Films yang bekerja sama dengan Huaxia Film Distribution. Keduanya termasuk nama besar di China. Ada nama aktor Hong Kong Donnie Yen di daftar pemilik Super Hero Films.

Yen aktor ternama di Asia Timur. Film terbarunya yang akan tayang Desember mendatang ditunggu pencinta Hollywood, Rogue One: A Star Wars Story. Sebelumnya pelaku martial arts itu juga pernah bermain dalam IP Man, Blade II, Hero, dan beberapa film penuh aksi fisik lainnya.

Heather Pitchford termasuk yang percaya saat seorang perempuan yang mengaku bernama Li Duan Zhao alias Leslie menghubunginya menggunakan alamat surel resmi Huaxia, perusahaan raksasa di China.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak sekadar raksasa, Huaxia, mengutip The Hollywood Reporter, juga adalah distributor yang dimiliki perusahaan negara yang menjadi bagian dari oligopoli Film Co. Mereka termasuk penentu bisa tidaknya film Hollywood masuk ke China.

Pitchford seorang penata rias, masih di masa awal berkarier, dan bermimpi terlibat dalam film besar. Mimpinya seakan terwujud saat Zhao hadir. Ia menawarinya merias untuk film aksi berbujet US$60 juta sampai US$73 juta, Tai See alias The Master.

Banyak hal yang membuatnya yakin, nama Yen salah satunya. Film itu juga disutradarai oleh Soi Cheang, sineas yang pertama menyadari potensi aksi Yen dan menaruhnya sebagai pemeran utama dalam film waralaba Monkey King, yang tayang pada 2014 lalu.

Zhao sendiri menyebut beberapa nama penata rias lain, yang tentu saja nyata dan profesional, dengan sangat meyakinkan. Katanya ia pernah bekerja dengan mereka.

Ia lantas meminta kesediaan Pitchford untuk bergabung. Bayarannya setara penata rias kelas atas untuk film blockbuster: US$180 ribu sampai US$205 ribu per film. Tapi Pitchford harus bersedia bekerja dengan tim produksi, selama enam minggu.

Pitchford sendiri bukan tanpa pengalaman. Ia pernah terlibat dalam film seperti Black Sails dan Marco Polo. Tapi tawaran kali ini seperti membuatnya melambung. Bukan hanya karena nama-nama terkenal yang disebut. Zhao juga membuatnya tersanjung.

"Saya baru syuting di Malaysia dan dia bilang dia terkesan dengan bagaimana saya mengatasi diri saya dan bekerja dengan para pemain internasional," tutur Pitchford kepada The Hollywood Reporter.

Ia melanjutkan dengan kagum, "Dia membuat saya merasa seperti saya telah terpilih." Apalagi Zhao mengaku sedang mencari seseorang yang juga kelak bisa menjadi perancang. "Saya 'lapar' akan langkah itu."

Maka Pitchford seperti gelap mata. Ia menyadari ada yang tidak beres dengan komunikasinya dengan Zhao. Teleponnya kadang tidak berbalas. Kalau menelepon balik sesukanya sendiri. Alasannya, perbedaan waktu antara London dan China.

Tapi itu semua tak ada bandingannya dengan ajakan bermain untuk film besar. Apalagi dokumen yang dikirim Zhao melalui surel terlihat meyakinkan. Semua dalam format PDF dan berwarna. Desainnya profesional. Sudah ada plot, karakter, bujet, jadwal, dan lokasi yang terperinci di dokumen itu.

Belum lagi, saat dicek di situs berbasis data perfilman terpercaya IMDb, film The Master memang ditemukan. Persis seperti apa yang Zhao katakan. Bercerita tentang pelaku martial arts yang berpindah dari Jakarta-Indonesia, ke Hong Kong, Bangkok, dan berakhir di Beijing. Tenggat waktu produksinya 12 November 2016.

Maka Pitchford percaya saja saat Zhao memintanya terbang ke Jakarta. Ia akan melakukan wawancara sekaligus mengecek lokasi. Sebelumnya, Jakarta pernah dijadikan lokasi syuting beberapa film, termasuk Black Hat yang besar-besaran.

Jakarta juga pernah disebut oleh Tom Cruise dalam Mission: Impossible--Rogue Nation, petanya terpampang di film Snowden, dan koran serta bahasanya muncul di film baru Ben Affleck, The Accountant.

Jakarta sebagai lokasi pertama pengambilan gambar pun terasa masuk akal. Meskipun Pitchford diminta membayar tiket pesawatnya sendiri lebih dahulu--kelak di-reimburse--dan harus membayar US$1.200 sebagai pajak untuk sopir yang menjemputnya di Bandara Soekarno Hatta.

"Dia bilang sistem reimburse itu memang terjadi di China. Saya benar-benar menanti [perjalanan ke Jakarta] itu," kata Pitchford. Maka ia pun terbang pada akhir Juli, selama 17 jam dari London ke Jakarta.

Sopir itu berkata, 'Ambil foto, ambil foto.' Saya bertanya, 'Siapa yang akan saya temui?' Tapi dia menjawab, 'Tidak ada pertemuan, ambil foto!'Heather Pitchford
Sampai Ibu Kota Indonesia, ia dijemput sopir, yang bahasa Inggrisnya terbata-bata, tapi ia harus bayar US$1.200. Setelah melewati berbagai kemacetan, sopir itu pertama mengantarnya ke satu destinasi wisata yang tak ia ingat.

"Sopir itu berkata, 'Ambil foto, ambil foto.' Saya bertanya, 'Siapa yang akan saya temui?' Tapi dia menjawab, 'Tidak ada pertemuan, ambil foto!'" Pitchford bercerita. Ia pun melakukannya karena berniat membuat Zhao dan timnya terkesan.

Ia mengambil foto setiap sudut, tak ada yang terlewat. Demikian pula saat ia diantar ke sebuah panggung pementasan wayang. Pitchford tak curiga karena ia ingat ada cerita tentang wayang di naskahnya. Tapi saat itulah ia mengetahui sebuah kenyataan. Ia bukan satu-satunya penata rias yang 'diundang' ke Jakarta.

"Saya sedang bicara pada perempuan yang kerja di sana dan dia bilang, 'Oh, Anda di sini untuk wawancara dengan perusahaan produksi?'" cerita Pitchford mengenang. Gadis itu tahu, karena sebelum dirinya ada Anna Cichon, penata rias yang juga berbasis di London, yang dipanggil Zhao.

Sama seperti Pitchford, Cichon juga diminta membiayai pesawatnya sendiri. Lalu sesampainya di Indonesia ia tak dihubungi Zhao sama sekali. Ia malah dua kali terbang ke Jakarta dan harus membayar sopir yang mengantarnya keliling. Kepada The Hollywood Reporter ia mengatakan, dirinya mungkin habis lebih dari US$2.000.

Cichon seperti Pitchford, penata rias yang memimpikan hal lebih. Tapi ia sendiri punya pengalaman. Kerjanya diakui di Kingsmen: The Secret Service, Tarzan, dan film horor berjudul Razors. Ia menganggap The Master akan menjadi pengakuan besarnya.

Ia juga dihubungi Zhao selama sekitar 10 hari. Mereka berdiskusi lewat surel dan telepon. Sampai akhirnya, Zhao meminta terbang ke China, lalu berubah pikiran dan memindahkan pertemuan ke Jakarta. Dua kali Cichon terbang dengan uangnya sendiri dan harus membayar sopir dengan ribuan dolar.

Penata rias lain yang juga dihubungi ada di bawah naungan agensi Milton. Mereka harus membayar US$1.500, tapi bos agensi itu tidak mengirim orang. Mandi Martin sang empunyi agensi yang sudah memenangi Piala Oscar dan BAFTA mencium hal aneh.

"Beberapa penata rias saya bisa mendapat bayaran sebesar itu, dengan penuh tekanan, tapi jelas tidak dalam enam minggu produksi," katanya. Ia juga menganggap keinginan Zhao memilih penata rias yang masih baru berkarier, alih-alih yang sudah profesional, aneh. Sebab bayarannya sama.

Pitchford dan Cichon akhirnya kembali ke negara mereka dengan jalan berbeda. Cichon mengaku ditelepon rumah produksi The Master beberapa saat sebelum rencananya bertemu Zhao. Mereka mengatakan ia tidak akan diwawancara karena tak memenuhi kriteria. Ia pun pulang dengan sedih.

Adegan film Rogue One yang dibintangi Donnie Yen.Foto: Walt Disney Studios via starwars.com
Adegan film Rogue One yang dibintangi Donnie Yen.
Cichon merasa ia menghancurkan segalanya, kariernya. Tapi beberapa hari kemudian Zhao kembali menghubunginya dan mereka berdiskusi lagi. Cichon setuju untuk kembali ke Jakarta. Untuk kali ke-dua, ia masuk ke perangkap penipuan dari Zhao.

Sementara Pitchford, mengetahui bahwa dirinya ditipu saat mendapat kontak dari kenalannya yang tahu soal produksi The Master. Sumbernya di Hong Kong yang mengenal asisten Yen itu mengatakan, produksi The Master sebenarnya tidak ada.

Saat The Hollywood Reporter mengonfirmasi, manajer sekaligus istri Yen, Cecilia Wang memang mengatakan bahwa film itu pernah direncanakan. Tapi produksinya berhenti sejak lama. Super Hero Films, rumah produksi suaminya, pun tak lagi beroperasi.

Pitchford langsung menghubungi Kedutaan Inggris. Mereka memintanya langsung mengemasi barang, menjaga tasnya dalam genggaman agar tak ada orang yang sengaja memasukkan obat terlarang ke dalamnya, dan pulang keesokan harinya. Ia bahkan meletakkan paspor dan uangnya di dalam bra.

Sampai di Inggris, Pitchford langsung menghubungi semua agensi penata rias dan memperingatkan mereka soal bahaya Zhao. Sekali Pitchford dihubungi Zhao, ditanya mengapa dirinya 'kabur' dari lokasi. Pitchford tak lagi peduli, pun Cichon.

Pusat pelaporan UK, Action Fraud telah dihubungi soal itu. Namun perwakilan National Fraud Intelligence Bureau mengatakan penipuan di luar batas geografis mereka sudah tidak dalam yurisdiksi. Mereka menyerahkan penyelidikan kasus itu kepada kepolisian.

Manajemen Yen jelas marah karena rumah produksi dan nama filmnya dicatut, demikian pula nama sang aktor. Halaman film The Master di IMDb pun dicabut. Saat CNNIndonesia.com mencoba menelusuri, halaman itu memang sudah tidak ada.

Zhao sendiri masih menjadi misteri hingga kini. Telepon maupun surel tidak lagi ia balas. Tapi menurut Martin, bahasa Zhao menunjukkan bahwa ia tahu industri itu luar dalam, demikian pula tentang filmnya. (rsa)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER