Suzzanna, Sundel Bolong dan 200 Tusuk Sate

Rahman Indra | CNN Indonesia
Senin, 31 Okt 2016 09:35 WIB
Dijuluki Ratu Film Horor Indonesia, sosok Suzzanna bagaimanapun telah menjadi legenda dan ikonik. Lewat peran arwah gentayangan, ia selalu menuntut balas.
Dijuluki ratu film horor Indonesia, sosok Suzzanna telah menjadi legenda dan ikonik. (Dok. Rapi Films)
Jakarta, CNN Indonesia -- "Beli apa nya?"
"Sate!
"Ha?"
"SATE!"
"Berapa tusuk?"
"200 tusuk, makan di sini!'"

Kutipan singkat itu, bagaimana pun, telah identik dengan sosok Suzzanna dan perannya sebagai Sundel Bolong. Adegan itu juga akan memutar ingatan pada memori saat ia hadir dalam pakaian serba putih dan bolong di bagian punggungnya sembari makan sate 200 tusuk dalam waktu singkat.

Dengan muka datar, mata melotot dan rambut panjang awut-awutan, ia hadir menakut-nakuti pedagang sate. Seram, sekaligus lucu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Potongan adegan itu, meski dibuat tiga dekade lalu, rasanya masih menempel di ingatan generasi yang menontonnya. Ekspresi datar Suzzanna, serta ketakutan abang tukang sate yang kemudian lari terbirit-birit.

[Gambas:Youtube]

Sundel Bolong menjadi satu karakter yang melekat di diri Suzzanna. Ia juga pernah memerankan jenis hantu lainnya, seperti Nyi Blorong, Nyi Roro Kidul atau Ratu Buaya Putih. Membayangkan namanya saja sudah membuat ngeri.

Berawal dari Aktris Cilik

Suzzanna seperti sudah 'ditakdirkan' menjadi ikon film horor. Oktober, yang dikenal sebagai bulan horor dengan adanya Halloween--yang jatuh tepat hari ini, Senin (31/10)--juga merupakan bulan kelahiran dan kematian Suzzanna.

Suzzanna lahir dengan nama lengkap Suzzanna Martha Frederika van Osch, di Bogor Jawa Barat pada 13 Oktober 1942. Ia mulai menapaki karier sebagai aktris cilik pada 1950.

Suatu kali, ia ikut audisi Tiga Dara oleh Bapak Perfilman Indonesia, Usmar Ismail. Meski awalnya gugup karena belum pernah memegang telepon, padahal dalam audisi ada akting mengangkat telepon, ia tetap lolos. Ia kemudian bermain di film Darah dan Doa, yang menjadi film pertamanya di tahun 1950.

Delapan tahun kemudian, ia mencuri perhatian lewat aktingnya yang memukau di film Asmara Dara, yang membuatnya sempat dijuluki The Next Indriati Iskak. Usianya baru 16 tahun saat itu.

Lewat film ini, ia juga meraih banyak penghargaan, di antaranya The Best Child Actress di Festival Film Asia, Tokyo, pada 1960 dan Golden Harvest Award.

Bungsu dari lima bersaudara berdarah Jerman-Belanda-Jawa-Manado ini juga kemudian meraih gelar Aktris Terpopuler se-Asia saat festival Film Asia Pasifik di Seoul tahun 1972.

Langkahnya di dunia film kemudian tak terbendung, dengan bermain di banyak film. Di antaranya film Bertamasja (1959), Mira (1961), Antara Timur dan Barat, Aku Hanja Bajangan (1963), Segenggam Tanah Perbatasan (1965), Suzie (1966), dan Penanggalan (1967).

Ia kemudian turut bermain dalam film Bernafas dalam Lumpur (1970) yang disutradarai Turino Djunaidy, dan disebut-sebut sebagai film esek-esek pertama Indonesia karena penggambaran adegan vulgar di dalamnya. Film ini menjadikan Suzzanna sebagai aktris dengan ikon bom seks saat itu.

Di tahun yang sama ia bermain dalam film Tuan Tanah Kedawung, sebelum kemudian menemukan jalannya di film bergenre horor.

Jalan di Film Horor

Pada 1971, menjadi tahun penting bagi Suzzanna ketika ia terlibat dalam film Beranak dalam Kubur yang diyakini sebagai film horor pertamanya.

Meski kemudian terlibat dalam beberapa film drama, seperti Air Mata Kekasih (1971), Napsu Gila, Bumi Makin Panas (1973), Ratapan dan Rintihan (1974), Pulau Cinta (1978), dan Permainan Bulan Desember (1980), ia kembali ke film bergenre horor.

Sundel Bolong (1981) menghantarkannya ke dunia lain. Tak lagi bom seks, tapi bergeser ke ratu horor. Aktingnya di film ini menjadi sangat ikonik dan dipuji.

Ratu Ilmu Hitam masih di tahun produksi yang sama membuatnya masuk dalam nominasi Aktris Terbaik Piala Citra FFI 1982, meski harus dikalahkan oleh Jenny Rachman.


Tahun berikutnya, selain membintangi Sangkuriang, ia juga berperan dalam film Nyi Blorong yang kemudian meraih sukses besar, dengan menjadi film terlaris FFI 1983.

Langkah Suzzanna makin mulus. Ia kemudian bermain di banyak film horor setelahnya, antara lain Nyi Ageng Ratu Pemikat, Perkawinan Nyi Blorong (1983), Telaga Angker (1984), Ratu Sakti Calon Arang, Bangunnya Nyi Roro Kidul (1985), Malam Jumat Kliwon, Petualangan Cinta Nyi Blorong (1986).

Ia juga bermain di Santet, Ratu Buaya Putih, Malam Satu Suro (1988), Wanita Harimau/Santet 2 (1989), Pusaka Penyebar Maut, Titisan Dewi Ular (1990), Perjanjian di Malam Keramat, dan Ajian Ratu Laut Kidul (1991).

Ada kurang lebih 19 film bergenre horor yang ia bintangi, dari 41 film dari 1950 hingga 1991.

Suzzanna produktif terlibat dalam film horor dalam rentang 20 tahun, dari 1971-1991.

Totalitas Berakting Jadi Hantu

Sebagai aktris, berparas cantik, Suzzanna termasuk total dalam dunia seni peran. Ia bahkan sukses memerankan beragam sosok hantu, setan atau ratu pantai yang mistis.

Dalam Beranak dalam Kubur (1971) misalnya ia menjadi arwah penasaran dan hantu gentayangan ketika ia melahirkan bayi di dalam kubur, karena dendam sang kakak yang menguburnya hidup-hidup.

Dalam Sundel Bolong (1981), ia menjadi sosok hantu dengan baju putih dan punggung bolong penuh luka. Suzzanna berperan sebagai Alisa yang bunuh diri secara tragis karena tak kuat menangung aib kehamilannya, dan kemudian berkeliaran membalas dendam. Sosoknya sebagai sundel bolong menganggu penduduk dengan cara yang seram tapi juga penuh humor, seperti adegan tusuk sate.

Dari sundel bolong, Suzzanna kemudian menjadi sosk wanita cantik berwujud ular dari pinggang ke bawah dalam film Nyi Blorong (1983). Film ini sukses dan dibuat sekuelnya dengan judul Perkawinan Nyi Blorong. Jangan lihat mata melototnya kalau masih ingin bisa tidur di malam hari usai menonton film ini.
 
Lain lagi, saat bermain di Telaga Angker (1984). Di sini ia bermain sebagai kuntilanak, arwah penasaran dengan rambut panjang awut-awautan, riasan tebal serta mata melototnya yang menakutkan. Dikisahkan sebagai Anita, yang dibunuh secara tragis oleh kawanan penjahat, ia menjadi arwah penasaran yang menuntut balas.

Malam Jumat Kliwon (1986) tak kalah menyeramkannya. Suzzanna, kembali menjadi sundel bolong, karena terkena santet dan melahirkan dari punggung. ia juga berperan sebagi anak yang lahir bernama Ayu. Keduanya menjalin komunikasi untuk mengungkap apa yang terjadi di masa lalu.

Peran sebagai sundel bolong sepertinya diminati, sehingga turut kembali hadir dalam film Malam Satu Suro (1988). Di film inilah kemudian terkenal dengan paku yang menancap saat dicabut membuat sundel bolong bangkit kembali.

Tak hanya menjadi hantu dengan 'sangat baik,' Suzzanna juga hadir lewat peran siluman dalam film Ratu Buaya Putih di 1988.

Di luar itu semua, sundel bolong, Nyi Blorong atau siluman buaya, perannya sebagai Ratu Laut Kidul dalam Ajian Ratu Laut Kidul (1991) juga tak kalah ikoniknya. Dikisahkan ia diserang ilmu hitam, dan dalam kondisi tubuh yang rusak masuk ke hutan dan diobati oleh orang sakti. Ia menuntut balas.

Hingga kini, perannya yang ikonik sebagai hantu atau arwah gentayangan yang menuntut balas itu masih belum tergantikan.

Suzzanna meninggal di usia 66 tahun, pada 15 Oktober 2008, diduga karena penyakit diabetes yang sudah lama dideritanya, meski banyak spekulasi mengenai berita kematiannya ini.

Film Hantu Ambulance yang dirilis Februari di tahun yang sama, menjadi film horor terakhirnya. (rah/rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER