Penemu 'Bakat' Suzzanna sebagai Ratu Horor Indonesia

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Senin, 31 Okt 2016 10:05 WIB
Sebelum main film horor, Suzzanna hanya aktris cilik atau pemain film drama. Sejak Beranak dalam Kubur, ia jadi identik dengan film horor.
Selama puluhan tahun bermain film horor, hanya ada tiga sutradara yang pernah menangani akting Suzzanna. (Joshua_Willson/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Merunut sejarah perfilman horor Indonesia, nama Suzzanna menjadi salah satu pionirnya. Setelah beragam film, ia akhirnya menemukan ‘jati diri’ sebagai ratu film horor sejak membintangi Beranak dalam Kubur (1971).

Selama berpuluh-puluh tahun kemudian, Suzzanna identik dengan wajah perfilman horor Indonesia. Tak perlu perempuan-perempuan seksi seperti film horor belakangan ini. Tatapan dan mimik wajah Suzzanna saja sudah membuat ngeri.

Terhitung Suzzanna pernah memerankan beragam hantu. Mulai sundel bolong, kuntilanak, Nyi Blorong, sampai Ratu Laut Kidul. Siluman ular dan buaya pun pernah ia mainkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di suksesnya film-film horor yang dibintangi Suzzanna itu, ada tangan Sisworo Gautama Putra yang ikut andil. Dari puluhan film yang dibintangi Suzzanna, kebanyakan ia lah sang sutradara. Film yang ditanganinya termasuk Sundel Bolong, Bangunnya Nyi Roro Kidul, Telaga Angker, dan Nyi Ageng Ratu Pemikat.


Sisworo menjadi sutradara terkenal kala Indonesia berada dalam masa keemasan perfilman, yakni di tahun '70-an hingga awal '90-an, sebelum ia mangkat pada 5 Januari 1993.

Nama Sisworo sendiri juga identik dengan horor, meski tak seterkenal bintang yang ia orbitkan. Sebelum menggarap film Suzzanna pada '80-an, ia sudah terkenal menguasai ranah perfilman bergenre horor.

Filmnya yang berjudul Primitif (1978) sudah mendunia dan diedarkan di berbagai negara lain dengan judul berlainan. Cannibales di Perancis dan Der Todesschrei der Kannibalen di Jerman. Film itu juga disebut menuai kontroversi sebagai film Indonesia pertama yang membahas kanibalisme sebagai unsur cerita utama.

Film Pengabdi Setan (1980) juga beredar secara internasional, mulai dari Jepang hingga ke Eropa dan Amerika.

Karier Sisworo sebagai sutradara, pertama kali dijajaki lewat pelatihan pada 1961. Satu tahun kemudian, ia memulai sebagai sineas dengan bekerja di studio Gema Masa Film.

Di sana, ia bekerja sebagai penulis skenario lanjutan, manajer unit, manajer produksi hingga kemudian asisten sutradara. Debut sutradaranya dimulai pada 1972 lewat film Dendam si Anak Haram, yang skenarionya juga ditulis olehnya.

Sisworo acap kali mengarahkan film horor laris, misalnya Nyi Blorong (1982). Kurang lebih sudah 35 judul film yang ia garap sebagai sutradara. Sebelum wafat, Sisworo menggarap film terakhirnya, Misteri di Malam Pengantin dan dirilis di bioskop setelah kematiannya.


Penemu ‘Bakat Hantu’ Suzzanna

Meski kebanyakan film horor populer yang dibintangi Suzanna berada di bawah kendali mendiang Sisworo, tapi ia bukan yang pertama menemukan ‘bakat’ Suzzanna menakut-nakuti orang. Sosok yang mengarahkan akting Suzzanna dalam film horor pertama kali adalah Awaludin dan Ali Shahab.

Keduanya merupakan sutradara untuk film Beranak Dalam Kubur, yang diadaptasi dari komik berjudul Tangisan di Malam Kabut karya Ganes TH. Selain Suzzanna, film itu turut dibintangi oleh Mieke Widjaja, Dicky Suprapto, dan Ami Prijono. Dicky kelak menjadi suami Suzzanna.

Awaludin sendiri merupakan sosok yang tak hanya duduk di kursi sutradara, tapi juga kerap berperan sebagai aktor utama dari filmnya. Ia pernah muncul dalam film Kekasih Ajah, Akibat, Kalung Mutiara, Lagak International, dan Taman Harapan.

Berkat kemampuannya aktingnya, ia bahkan pernah meraih Piala Citra sebagai Aktor Pendukung Terbaik Festival Film Indonesia dalam film Lewat Djam Malam, garapan Usmar Ismail. Suzzanna sendiri pernah berhubungan dengan Usmar saat ikut audisi Tiga Dara, karya yang juga disutradarai sang Bapak Perfilman Indonesia.

Awaludin wafat pada 24 Februari 1980, di usia 63 tahun.

Rekan Awaludin di film Beranak Dalam Kubur, Ali Shahab merupakan seorang sutradara senior Indonesia sekaligus wartawan. Ketimbang film horor pertama Suzanna dan beberapa judul film lain yang digarapnya, Ali lebih dikenal kala menyutradarai sebuah judul sinetron.

Salah satu sinetronnya berjudul Rumah Masa Depan. Itu tayang di TVRI pada era '80-an. Selain di dunia film, Ali yang juga mahir dalam dunia menulis, membuat novel-novel remaja bernuansa Islami. Ali merupakan saudara kandung dari Alwi Shahab, wartawan dan budayawan. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER