Donald Trump Tak Butuh Selebriti untuk Menang Pilpres

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Rabu, 09 Nov 2016 10:21 WIB
Panggung kampanye Hillary Clinton hampir selalu bertabur selebriti. Penyanyi dan artis Hollywood papan atas banyak yang mendukungnya.
Donald Trump tak 'dikelilingi' selebriti saat kampanye pilpres AS. (REUTERS/Mike Blake)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hollywood menyerahkan mayoritas suara untuk Hillary Clinton. Setidaknya itu yang tergambar selama beberapa waktu belakangan, sebelum Pilpres dilakukan pada 8 November waktu Amerika.

Setiap Clinton berkampanye, hampir selalu ada nama kondang di panggungnya. Sebut saja Beyonce dan Jay Z, yang ikut dalam kampanye terakhirnya. Sang kandidat dari Partai Demokrat bahkan mendapat dukungan dari musisi legendaris seperti Bon Jovi. Lady Gaga, Katy Perry, Taylor Swift, Demi Lovato, dan Madonna pun terang-terangan memilih Clinton.

Sementara di sisi Donald Trump, tidak banyak dukungan dari selebriti—meskipun itu tak menjamin kemenangan siapa pun dalam pilpres. Di kubunya Trump punya Hulk Hogan, Gene Simmons, sampai Aaron Carter. Kid Rock, Azelia Banks, Mike Tyson, pun mendukungnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti kebanyakan orang, selebriti cenderung tidak setuju dengan pernyataan-pernyataan kontroversial Trump, seperti soal penolakan terhadap imigran dan sikap anti-Muslimnya.

Selama ini Trump mengandalkan kekuatan selebriti. Seperti dikutip dari People, bertahun-tahun ia menggunakan selebriti untuk mendongkrak rating acaranya, The Apprentice. Acara yang dulu dipandu Trump itu sendiri kini berpindah tangan ke Arnold Schwarzenegger--yang terangan-terangan menolak mendukung Trump meski ia orang Partai Republik.

Namun ironis, di hari terakhir kampanye Trump mengaku tidak membutuhkan selebriti untuk membuatnya memenangi pemilu. Itu disampaikan setelah melihat panggung Clinton yang didatangi Beyonce dan Jay Z. Trump menyindir Clinton dengan mengedepankan khitah kampanye.

“Kita tidak butuh Jay Z atau Beyonce,” katanya di hadapan publik di Grand Rapids, Michigan. “Kita tidak butuh Jon Bon Jovi. Kita tidak butuh Lady Gaga. Semua yang kita butuhkan hanyalah ide-ide luar biasa untuk membuat Amerika hebat lagi,” ia melanjutkan.

Lagipula, Trump merasa statusnya sebagai selebriti—selain politisi dan pengusaha properti yang sudah jadi miliuner—sudah cukup mendatangkan keriuhan. Diakui atau tidak, ia memang figur publik dan bisa dibilang selebriti. Trump pun punya bintang Hollywood Walk of Fame.

“Beyonce dan Jay Z, saya suka mereka. Saya suka mereka,” tutur Trump kepada kerumunan pendukungnya di Raleigh, North Carolina. “[Tapi] saya [bisa] mendapatkan kerumunan yang lebih besar ketimbang yang mereka lakukan. Itu benar. Saya dapat kerumunan lebih besar.”

Sementara Trump menghabiskan waktu dengan ‘kerumunan besar’-nya itu, Clinton disibukkan kampanye bersama berbagai musisi yang dengan senang hati mendukungnya. Di Philadelphia ia bersama Bruce Springsteen dan Job Bon Jovi. Di Raleigh, Lady Gaga bergabung bersamanya.

Madonna membuat konser akustik dadakan untuk Clinton di Washington Square Park. Beyonce dan Jay Z pun menggelar konser di Ohio. Konser di Cleveland State University, menyuguhkan penampilan Katy Perry, Big Sean, J. Cole, Chance the Rapper, John Legend dan The National.


Trump sendiri pernah berkampanye bersama selebriti. Musisi Ted Nugent misalnya, menemaninya saat kampanye di Michigan. Tapi keseringan ia tak didampingi wajah populer.

Kebalikannya, justru banyak musisi yang menyerang sang kandidat dari Partai Republik itu. 'Avengers' membuat video anti-Trump. Beberapa musisi mengecamnya karena menggunakan lagu mereka untuk kampanye tanpa izin. Sekelompok musisi lain bahkan merilis lagu penolakan Trump sehari sekali, selama 30 hari. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER