Jakarta, CNN Indonesia -- Animator legendaris asal Jepang, Hayao Miyazaki telah memutuskan pensiun tiga tahun silam. Pada 2013, ia pensiun setelah menyelesaikan film The Wind Rises untuk Studio Ghibli.
Namun Miyazaki sepertinya tidak sanggup hanya berdiam diri menikmati masa tuanya. Ia tergoda untuk kembali menggarap film baru, yang mungkin jadi film terakhirnya lagi.
Disebutkan
NME, film itu bercerita tentang ‘ulat bulu kecil, bahkan teramat kecil hingga mudah menyusup di antara jari-jari Anda.’
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam sebuah dokumenter yang ditayangkan di televisi Jepang pada Minggu (13/11) lalu, sang sutradara mengungkapkan rencananya terhadap film itu. Judulnya
Kemushi no Boro (Boro the Caterpillar). Awalnya itu direncanakan hanya menjadi film pendek untuk Museum Ghibli.
Namun Miyazaki ingin itu dilanjutkan jadi versi film panjang. Hal yang sama juga pernah disampaikannya kepada Anime News Network. Tak puas hanya menjadi film pendek, Agustus lalu ia pun memutuskan akan membuat film panjangnya. Ia pun menggarapnya dengan sangat serius.
Ikon yang kini berusia 75 tahun itu mengatakan, ia sebenarnya telah mengerjakan konsep film itu selama dua dekade. Menurutnya, itu membutuhkan waktu sampai lima tahun untuk menyelesaikannya. Tentu saja itu baru dilakukan jika diberi lampu hijau oleh Ghibli.
Jika terwujud, itu akan menjadi film animasi panjang ke-12 karya Miyazaki.
Saat ini Miyazaki juga mengerjakan sejumlah film pendek untuk Museum Ghibli, termasuk versi orisinal
Kemushi no Boro yang dijadwalkan rilis pada 2017 mendatang.
Miyazaki sang legenda, mulai memasuki industri film animasi sejak 1963. Kala itu dirinya bergabung dengan Toei Animation. Dari sanalah dirinya bekerja sebagai seniman antara untuk Gulliver's Travels Beyond the Moon, yang menuangkan idenya pada akhir film itu.
Kemudian, Miyazaki memulai debut pertamanya sebagai sutradara film animasi dengan mengerjakan
Lupin III: The Castle of Cagliostro (1979). Setelah sukses dengan film selanjutnya
Nausicaä of the Valley of the Wind (1984), ia ikut mendirikan Studio Ghibli.
Di sana dirinya memproduksi sejumlah film, termasuk yang menandai kesuksesannya dan dilirik bangsa Barat, yakni
Princess Mononoke (1997). Itu merupakan film terlaris di Jepang pada masanya hingga memenangi Film Terbaik dalam ajang Japanese Academy Awards.
Tak berhenti sampai di situ, empat tahun setelahnya karyanya yang lain Spirited Away juga memenangi penghargaan itu. Spirited Away bahkan menjadi film anime pertama yang memenangi Piala Oscar. Film terakhirnya
The Wind Rises meraih nominasi ajang Golden Globe Awards.
Pada 2014, Miyazaki yang kerap menghadirkan sisi kemanusiaan dan menggabungkan alam serta teknologi juga meraih penghargaan khusus dari Academy Awards. Ia dianggap sebagai orang yang berpengaruh di dunia animasi dan perfilman. Ia orang Jepang ke-dua yang diganjar penghargaan serupa, setelah Akira Kurosawa membawa pulang penghargaan itu pada 1990.
(rsa)