Jakarta, CNN Indonesia -- Tak hanya ada Patung Liberty atau Menara Eiffel di film Hollywood. Lapangan Banteng, Tanah Abang, dan keindahan sawah di Bali pun pernah masuk dalam kamera sineas asing. Sebut saja saat
Eat Pray Love yang dibintangi Julia Roberts atau
Blackhat yang menjagokan akting Chris Hemsworth syuting di Indonesia.
Beyond Skyline Frank Grillo juga syuting di Indonesia.
Indonesia ternyata cukup memikat bagi sineas asing.
The Accountant misalnya, memasukkan Indonesia sebagai salah satu negara yang pernah ditinggali Ben Affleck.
Snowden juga memuat peta Indonesia di salah satu adegannya.
Gold pun bercerita soal emas Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Memang tidak semua film itu melakukan pengambilan gambar di Indonesia. Tapi tetap saja, nama Indonesia disebut. Dan bukan berarti Indonesia tidak ‘laku’ soal lokasi syuting.
Baca juga: Tanah Indonesia 'Mejeng' di 6 Film Asing
Menurut Maman Wijaya, Kepala Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan, setidaknya ada lebih dari 200 sineas asing yang mengajukan izin untuk melakukan pengambilan gambar di Indonesia. Itu baru data setahun terakhir saja.
“Bahkan sampai November kemarin sudah mencapai 210 pemohon. Tapi untuk [jumlah] keseluruhannya kami perlu merekapitulas [dahulu],” ujar Maman Wijaya saat dihubungi
CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon pada Jumat (30/12) malam.
Namun, ia melanjutkan, kebanyakan sineas yang mengambil latar di Indonesia adalah pembuat film dokumenter. Baru-baru ini misalnya, aktor Hollywood yang juga pemenang piala Oscar, Leonardo DiCaprio menginjakkan kaki ke Indonesia dan membuat film dokumenter lingkungan.
Baca juga: Melongok Infinite Studios, 'Kembaran' Hollywood di BatamApril lalu, ia mengunjungi Aceh dan berbincang dengan Farwiza Farhan, pendiri Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAKA). Perbincangan keduanya juga mengupas bagaimana kebakaran hutan terjadi dan eksploitasi besar-besaran untuk lahan perkebunan kelapa sawit.
Perbincangannya dengan Farwiza itu turut menjadi bagian dari film dokumenter yang ia sutradarai bersama Fisher Stevens, dan diberi judul
Before the Flood.Film yang diproduksi National Geographic itu dirilis di internet akhir Oktober lalu. Tapi menurut The Next Web, film itu juga tersedia di YouTube dan platform menonton lainnya serta dapat disaksikan secara gratis, hanya selang beberapa hari setelah dirilis resmi.
Sebanyak 200-an sineas asing, termasuk DiCaprio hanya perlu mengajukan permohonan kepada imigrasi yang juga akan melewati proses di Kemendikbud dan Kementerian Luar Negeri. Proses itu sendiri, menurut Maman, tidak sulit dan tidak membutuhkan waktu yang lama.
Baca juga: Hutan Indonesia Muncul di Film Dokumenter Leonardo DiCaprioSayangnya, saat DiCaprio datang aturan itu disalahi.
"Dia tidak mengajukan visa untuk syuting film, tapi mengajukan visa wisata dan berkunjung ke Taman Nasional Gunung Leuser, tapi itu langsung ditangani pihak imigrasi," ujar Maman.
[Gambas:Video CNN]Itulah yang kemudian membuat sang bintang film
Titanic harus dideportasi dari Indonesia.
"Persyaratannya mudah, mereka hanya ajukan visa untuk syuting film dengan menyertakan seperti apa skenarionya, tidak ada biaya, hanya kewajibannya setelah film selesai mengirimkan copy-nya untuk memastikan kebenaran mereka lakukan itu," Maman menerangkan.
Maman menambahkan, “Sejauh ini pemohon mengirimkan itu yang memang menjadi bentuk pertanggungjawaban mereka. Itu pun dilakukan demi menjaga kredibilitas mereka sendiri."
(rsa)