Cerita Reza Rahadian dan Arifin Putra di Thailand
CNN Indonesia
Kamis, 12 Jan 2017 20:15 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Keterlibatan aktor Reza Rahadian dan Arifin Putra di seri TV HBO Asia Halfwords musim ke-dua membawa mereka pada pengalaman baru. Pasalnya, tim produksi musim ke-dua tersebut tak lagi didominasi oleh orang Indonesia. Tak ayal, bisa dibilang mereka pun menjadi wakil Indonesia di tengah tim produksi yang didominasi oleh Thailand.
Diakui oleh Arifin bahwa tim produksi dari Thailand yang sudah terbiasa syuting di Hollywood, bekerja dengan cepat dan sesuai dengan standar internasional.
“Syutingnya cepat, setiap kru dan tim produksinya bertanggung jawab dan sangat bangga dengan tugasnya," cerita aktor yang membintangi The Raid 2 itu di Jakarta, Kamis (12/1).
Kru yang kena bagian memindahkan kursi saja, sangat cekatan.
"Jadi tugas dia pindahin kursi saya dari titik satu ke titik lain. Terus pernah saya coba bantu, tapi dia marah. Terus menariknya, tim itu juga kalau ada masalah tidak ada yang pernah ngomong, tiba-tiba beres saja. Lincah banget," tuturnya.
Lebih lanjut Arifin bercerita bahwa ada perbedaan karakter antara sutradara Joko Anwar yang mengarahkan musim pertama, dengan Ekachai Uekrongtham sutradara Thailand yang sekarang menangani Halfworlds 2.
"Bang Joko itu mengayomi, sebelum mulai take dia buatkan presentasi bagaimananya, sementara Ekachai ini lebih keras. ‘Tugas saya mengarahkan, sisanya jadi PR kamu’.”
Lebih lanjut, mantan kekasih Tara Basro itu juga menceritakan bahwa pada musim pertama, Joko mengarahkan sendiri adegan laga. Sementara Ekachai punya stunt director untuk itu.
"Jadi Ekachai bisa santai-santai," kata aktor berusia 29 tahun yang juga menyampaikan bahwa kolaborasinya dengan Ekachai merupakan pengalaman pertama yang tak pernah ditemui sebelumnya.
"Thailand maunya cepat dan efisien, jadi bagi dia [Ekachai] kalau masih harus dijelaskan itu tidak cepat. Makanya dia lebih senang kasih PR dan begitu sampai lokasi bisa langsung," katanya.
Arifin menambahkan, “Dia juga tidak mau ada pemain dan kru yang nganggur di lokasi, kalau tidak dibutuhkan sebaiknya jangan ke lokasi."
Ia juga bercerita, para pemain yang merupakan kumpulan dari artis dan aktor dari Asia, sangat terbuka dan saling menghargai. Mereka bahkan tak ragu ikut audisi meski sudah terbilang kawakan.
Semangat audisi
"Mereka tuh sangat bersemangat kalau ada audisi. Kalau kita di sini kayak alergi casting. 'Kok gue masih di-casting?' Sementara mereka justru menunggu itu, berlomba dengan sehat dan fair game banget," ungkap Reza Rahadian menambahkan.
“Spirit-nya luar biasa, dengan usia mereka yang juga masih 20-an," ujarnya.
Reza mengaku sempat merasa kebingungan berkolaborasi dengan tim produksi dan pemain asing. Ia terbiasa bebas dan nyaman di Indonesia. Tapi untungnya, di sana semua terbuka. Antarpemain ada persaingan untuk dapat perhatian sutradara, tapi semua profesional.
Dalam Halfworlds musim ke-dua, Reza mengatakan, adegan laga darinya akan lebih banyak ketimbang musim sebelumnya. Sebagai salah satu demit, ia akan terlibat tiga pertarungan besar. Melakoni aksi berisiko itu, diakuinya sempat membuat cedera.
"Sempat cedera pergelangan kaki, punggung, karena jatuh saat salto. Sempat kebanting, tapi tidak ada efek domino yang parah. Terus kena alat ya scratch juga. Suka enggak suka itu risiko fighting," katanya.
Selama adegan laga, ia dan pemain lain melakukannya sendiri. Hanya 10 persen mereka dibantu pemeran pengganti.
"Aktor Thailand itu memudahkan untuk adegan laga, tidak mengulang-ulang. Aksi yang aman tapi tetap terlihat masuk akal. Itu membuat saya tambah percaya diri,” tuturnya.
Diakui oleh Arifin bahwa tim produksi dari Thailand yang sudah terbiasa syuting di Hollywood, bekerja dengan cepat dan sesuai dengan standar internasional.
“Syutingnya cepat, setiap kru dan tim produksinya bertanggung jawab dan sangat bangga dengan tugasnya," cerita aktor yang membintangi The Raid 2 itu di Jakarta, Kamis (12/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi tugas dia pindahin kursi saya dari titik satu ke titik lain. Terus pernah saya coba bantu, tapi dia marah. Terus menariknya, tim itu juga kalau ada masalah tidak ada yang pernah ngomong, tiba-tiba beres saja. Lincah banget," tuturnya.
"Bang Joko itu mengayomi, sebelum mulai take dia buatkan presentasi bagaimananya, sementara Ekachai ini lebih keras. ‘Tugas saya mengarahkan, sisanya jadi PR kamu’.”
Lebih lanjut, mantan kekasih Tara Basro itu juga menceritakan bahwa pada musim pertama, Joko mengarahkan sendiri adegan laga. Sementara Ekachai punya stunt director untuk itu.
"Jadi Ekachai bisa santai-santai," kata aktor berusia 29 tahun yang juga menyampaikan bahwa kolaborasinya dengan Ekachai merupakan pengalaman pertama yang tak pernah ditemui sebelumnya.
"Thailand maunya cepat dan efisien, jadi bagi dia [Ekachai] kalau masih harus dijelaskan itu tidak cepat. Makanya dia lebih senang kasih PR dan begitu sampai lokasi bisa langsung," katanya.
Arifin menambahkan, “Dia juga tidak mau ada pemain dan kru yang nganggur di lokasi, kalau tidak dibutuhkan sebaiknya jangan ke lokasi."
Ia juga bercerita, para pemain yang merupakan kumpulan dari artis dan aktor dari Asia, sangat terbuka dan saling menghargai. Mereka bahkan tak ragu ikut audisi meski sudah terbilang kawakan.
 Arifin Putra berperan sebagai Barata di Halfworlds 2. (Foto: CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
Semangat audisi
"Mereka tuh sangat bersemangat kalau ada audisi. Kalau kita di sini kayak alergi casting. 'Kok gue masih di-casting?' Sementara mereka justru menunggu itu, berlomba dengan sehat dan fair game banget," ungkap Reza Rahadian menambahkan.
“Spirit-nya luar biasa, dengan usia mereka yang juga masih 20-an," ujarnya.
Reza mengaku sempat merasa kebingungan berkolaborasi dengan tim produksi dan pemain asing. Ia terbiasa bebas dan nyaman di Indonesia. Tapi untungnya, di sana semua terbuka. Antarpemain ada persaingan untuk dapat perhatian sutradara, tapi semua profesional.
Dalam Halfworlds musim ke-dua, Reza mengatakan, adegan laga darinya akan lebih banyak ketimbang musim sebelumnya. Sebagai salah satu demit, ia akan terlibat tiga pertarungan besar. Melakoni aksi berisiko itu, diakuinya sempat membuat cedera.
"Sempat cedera pergelangan kaki, punggung, karena jatuh saat salto. Sempat kebanting, tapi tidak ada efek domino yang parah. Terus kena alat ya scratch juga. Suka enggak suka itu risiko fighting," katanya.
Selama adegan laga, ia dan pemain lain melakukannya sendiri. Hanya 10 persen mereka dibantu pemeran pengganti.
"Aktor Thailand itu memudahkan untuk adegan laga, tidak mengulang-ulang. Aksi yang aman tapi tetap terlihat masuk akal. Itu membuat saya tambah percaya diri,” tuturnya.
ARTIKEL
TERKAIT
TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK