'Lion' Tayang di Festival Sinema Australia Indonesia 2017

CNN Indonesia
Kamis, 19 Jan 2017 16:45 WIB
Film yang diangkat dari kisah Saroo Brierley itu akan menjadi satu di antara film pilihan yang diputar di festival film dari 26 Januari hingga 5 Februari 2017.
Film yang diangkat dari kisah Saroo Brierley itu akan menjadi satu di antara film pilihan yang diputar di festival film dari 26 Januari hingga 5 Februari 2017. (Foto: Tommaso Boddi/Getty Images for TWC - Dimension Films/AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Film Lion yang dibintangi Dev Patel (Slumdog Millionaire) akan  menjadi salah satu film yang akan ditayangkan dalam Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2017. Festival film yang memutar film Indonesia dan Australia itu tahun ini akan berlangsung di tiga kota di Indonesia, yakni Jakarta, Makassar dan Surabaya dari 26 Januari hingga 5 Februari 2017.

Diadaptasi dari buku non-fiksi berjudul A Long Way Home yang ditulis Saroo Brierley, Lion akan menjadi satu dari sejumlah film Australia yang diputar selama festival, di samping Girl AsleepLooking for GraceSpearSatellite Boy, dan The Ravens. Sementara dari Indonesia, film-film yang akan diputar di antaranya Following DianaWhat They Don't Talk About When They Talk About Love, dan Sokola Rimba.

Saroo Brierley (36), sebagai penulis buku, disampaikan akan turut hadir dalam pemutaran di Jakarta dan Makassar. Film ini berpusat pada kisah Saroo kecil, ketika ia lima tahun dan tersesat di Kalkuta, ribuan kilometer dari rumahnya. Dia melewati berbagai tantangan sebelum diadopsi oleh satu pasangan Australia. Dua puluh lima tahun kemudian, dia mencoba mencari keluarganya yang hilang dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi Google Earth.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak dirilis, Lion berhasil meraih sejumlah penghargaan internasional, di antaranya Grand Jury Prize dalam Asia Pacific Screen Awards 2016, Audience Award dalam Chicago International Film Festival 2016, Truly Moving Picture Award di Heartland Film Festival 2016, dan lainnya. Puncaknya, film ini menjadi nomine Golden Globes dikategori film terbaik, meski harus rela kalah dari Moonlight.

Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson berpandangan bahwa festival ini merupakan perayaan atas suburnya industri film di kedua negara, Australia dan Indonesia.

"Warga Australia dan Indonesia sama-sama mencintai film sebagai cara untuk mengekspresikan harapan, impian, dan tantangan. Kedua negara juga memiliki industri yang dinamis dan kaya akan bakat kreatif," ujar Grigson, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Di Jakarta, penonton bisa menyaksikan deretan film ini di Senayan City XXI mulai 26 Januari hingga 29 Januari mendatang. Sedangkan di Makassar dimulai pada 28 Januari sampai 29 Januari di XXI Trans Studio, serta di Surabaya pada 4 Februari hingga 5 Februari di XXI Sutos. Pemutaran film tidak dipungut biaya, dan publik dapat mendaftar di situs resminya kedutaan besar Australia di Indonesia (FSAI 2017).

Kompetisi Film Pendek

Selain memutar film-film yang dikurasi, FSAI 2017 juga memamerkan karya sineas-sineas muda dalam Kompetisi Film Pendek FSAI edisi perdana.

Grigson mengungkapkan, dari hampir 300 film pendek yang masuk, enam finalis telah dipilih untuk berkompetisi memenangkan kesempatan hadir di Melbourne International Film Festival yang akan diselenggarakan pada Agustus mendatang.

"Kami membuat kompetisi film pendek ini untuk memberikan kesempatan setiap orang agar bisa ikut serta, jadi tidak hanya sineas yang sudah memiliki sumber daya yang sudah canggih saja yang bisa membuat film," katanya.

Enam finalis tersebut antara lain Outgrowth karya Jason Kiantoro, Nunggu Teka (Waiting To Arrive) karya Mahesa Sadega, Deadline karya Firdian Mahyuzar, Ibu dan Anak Perempuannya (A Mother and A Daughter) karya Happy Salma, It's A Match! karya Nadya Ratu Santoso, dan Ojo Sok-Sokan (Bragging Off) karya Mustafa.

Panel juri dalam kompetisi ini adalah sineas muda berbakat asal Indonesia Kamila Andini, sutradara peraih penghargaan Jennifer Perrott, dan programmer Melbourne International Film Festival Thomas Caldwell.

"Juri kompetisi ini ada tiga orang, tapi tentu saja kami punya preferensi dan perspektif berbeda dalam melihat sebuah film. Saat meeting penjurian nanti, kami akan bertemu untuk memutuskan siapa yang menang," ujar Kamila.

Ia menjelaskan, ada tiga poin yang akan dijadikannya pedoman dalam memberikan nilai pada keenam film pendek yang dikompetisikan kali ini, yakni cara penyampaian cerita, cara film dalam merefleksikan pembuat film atau lingkungan pembuat film, dan gagasan yang ditampilkan film tersebut.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER