Pameran Buku Terbesar Bangladesh 'Dihantui' Ekstremis Islam

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Kamis, 02 Feb 2017 10:39 WIB
Tahun-tahun sebelumnya ada preseden, penulis sekuler dan pengkritik Islam terluka bahkan meninggal karena ulah para ekstremis.
Pameran buku di Bangladesh berada di bawah bayangan ekstremis Islam. (Ilustrasi/Dok. Ubud Writers & Readers Festival/Anggara Mahendra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pameran buku terbesar di Bangladesh mulai dibuka di Dhaka, Rabu (1/2) kemarin. Diadakan selama sepekan, akan ada ratusan bahkan ribuan pengunjung yang membanjirinya. Ekushay Book Fair merupakan salah satu kegiatan budaya terpenting bagi pencinta buku.

Dalam kesempatan itu, penggemar pembaca bisa bertemu langsung dengan penulis buku favorit.

Namun pameran itu tidak berlangsung seperti biasa. Ada peringatan dari kepolisian yang disampaikan kepada penyelenggara, seperti dikutip AFP. Mereka melarang penjualan buku-buku yang ‘melukai’ sentien agama di negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Pameran dikabarkan mendatangkan kemarahan dari ekstremis Islam. Pada 2014, mereka mengambil alih pameran dan membuat seorang penulis yang dikenal beraliran sekuler, terluka parah. Tahun lalu bahkan mereka menewaskan seorang blogger ateis asal Amerika Serikat.

Ia meninggal setelah menandatangani bukunya untuk penggemar.

Tahun lalu, pameran yang sama mengalami masalah lagi. Seorang penerbit berusia 73 tahun ditahan dan stannya di pameran ditutup, karena menjual buku berjudul Islam Debate. Buku yang dianggap menyinggung umat Muslim itu memicu kemarahan dan protes umat Muslim.

Karena itu, sekarang polisi menegaskan mereka telah memperketat keamanan dari acara tahunan itu. Pameran itu sendiri digelar di kampus Universitas Dhaka, Bangladesh.


Komisioner Kepolisian Metropolitan Bangladesh bahkan sampai turun tangan. Ia mendatangi lokasi pameran pada Selasa (31/1) sebelum acara dimulai, untuk meminta secara khusus penanggung jawab acara itu memeriksa dengan cermat buku-buku yang akan dipajang.

“Agar tidak ada buku yang melukai publik, sosial dan nilai agama,” kata Asaduzzaman Mia sang komisioner, menurut pernyataan yang dirilis di situs resmi Kepolisian Dhaka. Ia melanjutkan, “Melukai sentimen religi adalah pelanggaran yang bisa dihukum.”

Sejauh ini, belum ada info perkembangan maupun komentar dari Bangla Academy, penyelenggara pameran buku itu. Namun salah satu penerbit besar bereaksi marah terhadap keputusan polisi. Menurutnya, tindakan itu brutal dan ‘tidak beradab.’ Polisi tidak berhak akan itu.

Robin Ahsan, pemilik penerbit Shraban Prakashani mengatakan, tidak ada negara di dunia ini yang membiarkan polisi menjadi ‘anjing penjaga’ atas buku. Justru tindakan seperti yang dilakukan polisi itu, lanjutnya, mendorong para ekstremis untuk menyerang para penulis.


Para ekstremis itu sudah ‘beraksi’ banyak di Bangladesh, menewaskan 80 orang, termasuk para penulis dan blogger sekuler. Menurut polisi, mereka yang menjadi target adalah yang menulis tentang kritikan terhadap Islam dan Nabi Muhammad. Kebanyakan aksi diklaim ISIS.

Namun menurut Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang bersalah adalah militan lokal. Sosok yang termasuk pemerintah yang sekuler itu menolak jihadis internasional terlibat di sana. (rsa)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER