Jakarta, CNN Indonesia -- Aktor Ashton Kutcher memberi perhatian khusus pada kasus kekerasan seksual pada anak. Ia mendesak para legislator di Amerika Serikat untuk mendukung upaya mengakhiri hal itu. Ia mengidentifikasi ada 2.000 korban perdagangan anak dalam kurun waktu enam bulan terakhir.
Ungkapan itu disampaikan Kutcher, seperti dilansir The Independent, dalam sidang bersama Senate Foreign Relation Committee yang digelar Rabu (15/2). Kutcher nampak begitu emosional kala menyampaikan desakannya. Ia mengatakan bahwa sudah waktunya bagi masyarakat dan pemerintahan untuk membela kaum rentan.
Kutcher mengaku pernah terpapar hal-hal yang dianggapnya tidak boleh dilihat atau dialami oleh siapa pun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di hadapan para senat, Kutcher berbicara sebagai salah satu pendiri Thorn: Digital Defenders of Children, organisasi nirlaba yang mengembangkan sebuah perangkat lunak untuk menemukan para korban pelecehan seksual yang pernah ia bangun bersama Demi Moore pada 2009.
"Hak untuk meraih kebahagiaan bagi banyak orang telah dilucuti, diperkosa, disalahgunakan, dan direnggut secara paksa," ujar Kutcher.
Pria berusia 39 tahun itu mengatakan kepada Komite Hubungan Luar Negeri Senat Amerika Serikat di Washington itu bahwa diperlukan teknologi baru untuk mencegah situs-situs yang menampilkan iklan yang mempromosikan eksploitasi seksual anak di dunia maya.
"Teknologi dapat digunakan untuk melakukan perbudakan, tetapi juga dapat digunakan untuk memberhentikan perbudakan," kata Kutcher. Ia lantas mempertanyakan, "Dapatkah kita mengembangkan peralatan yang lebih baik daripada alat-alat yang mereka pergunakan untuk melawan apa yang terjadi?"
Kutcher mengklaim bahwa salah satu teknologi yang dibuat oleh organisasinya, Spotlight, dapat membantu identifikasi sekitar total 6.000 korban kekerasan pada anak dalam kurun waktu enam bulan. Teknologi ini dikembangkan setelah survei yang diadakan pada 2012 menemukan bahwa sebesar 63 persen korban di bawah umur dijual dan dibeli secara online.
Suami Mila Kunis ini juga menuturkan, karyanya di Thorn bertujuan untuk membantu korban perdagangan anak diseluruh dunia. Langkah tersebut merupakan reaksi atas apa yang pernah dia lihat.
"Saya pernah melihat sebuah konten video yang menampilkan seorang anak seusia anak saya, diperkosa pria Amerika yang merupakan wisatawan seks di Kamboja. Anak ini terkondisikan oleh lingkungannya, yang membuat hal itu seolah-olah dirinya sedang terlibat dalam sebuah permainan," katanya.
Kutcher bercerita kepada hadirin sidang Ending Modern Slavery bahwa organisasinya telah didekati pihak berwenang untuk membantu melacak pelaku kejahatan tersebut di dunia maya dengan menggunakan teknologi baru yang dikembangkannya.
"Kita adalah lini terakhir pembela mereka. Saya seorang aktor bersama organisasi yang akan membelanya," ujarnya. Ia menambahkan, "Saya anggap itu adalah tugas saya, dan saya akan tetap melakukannya."