Jakarta, CNN Indonesia -- Enam tahun silam, grup band indie asal Jakarta Indische Party mengawali langkah mereka untuk berkarya di dunia musik. Tepat pada 2011, band itu resmi dibentuk dengan nuansa musik ’60-an yang mengusung genre rhythm & blues serta rock dan pop.
Setelah berganti personel, band itu digawangi oleh Jafar 'Japs' Shadiq (vokal/harmonika), Andre 'Kubil' Idris (gitar), Jakobus Dimas (bass), dan Tika Pramesti (drum). Empat sekawan itu dipertemukan di bangku kuliah Institut Kesenian Jakarta.
Tidak salah jika menyamakan Indische Party dengan nama partai politik pertama di Indonesia pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Indische Partij. Inspirasinya memang itu. Kubil sang gitaris yang mencetuskannya, termasuk mengajak tiga personel lainnya bergabung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Jafar, tidak banyak musisi yang bisa memainkan musik 1960-an. Kebetulan mereka berempat suka sekali musik di tahun itu. “Kita mungkin anak 1990-an, tapi orang tua kan ‘mencekoki’ kita dengan musik-musik mereka tahun 1960-an, seperti The Rolling Stones.”
Tumbuh dengan musik seperti itu,
passion mereka pun terbentuk sampai dewasa.
Sejak dibentuk, band itu terbilang aktif meramaikan berbagai panggung di Jakarta, baik untuk kafe maupun acara komunitas serta kampus di Ibu Kota.
Tiga tahun bermusik bersama, Indische Party merilis debut album yang ‘narsis,’ bertajuk nama band mereka sendiri. Album itu dirilis pada Juni 2013 di bawah label rekaman Demajors. Lagu Waiting For You menjadi penanda perkenalan mereka di industri musik.
Pada 2015, Indische Party memenangi kompetisi yang membuat mereka berkesempatan rekaman di studio impian para musisi, Abbey Road di Inggris. Studionya The Beatles. Lewat rekaman di sana, band itu melahirkan sebuah mini album bertajuk
On Vacation yang dirilis pada 2016.
Di tahun yang sama, tepatnya pada November, Indische Party merilis album panjang ke-duanya yang diberi tajuk
Analog. Satu bulan sebelumnya, rencana perilisan album itu diperkenalkan lewat perilisan single berjudul Serigala, yang sekaligus menjadi debut album
Analog.Pada album ke-dua tersebut, Indische Party mengakui bahwa produksinya lebih terarah dan terkonsep. “Kita mengulik di sound. Konsep 1960-an itu lebih kita matangkan lagi. Pemilihan instrumen, semua kita gali lebih dalam,” kata Tika sang penggebuk drum.
[Gambas:Video CNN]Dalam album tersebut, Indische Party dibantu oleh David Tarigan, John Navid (White Shoes & The Couples Company), serta beberapa musisi lain seperti Suryoprayogo ‘Kiting’ Setiadi (The Adams), Dharmo ‘Mas Mo’ Soedirman (Sentimental Moods), Indra Perkasa (Tomorrow People Ensemble) dan Jimi Multhazam (The Upstairs/Morfem/Bequiet).
Indische Party akan memainkan musik-musik khas dan terbaru mereka, dalam Music at Newsroom CNNIndonesia.com pada Rabu (22/2) pukul 14.00-15.00 WIB hanya di www.cnnindonesia.com.
(rsa)