Jakarta, CNN Indonesia -- Film dan bioskop masih termasuk hiburan yang terlarang di Arab Saudi. Namun 23 hingga 28 Maret mendatang, Arab akan punya Saudi Film Festival yang digelar untuk kali ke-empat.
Mengutip AFP, itu merupakan festival yang pertama sejak pemerintah lokal lebih berhati-hati soal dunia hiburan di Arab. Pasalnya, belakangan kelompok konvensional semakin ekstrem dalam melarang dunia hiburan. Bioskop, film, maupun konser musik dilarang.
Belakangan, festival film itu berhasil dijalankan tiap tahun berturut-turut. Sebelumnya, selama tujuh tahun festival film yang sama harus absen karena alasan konvensional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saudi Film Festival sendiri akan digelar di Dhahran, salah satu kota di tepi pantai. Dalam acara itu akan digelar grup teatrikal dari New York, Comic-Con dan adu gulat WWE. Fasilitas indoor maupun outdoor bisa menampung dua ribu pengunjung dalam festival itu.
Festival juga mengadakan pasar produksi, di mana sineas bisa bertemu rumah produksi lokal untuk membuat kesepakatan mendanai film mereka. Festival yang didukung pemerintah lokal itu juga berusaha melakukan edukasi publik dengan mengajak anak-anak mencintai film.
“Menyenangkan melihat semua kegiatan di sini dan orang-orang datang dari luar,” kata Ahmed AlMulla penyelenggara Saudi Film Festival, saat diwawancara AFP melalui sambungan telepon.
Namun, menurutnya artis-artis lokal juga perlu dilatih dan lebih didukung pemerintah. Jangan sampai, itu hanya menjadi ajang bagi artis atau seniman dari luar Arab.
“Menurut saya mereka harus mendanainya. Karena ini investasi yang sesungguhnya,” ujarnya.
Apalagi, imbuhnya, Saudi Film Festival tahun ini akan lebih besar dari yang pernah ada.
Akan ada 59 film lokal yang diputar dalam ajang itu. Beberapa sutradaranya, kata AlMulla, mendapat pelatihan di luar negeri. Itu termasuk dalam rangkaian rencana ‘Vision 2030,’ di mana pemerintah mendukung organisasi di bidang hiburan untuk reformasi ekonomi dan sosial.
Rencana itu mendorong perkembangan di bidang seni dan industri media. Namun di sisi lain, dengan adanya dilarangnya bioskop dan film, perkembangannya tidak secepat yang diharapkan.
“Kami menunggu perubahan, sungguh. Kami ingin membuatnya dari dalam, bukan hanya menyelenggarakan kegiatan,” tutur AlMulla. Ia melanjutkan, “Kita punya begitu banyak artis bertalenta yang bekerja ‘bawah tanah’ dan tidak ada yang tahu tentang mereka.”
Mereka yang bertalenta itu, beberapa sudah dikenal secara internasional. Sebut saja komedi romantis
Barakah Meets Barakah yang dibuat Mahmoud Sabbagh. Tahun lalu, film itu diputar di Berlinale. Pada 2013, karya Haifaa Al-Mansour yang berjudul
Wadjda bahkan menjadi film Arab Saudi pertama yang masuk daftar sebagai kandidat Film Berbahasa Asing Terbaik Oscar.
Industri perfilman di Arab masih sangat potensial. Masyarakatnya yang menonton video daring seperti YouTube termasuk yang tertinggi di dunia. Perempuan juga sudah boleh belajar tentang industri perfilman di universitas khusus perempuan di Jeddah.