Joko Anwar Anggap Tidak Ada yang 'Khusus' dari Konten LGBT

CNN Indonesia
Sabtu, 18 Mar 2017 10:37 WIB
Sebagai sineas, Joko Anwar menganggap tidak ada maksud khusus dari masuknya konten LGBT dalam film seperti yang dikhawatirkan banyak orang.
Sebagai sineas, Joko Anwar menganggap tidak ada maksud khusus dari masuknya konten LGBT dalam film seperti yang dikhawatirkan banyak orang. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Konten bernuansa lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) bukan hal baru bagi dunia perfilman, termasuk di Indonesia.

Meski bukan hal baru, Joko Anwar sebagai salah satu sineas yang pernah memasukkan konten LGBT mengatakan tidak ada yang spesial dari unsur tersebut selain karena dekat dengan kehidupan sehari-hari.

"Jadi apa pun yang diambil pasti ada hubungannya dengan apa yang familier dengan sehari-hari, pilihan penulis skenario saja," kata Joko yang merupakan penulis naskah untuk film Arisan! pada 2003.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dalam film tentang kehidupan sosialita ibu kota yang disutradarai Nia Dinata itu, ada karakter pasangan gay yang diwakili oleh Sakti (Tora Sudiro) dan Nino (Surya Saputra).

Joko mengatakan, dia memasukkan adegan itu tanpa niat apa pun, termasuk mempromosikan LGBT seperti yang dikhawatirkan banyak orang.

"Tidak untuk memberitahu ada sesuatu yang seperti itu, untuk menumbuhkan kesadaran juga tidak," ucap Joko.

Selain Arisan!, film Joko yang dirilis tahun lalu, A Copy of My Mind juga memuat sebuah percakapan yang menyinggung hal bernuansa LGBT, seperti ketika Alek (Chicco Jerikho) tengah membuat terjemahan film porno gay.


Sutradara mantan kritikus film tersebut mengatakan dia memasukkan adegan itu guna menguatkan karakter Alek sebagai penerjemah film bajakan, meski Joko juga mengakui adegan tersebut mungkin saja diganti dengan yang lain.

Meski dikhawatirkan oleh banyak orang, Joko justru skeptis adegan bernuansa LGBT, terutama di film Indonesia, akan membawa dampak besar kepada masyarakat.

"Film Indonesia tidak banyak penonton juga, penonton film di Indonesia sedikit. Jadi kalau sesuatu yang tidak diakses oleh masyarakat tidak mungkin ada dampaknya," kata pria 41 tahun itu.

Selain dari pada itu, Joko menilai bahwa sudah ada perubahan sikap dari masyarakat Indonesia menyikapi konten LGBT.


"Indonesia bukan masyarakat yang berlebihan," kata Joko. "Saya rasa masyarakat Indonesia sangat familier dengan LGBT, Indonesia sudah kenal transgender sejak lama, bahkan mereka dianggap kelompok yang ramah."

"Selama ini saya melihat respons masyarakat biasa saja, tidak ada yang berlebihan. Waktu itu Arisan! ada LGBT dan sangat diterima dengan baik, bahkan dapat Piala Citra dan penghargaan lainnya," kata Joko.

Joko mengaku dia tidak akan berhenti memasukkan konten LGBT meski selalu ada kontroversi yang menyertainya. Karena bagi Joko, memang karakter tersebut ada di masyarakat.


Namun Joko dan sineas yang lain mengakui sebelum membuat dan mengembangkan karakter dalam film, mereka selalu mempertimbangkan baik dan buruk bila terwujud di layar lebar.

"Kami tidak akan menampilkan sesuatu yang akan jadi masalah bagi kami. Kami juga berpikir di Indonesia ada UU Pornografi, ada kelompok masyarakat yang juga sensitif akan hal tersebut. Kami akan berpikir ini aman atau tidak," kata Joko.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER