ANALISIS

Membayangkan Stresnya Mengurus JKT48

CNN Indonesia
Rabu, 22 Mar 2017 15:25 WIB
Ada yang berpendapat, menangani satu selebriti perempuan sama seperti mengurus dua orang. Bayangkan mengurus JKT48, yang anggotanya mencapai 60 orang.
JKT48 beranggotakan lebih dari 60 orang, mengurusnya sangat menguras waktu dan tenaga. (CNN Indonesia/Karina Armandani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi menyebut, beban pekerjaan lah yang membuat Jiro Inao gantung diri. Manajer JKT48 itu ditemukan meninggal di kamar mandi rumahnya di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Selasa (21/3) sore. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun nyawanya tetap tidak tertolong.

“Motif karena beban kerja terlalu berat. Pekerjaan manajer JKT48," ucap Kasubag Humas Polres Tangerang Selatan AKP Mansuri, Rabu (22/3), dikutip Detik.com.

Beban pekerjaan sebagai manajer selebriti memang berat. Itu diakui Adik Kurniawan yang profesinya sama. Ia menangani nama-nama terkenal seperti Atiqah Hasiholan, Marcellino Lefrantd, Jack Lee, Surya Saputra dan Cynthia Lamusu. Ada banyak beban yang ditanggungnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Untuk beban sebagai manajer itu, bagaimana membuat artis tetap dapat pekerjaan dan eksistensi. Kita yang harus eksplor, syukur-syukur kalau artis itu sudah populer. Tapi itu semua juga berputar," ujar Adik, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (22/3).
Mengurus selebriti solo saja susah, apalagi yang berbentuk band dengan anggota banyak seperti JKT48. Christian Sipassy, manajer sejumlah musisi mengakui hal itu. Bahkan menurutnya, kalau selebriti solo itu perempuan, kesusahannya setara seperti mengurus band yang personelnya banyak.

Tian—sapaan akrab Christian—sendiri menangani selebriti seperti Isyana Saraswati, Gita Gutawa, Nindy, Novita Dewi, Mytha Lestari, band Drive, Hidden, dan sebagainya.

"Mengurus anak band dengan penyanyi solo wanita itu sama ribetnya. Kalau band ribet karena anggotanya banyak, sementara kalau wanita itu [mengurus satu orang bisa seperti] jadi dua orang, dengan mood-nya yang suka berubah," katanya, saat dihubungi melalui telepon.

“Kerja ini harus banyak 'kudu'-nya: kudu sabar, kudu kebal,” ia kembali mengungkapkan.
Bandingkan saja pekerjaaan Tian dengan Jiro. Diketahui, grup JKT48 yang terbagi menjadi tiga tim, total beranggotakan lebih dari 60 orang. Semuanya perempuan. Kalau satu beban perempuan berlipat ganda bagi Tian, bukan tidak mungkin Jiro juga merasakan hal yang sama.

Bayangkan: menangani 60 perempuan dengan mood yang tidak bisa diduga, sama seperti menghadapi 120 orang. Apalagi ia bukan saja memikirkan masing-masing anggota. Jiro, sebagai General Manager JKT48 juga memikirkan citra, promosi, serta penjualan talent-nya.

"Paling sulit itu jualan. Dengan sekarang banyak label dan manajemen artis, tingkat persaingan lebih tinggi. Dan itu susah karena harus memikirkan konsep yang menarik, kemudian konsep artisnya, lagu-lagu yang ditawarkan," ujar Tian menuturkan.

Sementara JKT48, yang dibentuk pada 2011, belakangan sudah tidak terlalu terdengar kabarnya. Tak seperti masa-masa awal dibentuk di mana mereka sering manggung dan sangat digemari berbagai kalangan, JKT48 kini hanya punya pentas tetap di teaternya di FX.

Kerja ini harus banyak 'kudu'-nya: kudu sabar, kudu kebal.Tian, manajer artis.
Mereka memang beberapa kali mengadakan jumpa penggemar. Baru-baru ini mereka juga menulis buku. Namun tetap saja, gaung JKT48 tidak se-menggema dulu. Seperti yang dikatakan Adik, popularitas itu berputar. Sementara Jiro harus terus memikirkan kelangsungan JKT48.

Di sisi lain, di Jepang, bunuh diri sudah menjadi ‘tradisi.’ Mereka mengenal harakiri, yang biasanya dilakukan jika merasa malu, gagal atau tidak menemukan jalan keluar lain. Studi terakhir pun menyebut, satu dari empat orang di Jepang berpotensi bunuh diri.

Kebanyakan wanita, dan sebagian besar karena stres.

Mengurus selebriti, apalagi girlband besar seperti JKT48, yang ‘bersaudara’ dengan AKB48, jelas tidak mudah dan membuat stres. "Artis itu ada yang susah, ada yang gampang. Ada yang nyantai dan mengerti posisi manajer, ada juga yang enggak peduli,” ujar Tian.

Menyikapi beban itu, dikatakan Tian maupun Adik, manajer harus kembali pada diri sendiri. Manajer artis juga perlu istirahat, makan sehat, olahraga teratur, hingga mencari ketenangan batin agar tak berujung di tali gantungan seperti Jiro.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER