Jakarta, CNN Indonesia -- Lagu kampanye pasangan calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan-Sandiaga Uno viral di dunia maya setelah muncul tudingan menjiplak lagu musisi Yahudi asal Israel, Gad Elbaz. Tim sukses mereka kemudian memang membantah tudingan itu.
Namun, siapa sebenarnya Gad Elbaz?
Elbaz dikenal sebagai penyanyi Yahudi yang telah berkarier sejak berusia empat. Dia memulai karier dengan tampil bersama sang ayah yang juga penyanyi berkebangsaan Israel, Benny Elbaz, dengan lagu
Father I Love You.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama sang ayah, Elbaz telah melahirkan empat album kolaborasi. Menginjak usia 16 tahun Elbaz memutuskan mengambil jalur solo dan merilis debut albumnya
Walk in a Straight Path (1998).
Di usianya yang ke-20, Elbaz memutuskan untuk menikahi fan dia sendiri yang bernama Moran. Bersama Moran, dia dikaruniai satu orang anak.
Lima tahun pasca debut, penyanyi kelahiran 20 Agustus 1982 itu merilis album selanjutnya
Light at the End of the Tunnel (2003).
Elbaz pun terbilang aktif merilis album, selang dua tahun dia kembali merilis
Meanings (2005),
Almost Quiet (2006),
Between the Drops (2007),
Live at Caesarea (2008),
Word of Spirit (2013),
Nigun Umizmor (2014) dan yang terbaru
Lechayim (2017).
Sementara, lagu
Hashem Melech (2013) menjadi lagu dia yang paling populer dan diterima sebagai lagu rohani penganut Yahudi di seluruh dunia karena dianggap mudah dihapal dan mengandung puji-pujian kepada Tuhan.
Lagu yang dirilisnya pada 2013 itu, dia nyanyikan ulang pada 2016 dengan menggandeng rapper Nissim.
Pada 2009, Elbaz memulai tur dunianya hingga kini dan telah mencapai 180 kali penampilan di 53 kota.
Elbaz Bukan yang PertamaMengutip berbagai sumber, Gad Elbaz bukanlah orang pertama yang membawakan
Hashem Melech. Elbaz mengakui bahwa lagu itu ia adopsi dari musisi Aljazair, Cheb Khaled.
Kenal lebih dekat dengan Cheb Khaled di halaman selanjutnya...
Lagu dengan tempo cepat itu pertama kali dipopulerkan penyanyi Khaled dengan judul
C'est la Vie (2012).
Khaled lahir dengan nama lengkap Khaled Hadj Ibrahim, tapi memulai kariernya dengan nama Cheb Khaled yang dalam bahasa arab berarti 'pemuda.'
Seiring berjalannya waktu, Khaled pun disebut sebagai penyanyi Aljazair paling populer di kawasan Timur Tengah dan banyak benua lainnya.
Meski demikian, pada 1986, Cheb Khaled mengungsi ke Perancis lantaran dianggap memainkan musik yang sangat dibenci oleh Kelompok Islam Garis Keras Aljazair.
Dia dituduh melakukan subversif yang bertentangan dengan pemerintah karena membawakan lagu lain di luar bahasa negaranya.
Khaled juga diketahui sebagai penggemar dari The Beatles dan penyanyi AS James Brown, musisi yang saat itu sangat dibenci di Aljazair karena dianggap kafir.
Lagu-lagu Khaled sendiri banyak membicarakan sosial kelas masyarakat menengah, pelacuran dan alkohol.
Meski demikian, Khaled mampu menarik perhatian dunia. Berkat kepopulerannya, dia dijuluki sebagai
King of Rai.
Lagu
Didi (1992) miliknya mampu mengantarkan dia ke dunia internasional. Lagu itu merajai sejumlah tangga lagu di Perancis, Belgia, dan Spanyol, serta Asia di India dan Pakistan.
Khaled pun pernah menyanyikan lagu itu pada pembukaan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dan membawanya sebagai penyanyi dengan lagu berbahasa Arab terlaris sepanjang sejarah.
Pada 2012, Khaled memecah kepopulerannya kembali lewat lagu
C'est la vie dan berhasi terjual lebih dari satu juta kopi di pasar Eropa dalam waktu kurang dari dua bulan.
Lagu itu pun terjual lebih dari 2,2 juta kopi di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sementara di Negeri Paman Sam, lagu itu berhasil menarik perhatian dengan terjual 200 ribu kopi. Secara keseluruhan global, lagu itu telah terjual 4,6 juta kopi.
Hingga kini, Khaled diketahui telah merilis 11 judul album sejak 1984.
Debut albumnya dia beri judul Hada Raykoum, kemudian album selanjutnya
Moule El Kouchi (1985),
Fuir, Mais Où ?(1988),
Kutché (1988),
Khaled (1992),
N'ssi N'ssi (1993),
Sahra (1996),
Kenza (1999),
Ya-Rayi (2004),
Liberté (2009) dan
C'est la Vie (2012).