Chairil Anwar di Mata Putri Tunggal: Jahil tapi Membanggakan

CNN Indonesia
Sabtu, 29 Apr 2017 08:13 WIB
Menurut cerita Evawani Alissa, putri Chairil Anwar, ayahnya dahulu suka mengganggu ibunya yang sedang masak dengan puisi-puisinya.
Chairil Anwar memiliki anak perempuan semata wayang, Evawani Alissa. (Foto: Jassin, H.B. Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay via Wikimedia Commons)
Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir 70 tahun sejak raganya tak lagi ada. Boleh dibilang jiwa Chairil Anwar masih kekal lewat puisi-puisi yang ia tulis. Si Binatang Jalang, begitu Chairil dijuluki, wafat pada 28 April 1949. Usianya masih begitu muda saat itu: 26 tahun.

Sebelum ajal menjemput Chairil, ia dikaruniai seorang anak perempuan dari pernikahannya bersama Hapsah Wiraredja. Pada 1946, ia dan Hapsah menikah. Namun, pernikahan itu kandas dua tahun kemudian. Putrinya sendiri diberi nama Evawani Alissa.

Kendati demikian, Eva, begitu sapaan wanita yang kini telah berusia 70 tahun itu, tidak mengenal dekat sang ayah secara langsung. Dia hanya membentuk gambaran ayahnya dari cerita yang dituturkan sang ibunda, juga orang-orang yang pernah mengenal Chairil.

"[Ibu] cerita ayah suka sekali membaca, dia lebih baik tidak ada uang belanja ketimbang tidak ada buat beli buku," tutur Eva saat ditemui CNNIndonesia.com di kediamannya beberapa waktu lalu.

Hobi membaca itu yang kemudian mendorong Chairil sendiri gemar menuliskan sajak-sajak puisi. Eva bertutur, Hapsah pernah bercerita bahwa jika sudah selesai menulis syair, tak jarang Chairil menganggunya yang sedang memasak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"[Ayah] itu kalau sudah selesai bikin sajak ke dapur mendatangi ibu saya yang sedang masak. Dia minta didengarkan hasilnya 'Ini dengarkan, bagus tidak?' Ibu saya kan awam sama puisinya, jadi dia bilang 'Oh ya bagus,'" tuturnya.

"Lalu suatu saat ibu saya kesal, orang lagi masak bolak-balik disuruh dengarkan [puisinya], terus dipukul pakai centong," tutur Eva lebih lanjut sembari tertawa lepas membayangkan tingkah laku ayahnya.

Menghadapi tingkah Chairil, bukan hanya istrinya yang kesal. Eva pun mengaku pernah mendengar cerita soal kejahilan sang ayah saat dirinya mengunjungi tempat keluarga Chairil di Payakumbuh, Sumatera Barat. 

"Ada [namanya] Pak Jun, cerita kalau ayah saya bandel sekali, jahil. Ketika saya masih kecil dilempar tangkap pakai ayakan bambu. 'Ini bapak [luka] kena bambunya tidak hilang, Chairil memang begitu,'" katanya seraya menirukan.

Lebih lanjut, Eva mengatakan bahwa ayahnya merupakan seniman yang gemar bertualang. Salah satunya saat mengunjungi kota Karawang. Dari perjalanan itu, Chairil diketahui menciptakan karya puisi bertajuk Karawang-Bekasi.

"Dia juga punya kepribadian kuat, vokal, berani mengatakan 'Tidak,' kemudian dia bergaul dari bawah sampai ke atas, seperti ke Bung Karno dan itu juga ada sajaknya," katanya.

Tak Tahu Ayahnya Penyair

"Dia merasa masih muda, jadi pesannya ‘Panggil saja aku Chairil!'"Evawani Alissa, putri Chairil Anwar
Eva sendiri kemudian mengungkapkan bahwa dirinya baru tahu kalau ayahnya adalah sang penyair tersohor, saat duduk di bangku kelas 3 SD. Sebelumnya, Eva hanya tahu kalau ayahnya adalah Ahad Natakusumah, pria yang dinikahi ibunya setelah bercerai dengan Chairil.

"Saya diberi tahu kalau ayah saya Chairil karena seorang guru berkata, 'Ip ini kan foto kamu. Ini ayah kamu.’ Saya dulu panggilannya Iip, terus saya bilang, ‘Bukan, ayah saya ada di rumah," kenangnya.

"Lama kelamaan banyak yang bilang begitu, terus ibu saya tetap bilang bukan. 'Bukan ayah kamu, dia hanya tetangga yang sayang sekali sama kamu.’ Baru setelah itu paman saya [Ibrahim] memberi tahu kalau dia memang benar ayah saya," tutur Eva.

Alasan sang ibu menyembunyikan identitas Chairil sebagai ayahnya, dikatakan Eva, adalah karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui sang ayah telah tiada.

"Paman cuma bilang, ‘Iya betul itu bapak kamu, tapi sudah meninggal.’ Ibu saya dan keluarga besar merasa kasihan, karena saya masih terlalu kecil untuk tahu tidak ada bapak, itu alasan keluarga," ujarnya.

Hal lain yang diceritakan sang ibu, adalah bahwa Chairil berpesan, bila kelak Eva telah besar dia ingin dipanggil dengan nama 'Chairil' saja.

"Dia merasa masih muda, jadi pesannya ‘Panggil saja aku Chairil!'. Dia juga pesan ingin saya pintar seperti dirinya dan tekun seperti ibu. Dia itu panggil ke ibu 'Gajah' karena badannya besar kayak saya sekarang," kenang Eva sembari terkekeh.

Walau tidak mengenal ayahnya secara langsung, tapi Eva mengaku bangga menjadi anak seorang Chairil Anwar. Apalagi, puisi-puisi yang ditulis ayahnya hingga kini masih diminati dan terus dikenang.

"Apa pun itu, saya merasa bangga dan bersyukur menjadi anak seorang Chairil Anwar. Dengan usia dia yang sangat muda, dia tidak hanya produktif, tapi juga berkualitas. Sampai sekarang karyanya masih dikenang dan dibawa," kata Eva.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER