Jakarta, CNN Indonesia -- Siapa bilang buku bakal mati. Penjualan buku di Inggris meningkat delapan persen menjadi 3 miliar euro tahun lalu, menurut catatan Publishers Association. Itu merupakan angka tertinggi sejak 2012.
Itu buku fisik saja, belum format lain. Jika digabung, penjualan buku fisik, digital dan jurnal termasuk yang ekspor mencapai rekor 4,8 miliar euro.
Buku yang banyak diminati adalah karya untuk anak-anak. Penjualan buku anak meningkat 16 persen sampai 365 juta euro. Buku yang diekspor mendapat apresiasi lebih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penjualannya meningkat 34 persen menjadi 116 juta euro. Total penjualan buku ekspor sendiri naik 6 persen ke 2,6 miliar euro.
Buku nonfiksi juga mengalami peningkatan. Penjualannya meningkat 9 persen, menjadi 884 juta euro.
Mengutip Independent, itu berkat buku berjudul Lean In. Karangan Joe Wicks yang berseri sampai 15 itu membuat penjualan nonfiksi meningkat tajam.
Menurut Ketua Publishers Association Stephen Lotinga, itu merupakan pertanda bahwa industri percetakan tidak akan mati.
Sementara itu, di tengah era Kindle, Amazon dan ponsel pintar, penjualan buku elektronik justru menurun. Mengutip CNN, menurut sumber data yang sama, angkanya menurun 17 persen pada 2016.
Tak jauh berbeda, di Amerika Serikat penjualannya juga menurun 18,7 persen pada sembilan bulan pertama tahun lalu.
Sementara tren penjualan buku fisik juga meningkat di AS. Untuk buku softcover penjualannya naik 7,5 persen, sementara hardcover naik 4,1 persen.
Bukan hanya dibeli, buku-buku itu juga dibaca. Data yang diambil CNN dari studi Pew Research Center menyebut bahwa 65 persen warga Amerika membaca setidaknya satu buku fisik tahun lalu.
Sementara pembaca buku elektronik hanya 28 persen.
Menurut profesional dalam industri perbukuan, fenomena itu didukung maraknya detoks digital di kalangan masyarakat urban belakangan ini. Belum lagi, menghadiahi buku fisik jauh lebih bermakna ketimbang digital.
Untuk buku anak-anak, yang penjualannya meningkat, didukung oleh hobi mewarnai yang belakangan makin merajalela. Itu jauh lebih baik dilakukan di buku cetak ketimbang digital.
“Format cetak lebih nyaman bagi banyak orang dan penerbit menemukan bahwa beberapa genre lebih baik di bidang cetak dibanding lainnya dan menggunakan [kekuatan] itu untuk menyetir penjualan,” kata kepala PwC untuk divisi hiburan dan media di Inggris, Phil Stokes.
Bukan hanya itu, banyak pembaca yang juga membutuhkan sisi permanen dari sebuah buku, karena itu mereka lebih suka membeli yang fisik.
“Saya pikir untuk pembaca serius, rasa permanen selalu jadi bagian dari pengalaman. Semua hal dalam hidup itu mengalir, tapi ada teks yang tidak berubah,” tutur penulis Jonathan Franzen pada 2012.