Jakarta, CNN Indonesia -- Pada masanya,
Da Vinci Code dan
Fifty Shades of Grey mungkin merajai rak di toko-toko buku. Mereka selalu ditempatkan di rak buku laris dan terjual sampai jutaan kopi.
Namun kini, karangan Dan Brown dan EL James itu justru menjadi buku yang tidak diinginkan.
Di ruangan Oxfam di Swansea, Da Vinci ditumpuk begitu saja di sudut. Oxfam merupakan organisasi amal internasional yang fokus mengenyahkan kemiskinan dari dunia. Mereka menerima barang-barang sumbangan, termasuk buku. Tapi
Da Vinci Code sudah terlalu banyak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manajer Phil Broadhurst bahkan memberi catatan di atas tumpukan buku Brown itu.
“Anda bisa memberima kami
Da Vinci Code yang lain, tapi kami lebih memilih mendapat vinil Anda! Kami butuh lebih banyak rekaman untuk mencari lebih banyak uang untuk Oxfam,” tulisnya dalam catatan itu, yang kemudian diunggah dan jadi perbincangan di internet.
Tiga tahun lalu, Oxfam memang pernah meminta salinan
Fifty Shades untuk disumbangkan. Tapi zaman telah berubah. Sudah banyak orang yang punya buku itu dan mereka jadi tak laku lagi.
Menurut daftar yang dirilis Travelodge dan dikutip The Guardian tentang buku yang paling ditinggalkan,
Fifty Shades termasuk salah satunya. Ia bahkan memuncaki daftar lima besar, bersama seri karya JS Scott dan
The Marriage Bargain Jennifer Probst yang bertema sama.
Dari tahun ke tahun, buku yang dilupakan terus berbeda. Pada 2007 ada karya Alastair Campbell yang berjudul
The Blair Years. Buku itu memuncaki daftar paling tak diinginkan.
Pada 2010, buku yang paling tidak diinginkan adalah biografi Simon Cowell yang tidak direstui sang musisi.
The Storm: The World Economic Crisis and What it Means yang ditulis oleh Vince Cable juga termasuk buku yang paling ditinggalkan pada tahun yang sama.
Tak jarang daftar itu memuat buku populer seperti
Fifty Shades dan
Da Vinci Code. Dua tahun lalu, buku ke-dua yang paling tidak diinginkan adalah
The Fault in Our Stars karya John Green. Padahal buku dengan genre young adult milik Green hampir selalu laris.
Buku itu bahkan sudah difilmkan.
Meski begitu, tidak bisa disimpulkan bahwa semua buku yang pernah laris jadi tidak diinginkan setelah beberapa tahun masa jayanya berlalu. Seri
Bridget Jones karya Helen Fielding tetap diinginkan meski masa jayanya berlalu dan ia banyak disumbangkan.
Penulis kriminal asal Skotlandia, Ian Rankin juga mengalami nasib serupa. Ia disebut sebagai penulis ke-tiga yang banyak didonasikan. Di sisi lain, ia juga tercatat sebagai penulis yang paling laris di toko-toko amal. Bukunya seperti tidak lekang waktu.