Jakarta, CNN Indonesia -- Beberapa waktu belakangan, ilustrator asal Indonesia banyak terdengar gaungnya dengan keterlibatan pada sejun proyek internasional. November lalu misalnya, Griselda Sastrawinata menorehkan nama dalam tim produksi film animasi
Moana.
Sebelum Griselda, ada Charles Santoso, ilustrator kelahiran Indonesia yang menempuh pendidikan di Australia melanjutkan kariernya di sana. Lulus dari University of New South Wales di Sydney, Charles berkarier di Animal Logic, studio animasi Australia yang mana ia ikut berkarya di beberapa film seperti
The Lego Movies dan
Legend of the Guardians: The Owls of Ga'Hoole.
Charles yang tengah pulang ke Indonesia pun berbagi soal pengalaman dirinya menjalani profesi sebagai ilustrator.
"Selama memiliki waktu luang saya suka menggambar, dan itu sedari kecil. Hingga akhirnya saya mendapat kesempatan kuliah di Australia di jurusan desain grafis selama empat tahun, baru setelah itu saya bergabung ke industri film, Animal Logic," katanya saat berbincang dengan media di Kedutaan Besar Australia, Jumat (4/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Animal Logic, Charles bertugas sebagai concept artist yang tugasnya memvisualisasikan film, sebelum nantinya masuk ke bagian produksi. Selain sebagai ilustrator di Animal Logic, kini dia juga tengah membuat ilustrasi untuk sejumlah buku anak-anak.
“Minat saya memang lebih ke
story-telling, apapun mediumnya. Menurut saya membuat buku anak-anak itu sebagai bagian penting kehidupan. Anak-anak itu penuh harapan, mereka jujur, dan ini membuat lebih tertantang agar disukai anak," ungkapnya soal alasan penggarapan buku anak-anak.
Hanya saja, karya Charles tersebut belum tentu dirilis di Indonesia. Menurutnya, hal itu bergantung minat dari penerbit-penerbit di Indonesia.
Selain bercerita soal aktivitasnya, pria yang juga sempat mengenyam pendidikan di Jurusan Desain Produk Institut Teknologi Bandung selama satu semester itu turut mengungkap alasan dia memilih berkarier di luar Indonesia.
Charles mengaku tidak semata-mata sengaja meninggalkan Indonesia. Ia sendiri bertekad pergi ke mana pun selama ada peluang.
"Saya lebih memikirkan proyeknya, saya akan ke mana pun selama ada proyek yang baik. Karena sudah saatnya berpikir global, makin banyak belajar, dan jangan pernah mengatakan tidak," ujarnya.
Hal itu, menurutnya, menjadi salah satu alasan beberapa ilustrator Indonesia berhasil menembus pasar internasional. Terlebih, jaringan lebih terbuka dengan keberadaan internet.
"Dengan internet seperti tidak ada batasan, terlebih di bidang kreatif dan visual. Banyak orang Indonesia yang terkenal di luar, misal komik
Batman ada orang Indonesia, banyak yang tidak tahu itu. Selalu ada kesempatan, walau persaingan juga ketat," tutur Charles.
Bagi Charles, peluang itu akan semakin besar bila ditunjang dengan bagaimana masing-masing mencari tahu keinginan pasar internasional yang dikombinasikan dengan kekhasan karya sendiri.
"Dalam berkarya lihat ke gaya sana (internasional) bagaimana. Gaya sendiri juga penting. Oleh karenanya, penting dilakukan keduanya," ujarnya.