Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan produksi film, The Weinstein Company, terancam dijual atau ditutup setelah kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh salah satu pendirinya, Harvey Weinstein.
Setelah kasus pelecehan seksual itu diungkap oleh media The New York Times, Weinstein tak dipecat dari bangku kepemimpinannya.
Isu baru mengenai nasib perusahaan film itu giliran diungkap oleh The Wall Street Journal, seperti yang dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber dari media tersebut mengatakan kalau pihak The Weinstein Company telah berbicara dengan beberapa calon pembeli.
Bukan hanya setahun, dugaan pelecehan seksual yang dilakukan Weinstein disebut sudah berlangsung dalam beberapa dekade.
Korbannya merupakan wanita muda yang bekerja di industri film, mulai dari aktris sampai produser.
Saat ini, sudah empat wanita yang mengaku dilecehkan. Yang terakhir ialah aktris Rose McGowan, dengan tuntutan pemerkosaan.
Kasus pelecehan ini membuat resah pekerja kreatif di dunia. Pihak kepolisian di New York dan London pun memulai penyelidikannya.
The Weinstein Company dibangun oleh kakak beradik Weinstein, Harvey dan Bob.
Mereka memulai petualangan bisnisnya dengan merilis film-film di bawah perusahaam Miramax Film, seperti ‘Sex, Lies and Videotape,’ ‘Shakespeare in Love’ dan ‘Pulp Fiction.’
The Weinstein Company lalu lahir pada 2005, dan merilis film-film langganan penghargaan dunia, seperti ‘The King's Speech’ dan ‘The Artist.’