Jakarta, CNN Indonesia -- Dari deretan nomine film panjang di Festival Film Indonesia (FFI) tahun ini, terselip satu film yang menarik perhatian. Di antara film-film tersohor yang sudah tayang, ada
Posesif.Ia bersaing dengan
Cek Toko Sebelah, Kartini, Night Bus, dan
Pengabdi Setan.Gaung
Posesif memang belum terdengar. Film itu baru bakal tayang di bioskop jaringan besar alias komersial pada 26 Oktober mendatang. Namun, asosiasi profesi penggiat film Indonesia sudah merekomendasikan
Posesif untuk menjadi nomine dalam 10 kategori Piala Citra.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu capaian yang sama seperti
thriller Night Bus yang dibuat Darius Sinathrya.
Posesif hanya kalah empat nominasi dari film biopik
Kartini dan tiga nominasi dari horor
Pengabdi Setan. Film itu bahkan mengungguli film hit
Cek Toko Sebelah dan
Sweet 20.
Tak heran jika itu lantas menuai kontroversi. Posisi
Posesif sebagai nomine dipertanyakan, bukan hanya karena ia belum tayang di jaringan bioskop besar, melainkan juga belum mengantongi Surat Tanda Lulus Sensor (STLS) saat nominasi FFI 2017 diumumkan.
[Gambas:Youtube]Berdasarkan situs resmi Lembaga Sensor Film (LSF), surat itu baru dikeluarkan 6 Oktober. Pengumuman nominasi FFI 2017 sendiri dilakukan sehari sebelumnya, 5 Oktober.
Tapi produser
Posesif Meiske Taurisia sudah menjawab hiruk-pikuk soal itu. Ia menerangkan, Posesif sudah dirilis di jaringan bioskop independen atau mikro di Jakarta dan Tangerang sebelum nominasi FFI 2017 diumumkan. Status lulus sensor juga sebenarnya sudah ada di tangan Posesif sebelum 6 Oktober. Ia mengibaratkan itu seperti lulusan yang belum wisuda.
“Kalau sudah lulus pasti sudah mulai melamar kerja kan, ya walaupun belum ada ijazahnya," katanya.
Media termasuk
CNNIndonesia.com baru sempat menyaksikan aksi Adipati Dolken dan pendatang baru Putri Marino di
Posesif, pada Kamis (12/10) kemarin.
Film itu menampilkan realita cinta remaja yang pelik dengan cengkeraman sifat posesif yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Cerita soal seseorang yang posesif mungkin terdengar biasa, namun sutradara Edwin mengemasnya dengan apik disertai pesan-pesan mendalam.
Boleh jadi itulah alasan FFI menyandingkan
Posesif dengan empat film yang mengusung tema berat seperti
Cek Toko Sebelah, Kartini, Night Bus, dan
Pengabdi Setan memperebutkan gelar film terbaik tahun ini. Temanya dekat dengan kehidupan sehari-hari, tapi kemasannya pas.
Cek Toko Sebelah mengangkat drama keluarga kaum minoritas yang dibalut dengan komedi segar. Sedang film
Kartini kuat dengan cerita perjuangan sang pahlawan emansipasi wanita yang menginspirasi. Ada pun
Night Bus mengisahkan malam yang mencekam di sebuah bus yang menggambarkan konflik peristiwa Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Sementara, semua pasti tahu
Pengabdi Setan menyuguhkan kualitas horor yang mengerikan.
Posesif bisa menjadi film yang mewakili drama percintaan remaja yang boleh dibilang cinta monyet, namun tak bisa dikesampingkan. Jika kebanyakan film remaja berkisah tentang cara mendapatkan pujaan hati, Posesif justru menampilkan konflik dalam menjalin hubungan.
Posesif bisa disebut sebagai film terbaik untuk percintaan remaja dengan genre drama yang mencekam atau
romance suspense. Apalagi film itu tidak dibikin sembarangan. Sebelumnya, tim produksi sudah melalui riset panjang dua tahun lalu tentang kekerasan dalam pacaran.
Film ini juga didukung dengan tokoh yang tak terlalu banyak, namun masing-masing memiliki peranan penting mendukung jalan cerita utama.
Adipati Dolken bermain sebagai Yudhis, siswa SMA yang mencintai kekasihnya Lala (Putri Marino). Memerankan siswa SMA tentu bukan masalah bagi Adipati yang langganan bermain sebagai anak SMA berusia 17 tahun. Tapi, ini kali pertama dia memerankan karakter posesif yang penuh cinta tapi juga psikopat.
 Adipati Dolken dan Putri Marino, pemeran utama Posesif. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman) |
Sementara Marino, meski masih pendatang baru dan ini adalah film debutnya, sudah menunjukkan kebolehan berakting. Ia mampu menjiwai dan menyampaikan emosi dengan baik. Produser dan sutradara
Posesif sepakat dalam film ini mereka melahirkan bintang baru.
"Awalnya ada kandidat lain, namun berhalangan sehingga kami mencari ganti dan melihat Marino yang belum familiar. Kami panggil dan setiap hari kemajuannya semakin gila dan iya, seorang bintang telah lahir," kata Produser
Posesif, Muhammad Zaidy.
Cut Mini dan Yaya Unru yang ikut membintangi film itu, tak perlu diragukan lagi. Dua lakon senior itu sudah mengoleksi Piala Citra. Cut Mini bermain singkat, hanya sekitar tiga adegan, namun ciamik dan meyakinkan.
Dengan kisah realita cinta remaja yang dekat dengan kehidupan sehari-hari itu, keberadaan
Posesif bisa memberi warna bagi nominasi FFI 2017. Pintu belum tertutup bagi
Posesif untuk membawa pulang Piala Citra.
(rsa)