Jakarta, CNN Indonesia -- Novel
Bumi Manusia diadaptasi menjadi sebuah film lewat arahan sutradara Hanung Bramantyo. Salman Aristo yang mendampingi Hanung sebagai penulis naskah berbagi soal proses praproduksi film itu kepada
CNNIndonesia.com, Senin (16/10).
"Lagi nulis draft tiga. Sutradaranya lagi syuting [film] Benyamin, jadi tadi harus
nyamperin ke lokasi, ngobrol lagi sama Hanung.
Development-nya lumayan intens," ujarnya.
Penulis yang pernah terlibat dalam film
Catatan Akhir Sekolah ini mengatakan bahwa ia dan Hanung sangat hati-hati dan perlahan dalam mengerjakan naskah film
Bumi Manusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini mungkin salah satu draft satu terlama yang pernah saya kerjakan. Hanung juga beberapa kali bilang, ‘
Gue butuh waktu lagi nih'," katanya.
Salah satu yang membutuhkan waktu lama adalah penentuan sudut pandang. Tak jarang, Salman mengakui, ia dan Hanung berselisih untuk sampai ke titik pemahaman yang sama.
"Itu yang lama, berantem lamanya di situ tuh. Saya mau ke sini, dia mau ke sana. Saya bilang, ‘enggak bisa, saya mau stay sama novelnya’. Ya kita lama di situ,” ungkapnya.
 Pramoedya Ananta Toer, penulis buku Bumi Manusia. (Dok. Pribadi Pramoedya Ananta Toer) |
Salman dan Hanung sama-sama tak mau main-main mengadaptasi novel legendaris garapan sastrawan ternama Indonesia, Pramoedya Ananta Toer itu. Menurut Salman, novel pertama dari Tetralogi Pulau Buru milik Pram itu strukturnya sangat kaya.
“Baru sadar gitu, ini [novel] ‘sembarangan’ banget ya, enak banget ya. Ini ada cerita, sudah sampai satu bab, terus tiba-tiba ini terjadi lima hari sebelumnya. Ini
flashback di dalam
flashback yang di-
flashback-in lagi,” Salman mencontohkan.
“Saya sama Hanung enggak mau ambil jalan gampang, sederhana, yang tinggal di-flashback-in aja," katanya. Untuk itulah ia perlu memikirkan dalam-dalam cara mengejawantahkan tulisan Pram ke dalam naskah untuk difilmkan.
[Gambas:Instagram]Salman sendiri sebenarnya ‘terlatih’ menghadapi tekanan dalam mengadaptasi kisah dari novel populer. Sebelumnya, ia diketahui pernah mengadaptasi cerita dari novel
Ayat-Ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy),
Laskar Pelangi (Andrea Hirata) dan
Jomblo (Adhitya Mulya).
“Dari awal saya sudah tahu, memang ini medium yang berbeda. Jadi pasti akan dianggap berbeda oleh orang. Sudah pasti. Makanya saya sama Hanung [berpikir] bagaimana bisa menemukan sudut pandang, yang bukan sama dengan orang lain, tapi orang lain bisa mengiyakan bahwa itu sudut pandang itu memang ada di situ," ujarnya.
Proses praproduksi film yang berada di bawah naungan rumah produksi Falcon Pictures itu disebutkan telah berjalan sejak awal tahun 2017. "Rencana syuting, denger-denger pertengahan tahun depan," kata Salman menerangkan.
Kendati demikian, Salman menyatakan belum ada pembicaraan terkait aktor atau aktris yang akan memerankan karakter ikonis Annelies, Minke, serta Nyai Ontosoroh. Rincian terkait jadwal rilis pun belum ada.
Bumi Manusia sudah lama digadang-gadang untuk menjadi film. Awalnya, Anggy Umbara sempat disebut menjadi sutradara, namun kemudian dipindahkan ke tangan Hanung.
Cerita itu sendiri pernah dijadikan pentas teater, berjudul
Bunga Penutup Abad, dengan Reza Rahadian menjadi Minke, Lukman Sardi menjadi Jean Marais, Chelsea Islan sebagai Annelies, Happy Salma sebagai Nyai Ontosoroh, dan Sabia Arifin sebagai May.
 Reza Rahadian dan Chelsea Islan di pentas Bunga Penutup Abad, adaptasi dari Bumi Manusia. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A) |